Perpustakaan

2125 Kata
Freya terbangun dari tidurnya. Ia menoleh dan tersenyum mendapati Darel yang masih pulas dalam tidur. Freya bangun dan mengutip pakaian nya yang berserakkan di lantai. Setelah itu ia langsung memakai pakaian nya dan langsung keluar dari kamar Darel. Freya melihat isi kulas dan benar saja, tidak ada satu pun makanan yang tersedia di dalam kulkas tersebut. Freya tidk tau harus memasak apa sekarang.  Tetapi ia langsung teringat. Semalam ketika Darel membawa nya ke sini, ia dapat melihat ada swalayan di bawah. Ia dapat membeli bebrapa bahan makanan di sana. Freya pun langsung mengambil tas nya dan langsung keluar dari apartemen Darel. Freya langsung menuju liift. Tidak butuh waktu lama, Freya langsung sampai di swalayan yang memanng satu gedung dengan apartemen Darel. Freya sangat suka jika ia tinggal di sini. Ia tidak perlu pergi ke pasar itu membeli belanjaan. Di sini ia hanya turun lift dan jalan sebentar langsung bisa berbelanja sesuka nya.  Freya langsung memilih bahan makana yang akan ia masak pagi ini. Dia tidak terlalu banyak membeli bahan makanan.Freya hanya membeli apa yang akan ia masak untuk satu hari ini saja. Setelah selesai memilih bahan makanan dann membayar nya, Freya langsung naik kembali menuju apartemen Darel. Tadi malam Darel sudah memberitahukan kata sandi apartemen Darel ini. Jadi dia dapat dengan mudah keluar masuk ke sini.  Setelah masuk ke dalam apartemen Darel, Freya langsung bergegas untuk masak.   Pagi ini Freya hanya memasak makanan yang sangat sederhana menurutnya. Ia memasak nasi goreng seafood, tumis brokli dan jus jerus untuk mereka makan. Freya sebenarnya tidak tau apakah Darel akan menyukai makanan yang ia buat ini. Ia sangat takut jika Darel tidak menyukai masakkannya. Freya menata makanan yang sudah ia masak di atas meja makan.  Tidak beberapa lama kemudian, Darel bangun dan munuju meja makan. Freya sudah duduk di kursi. Freya tersenyum meiliha Darel yang hanya memakai celana pendeknya saja tanpa memakai baju. Darel terlihat sangat seksi sekarang.  "Morning." Ucap Darel. Ia mengecup lembut pipi Freya. Freya yang mendapatkan perlakukan seperti itu langsung terdiam. Perlahan Freya tersenyum. Ia tidak tau jika Darel bisa bersikap selembut ini.  "Morning." Balas Freya. Freya tersenyum tipis kepada Darel. Darel duduk di kursi yang berada tepat di samping Freya. Darel melihat menu makanan yang pagi ini dimasak oleh Freya. "Gue gak tau mau masak apa. Jadi gue masak yang simple aja dulu." Ucap Freya ketika melihat Darel yang menatap makanan buatan dirinya. "Gak masalah. Gue gak terlalu pemilih kok kalau soal makanan. Jadi santai aja." Balas Darel. Ia pun mengambil nasi dan sayur yang Freya masak. Setelah itu Darel memakan makanan yang dibuat Freya. Freya masih belum mengambil makanan untuk dirinya. Ia inginn melihat bagaimana Reaksi Darel tentang masakkan nya. "Gimana?" Tanya Freya ketika Darel sudah memakan masakan nya. "Enak. Gue suka." Balas Darel. Ia kembali menyuapkan nasi ke dalam mulut nya. Freya kembali tersenyum ketika mendengar itu. Setelah itu, Freya pun ikut makan masakannya. "Nanti kita pergi ke kampus bareng aja. Biar lo gak repot." Tawar Darel di sela sarapan mereka. Freya yang mendengar itu lansung menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Gue bisa sendiri kok." Balas Freya. Ia tidak ingin jika Darel mengantar dirinya ke kampus. Akan berbahaya jika ada orang yang mengetahui kedekatan dirinya dengan Darel. Apalagi jika Agam mengetahui semua ini. Freya tidak dapat membayangkan jika Agam mengetahui hubunngan dirinya dengan Darel.  Mungkin Agam tidak akan pernah mau mendekati dirinya lagi.  "Kenapa? Kita kan searah." Tanya Darel lagi. "Gue belum ganti baju dari semalam. Jadi gue mau pulang dulu untuk bersih-bersih. Setalah itu, baru gue pergi ke kampus. Jadi lebih baik lo pergi sendiri aja." Jelas Freya.  "Lo bisa bersih-bersih di sini. Kalau soal baju nanti bisa gue beli." Ucap Darel kepada Freya. Freya yang mendnegar itu langsung terdiam. Ia tidak tau lagi harus berkata apa kepada Darel. "Hm.. Sebenarnya gue gak mau ada orang yang lihat kalau lo nganter gue ke kampus. Lo ingat kan persyaratan yang gue kasih ke lo. Kalau di luar apartemen lo ini, Kita gak akan tegur sapa. Gue gak mau kalau Agam tau tentang ini. Dia pasti akan kecewa sama gue kalau tau gue kerja sama lo. Jadi.. tolong di mengerti ya." Tutur Freya. Darel yang mendnegar itu menatap Freya dengan tidak suka. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa Freya sampai tidak ingin satu orang pun tau tentang kedekatan mereka ini.  "Lo beneran ada hubungan lebih kan sama Agam itu?" Tanya Darel. Ia sedikit tidak suka jika Freya membahas tentang Agam. "Gue kan udah bilang sama lo.. Kami ini temenan. Dia memang sangat berarti buat gue. Bisa di bilang dia adalah pahlwan buat gue. Karena itu, gue  gak mau ngecewain dia." Balas Freya. "Pahlawan kesiangan iya." Sewot Darel. "Satu lagi.. Gue rasa untuk urusan pribadi seperti ini, kita gak boleh ikut campur. Jadi lo harusnya gak perlu nanya-nanya tentang urusan gue. Dan gue gak akan nanya-nanya tentang urusan pribadi lo. Gimana? Lo setuju kan?" Tanya Freya kepada Darel. Darel tidak membalas perkataan Freya ia hanya diam dan melanjutkan makannya. Freya yang melihat itu menghela napas panjang. Ia pun kembali melanjutkan makan. Mereka berdua kembali diam dan kembali menikmati makanan masing-masing. --- Freya tersenyum ketika melihat Agam yang sudah berada di depan rumah nya. Ia pun langsung menghampiri Agam. Untung saja Freya pulang cepat. Kalau tidak mungkin ia akan Ketahuan dengan Agam.  "Tumben lo jemput gue gini?" Tanya Freya kepada Agam. Agam ersenyum dan menyerahkan helm kepada Freya. Freya pun menerima helm tersebut dan memakainya. "Karena gue tau, lo lagi kekurangan uang. Lo jadinya gak perlu ongkos untuk pergi ke kampus. Karena mulai hari ini  gue akan anter jemput lo. Sampai gue temukan pekerjaan untuk lo. Gimana? baguskan ide gue?" Tutur Agam kepada Freya. Freya yang mendengar  itu hanya bisa tersenyum canggung. Ia tidak tau harus bagaimana menolak niat baik Agam ini. Jika Agam akan mengantar jemput dirinya, akan sulit untuk dirinya pergii ke tempat Darel. Dan Freya tidak mungkin membertahukan kepaa Agam jika ia sudah bekerja di apartemen Darel. Freya sangat yakin jika ia memberitahukan kepada Agam, Agam dengan sangat cepat langsung menyuruhnya untuk berhenti sekarang juga. Freya tau Agam melakukan hal itu demi kebaika dirinya. Tetapi mau bagaimana pun juga, Freya membutuhkan uang untuk bertahan hidup di kota ini. "Tapi lo gak usah terlalu sering antar jemput gue. Takutnya gue ngerepotin lo lagi." Balas Freya. Ia pun menaiki  motor Agam dan memeluk perut Agam seperti biasa. "Kapan sih gue merasa di repotin sama lo? Malahan kalau lo gak ngerpotin gue, gue yang bingung nanti nya." Ucap Agam lagi. Setelah itu ia menjalankan motonya dan pergi menuju kampus. Sesampainya di kampus, Freya dapat melihat Darel dan ketiga teman nya itu berada di parkiran tidak  jauh dari tempat Agam memarkirkan motornya. Darel dan ketiga teman nya itu menatap Freya dengan pandangan yang sulit untuk  ia artikan. Freya tidak mengerti arti dan maksud dari tatapan yang diberikan Darel kepada dirinya. Freya turun dari motor Agam dan menyerahkan helm yang tadi ia pakai. Freya sedikit merapikan rambutnya yang berantakan. Agam tersenyum melihat itu. Ia membantu Freya merapihkan poni Freya. "Kalau gini gue harusnya beli mobil ya, biar lo gak harus ngerapiin rambut lo gini." Ucap Agam kepada Freya dengan senyuman tipisnya itu. "Ide bagus. Gue tunggu mobil lo. Dan gue yang harus pertama kali naik di mobil lo itu. Oke?" Balas Freya. Agam menganggukkan kepalanya. "Oke. Gue setuju."  "Yaudah kalau gitu. Gue ke kelas gue duluan." Ucap Freya kepada Agam. "Yaudah.. Pulang nanti gue anter lo pulang ya." Balas Agam. Freya pun menganggukkan kepalanya. Setelah itu ia berjalan meninggalkan Agam. Freya berjalan melewati Darel dan teman-teman nya itu. Tatapan mata Darel masih terus menatap dirinya. Freya pun tidak berani untuk membalas tatapan itu. Ia hanya menundukkan kepalanya. Freya berjalan menuju perpustakaan. Ia mendapatkan pesan dari salah satu teman nya jika dosen yang akan masuk ke kelasnya tidak dapat hadir. Dan akhirnya di sini lah Freya sekarang. Ia tidak tau harus mau kemana lagi. Tidak mungkin ia menghubungi Agam untuk menemaninya. Karena Agam ada kelas saat ini. Freya tidak tau kenapa pagi ini, perpustakaan sangat sepi. Tetapi ia tidak terlalu memikirkan hal itu. Freya masuk dan memilih salah satu buku yang ingin ia baca. Setelah memilih buku, Freya duduk di salah satu kursi yang tersedia. Ia menikmati membaca  buku tersebut. "Seruu  banget kelihatannya baca tuh buku." Freya yang mendengar  suara itu langsung tersentak. Ia sedikit terkejut mendenggar seseorang berbicara kepada dirinya. Dan Freya kembali terkejut  ketika melihat siapa yang sudah berada di depan nya ini. Darel.  Ia tersenyum menatap Freya. Freya yang melihat itu lansung melihat sekeliling perpustakaan. Ia takut jika ada yang melihat interaksi mereka berdua di sini. Darel yang menyadari itu langsung tersenyum sinis. Ia pun duduk di kursi yang berada di hadapan Freya. "Tenang aja.. gak akan ada yang lihat