bc

Menikah Dengan CEO Lumpuh Yang Arogan

book_age18+
1.7K
IKUTI
8.0K
BACA
heir/heiress
like
intro-logo
Uraian

Arabella Anindya perempuan cantik berumur 20 tahun, putri dari seorang CEO perusahaan ternama, terpaksa menikah dengan pria lumpuh bernama Kenzo Pratama yang merupakan seorang CEO. Demi untuk menghindari hukuman di balik jeruji. Semua karena dia dituduh menabrak Kenzo.

Namun, kejadian sesungguhnya adalah Arabella menjadi kambing hitam dari kekasihnya yang malam itu menyetir dalam keadaan mabuk. Sedangkan Arabella sendiri tidak ingat apa pun karena dia pun terpengaruh minuman beralkohol. Dia hanya bisa menerima usulan sang papa yang ingin menikahkannya dengan Kenzo agar tidak masuk bui.

Kenzo bersedia menikah dengan Arabella hanya untuk balas dendam karena telah membuatnya lumpuh sehingga hidupnya hancur. Sang kekasih bahkan memutuskan pertunangan mereka dengan tak ingin mempunyai pasangan lumpuh. Oleh Kenzo memperlakukan Arabella dengan kasar dan tanpa hati, membuat hidup Arabella seperti di neraka, semua keluarga Kenzo juga membencinya.

Hingga kebenaran terungkap. Ternyata bukanlah Arabella yang menyetir malam itu. Kenzo merasa bersalah dan ingin memperbaiki hubungan mereka, tapi luka Arabella sudah terlalu dalam.

Akankah Arabella memaafkan Kenzo dan kembali bersamanya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab1. Tragedi
Seorang gadis cantik membuka matanya, dia melihat cahaya lampu di langit-langit kamar. Dia menengok ke kiri ada sang mama di sana sedang duduk di sofa. Pandangannya beralih menatap tangan yang terpasang infus. Rupanya dia berada di rumah sakit. Kepalanya terasa pusing, dia ingat kalau dirinya telah menghabiskan beberapa gelas minuman beralkohol bersama sang kekasih. Arabella atau biasa dipanggil Bella oleh ibunya—Kartika Mirabella—memegang dahi. Dia bingung ada sesuatu menempel di dahi yang semula baik-baik saja. “Aduh, sh,” rintih Bella pelan. Terasa sedikit sakit saat disentuh. “Bella, Sayang, kamu sudah sadar!” Walau pelan Kartika dapat mendengar suara Bella. Dia terlihat sangat senang. Kartika langsung berdiri lalu menghampiri anaknya. “Kepalaku, kenapa?” tanya Bella. “Kepalamu terbentur, dahinya luka,” jawab Kartika. “Kok, bisa?” tanya Arabella lemah. Kartika lalu menceritakan kejadian yang membuat Bella dibawa ke rumah sakit. Air mata Kartika menetes, dia juga mengatakan kecewa pada Bella karena telah melanggar peraturan papa. Terlebih, Bella berani menyetir dalam keadaan mabuk yang mengakibatkan kecelakaan dan korbannya pun menjadi lumpuh. Bella berusaha mencerna setiap kata-kata yang keluar dari mulut mamanya. Kepalanya yang masih pusing membuat dia tak bisa mengingat dengan baik. Dia hanya ingat saat mengajak pulang Marco. “Marco bagaimana?” tanya Bella. Dia jadi teringat Marco yang juga mabuk saat itu. “Kamu, tidak usah pikirkan dia! Lelaki tidak bertanggung jawab! Membiarkan ceweknya menyetir dalam keadaan mabuk!” Datang Surya Anindya—papa Bella, yang langsung marah saat Bella menanyakan Marco. “Mulai sekarang, kamu tidak boleh lagi menemuinya! Semua fasilitas kamu Papa cabut dan kamu harus menuruti perkataan Papa!” ucap Surya tegas. Dia harus tega pada anaknya, ini demi kebaikan Bella sendiri. Tiba-tiba datang polisi ke kamar Bella, mereka ingin mengajukan beberapa pertanyaan. Bella menjawab pertanyaan polisi dengan gugup, tetapi dia menjawab dengan jujur. Banyak dari pertanyaan tersebut yang Bella jawab dengan tidak ingat karena memang dia tidak ingat apa pun yang terjadi setelah keluar dari klub malam itu. Selepas polisi pergi, Surya menghubungi pengacara untuk membantu anaknya agar terbebas dari jerat hukum. Namun, orang tua korban telah mengajukan laporan kepada pihak polisi. Beberapa hari kemudian, saat kondisi Bella sudah sedikit pulih, petugas polisi segera menjemput Bella di rumah sakit untuk ikut mereka ke kantor polisi. Dia terbukti telah mengonsumsi alkohol dan mengendarai mobil dalam keadaan mabuk hingga menabrak kendaraan lain yang menimbulkan korban. Marco menjadi saksi kalau Bella yang mengendarai mobil tersebut. Oleh karena itu polisi menahan Arabella. Bella merasa bersalah setelah bertemu langsung dengan orang tua korban di kantor polisi, dia kemudian meminta maaf untuk semua kesalahannya. Anak mereka dinyatakan lumpuh dan tidak bisa berjalan lagi. Apalagi pria yang menjadi korban tersebut hampir saja bertunangan, tetapi gagal karena pihak wanita membatalkannya. Kekasih dari pria itu tidak ingin menikah dengan pria cacat. Bella diam saja saat menjadi pelampiasan amarah ibu dari korban. Dia dicaci, dihina, juga dijambak. Baginya itu tidak seberapa dibanding luka yang mereka derita. Bella menjadi ingat masa lalunya di mana dia suka menghina orang lain. Kadang suka bertindak semena-mena kepada orang yang dianggapnya menyebalkan. Sering membohongi orang tua, dan masih banyak lagi keburukan yang dia lakukan. Ini mungkin karma untuknya. “Seharusnya orang sepertimu tidak hidup di dunia ini!” Cacian terakhir yang diberikan oleh ibu si korban, lalu ibu itu meludahi wajah Bella, kemudian pergi dari ruangan kantor polisi. Bella resmi dijadikan tersangka karena bukti-bukti telah lengkap. Surya sebagai seorang ayah tidak tega melihat anaknya, dia tahu Bella bersalah, tetapi tidakkah ada jalan lain selain masuk bui untuk memberinya efek jera dan mempertanggungjawabkan kesalahannya? Surya segera menemui orang tua korban di rumah sakit. Dia berdiri di tengah-tengah keluarga itu. Tatapan tajam dari pria yang terbaring di brankar tidak membuat nyalinya ciut. "Anak saya memang bersalah, tapi tidak bisakah kita selesaikan ini dengan cara kekeluargaan? Saya mohon!" ucap Surya “Anda dengan mudah berkata seperti itu, bagaimana dengan anak saya yang menjadi korban?! Dia harus kehilangan kebahagiaan karena pertunangannya batal, dia tidak akan pernah lagi bisa berjalan. Siapa wanita yang akan menikahinya dengan keadaan seperti itu?” Ibu dari korban bertanya dengan emosi yang menggebu-gebu. “Anak saya! Anak saya yang akan menikahinya. Dia akan bertanggung jawab dengan mengurus anak Anda seumur hidupnya!” Tiba-tiba saja secara spontan kata-kata itu keluar dari mulut Surya. Dia tidak menyadari itulah awal penderitaan sang putri tercinta. “Anda pikir saya mau menikahi anakmu yang tidak punya moral itu?!” Kenzo Pratama—pria yang terbaring di brankar—langsung menolak. Dia tidak peduli jika sikapnya tidak sopan. “Mana mungkin saya menikahkan anak saya dengan pelaku yang telah membuat anak saya menderita? Tidak akan pernah!” Ibunya Kenzo—Agnes Pratama—juga langsung menentang ide gila yang tidak masuk akal itu. “Pikirkanlah sekali lagi, saya mohon, tidak ada ruginya untuk Anda! Biarkan dia bertanggung jawab dengan mengurus Anda seumur hidupnya. Anda tidak perlu mempekerjakan perawat untuk mengurus Kenzo.” Surya terus bernegosiasi dengan mereka. Pria berumur 46 tahun itu, berharap Kenzo dan keluarganya bersedia menarik tuntutan meskipun akhirnya Arabella harus menikah dengan Kenzo. “Keluar Anda dari sini! Saya masih menghargai Anda karena kita pernah bekerja sama. Saya mohon keluarlah, hargai keputusan kami!” Kenzo mengusir Surya yang ternyata adalah rekan bisnisnya selama dua tahun ini. “Baiklah saya pergi, saya mohon pikirkan sekali lagi! Permisi, semoga Anda cepat sembuh.” Surya lalu pergi keluar. Kenzo menatap nyalang pada Surya, dia anggap ucapannya barusan adalah sebuah penghinaan baginya. “Mami harusnya terima saja tawaran itu,” celetuk Claudia—adik Kenzo, semua orang yang berada di tempat itu menoleh padanya. “Kamu gila?!” Agnes membentak Claudia. Claudia lalu menjelaskan maksudnya. "Bukan begitu, Mi. Jika Kakak menikah dengan wanita itu, kita bisa balas dendam padanya. Kita buat dia hidup serasa di neraka. Bukankah itu lebih menyakitkan daripada di penjara?" “Mami mengerti, bagaimana dengan kamu, Kenzo?” tanya Agnes setelah dia mendengarkan penjelasan Claudia. “Aku mengerti, oke sepertinya bukan ide buruk. Aku akan membuatnya menderita serasa hidup di neraka. Secepatnya nikahkan aku dengan wanita laknat itu!” Kenzo tersenyum miring. *** Setelah keluarga Kenzo setuju dengan penawaran dari Surya, Arabella pun dikeluarkan dari penjara. Wanita itu kini sudah terlihat berada di ruang rawat Kenzo dengan mengenakan balutan baju kebaya. Wajahnya tampak sendu, matanya berkaca-kaca membendung air mata yang sekuat tenaga ditahannya. Air mata yang seakan ingin meluap menghujani kedua pipinya. "Bagaimana kedua pengantin siap?" Sang penghulu bertanya pada Kenzo yang duduk di tepi brankar dan beralih melihat Arabella yang sejak tadi hanya tertunduk lesu. "Saya siap!" Kenzo menjawab dengan tegas tanpa keraguan. Sementara itu, Arabella masih menunduk. Dia mengusap air mata yang perlahan jatuh jua membasahi pipinya. Perasaannya bergemuruh, dia seperti ingin berteriak dan mengatakan bahwa dia tidak siap dengan pernikahan ini. Namun apalah daya, dia tidak punya kendali untuk menolaknya. "Jika aku tahu akan seperti ini, aku tidak akan pergi malam itu, aku akan menuruti ucapan papa. Pernikahan macam apa ini? Bukan ini pernikahan impianku. Bisakah aku bahagia menikah dengan lelaki yang tidak kucintai. Pasti dia menyimpan amarah padaku karena telah membuatnya cacat dan diputuskan oleh tunangannya. Papa aku takut! Apalagi aku harus tinggal bersama mereka, bagaimana hidupku nanti? Sekarang saja mereka menatapku penuh kebencian." Arabella sibuk dengan perasaanya sendiri. Dia tersadar saat mendengar kata sah diucapkan oleh penghulu dan beberapa saksi. Akhirnya, dia resmi menjadi seorang istri. "Oh Tuhan, apakah aku akan bahagia?" tanya Arabella dalam hati. "Lihatlah, aku akan membuatmu menderita seperti kau yang telah membuat hidupku hancur!" geram Kenzo dalam hati, menatap Arabella dengan penuh dendam.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Revenge

read
29.4K
bc

BELENGGU

read
68.6K
bc

Terjebak Asmara Majikan

read
8.1K
bc

Oh, My Boss

read
382.9K
bc

Beautiful Pain

read
11.1K
bc

MY LITTLE BRIDE (Rahasia Istri Pengganti)

read
16.7K
bc

Hasrat Istri simpanan

read
15.9K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook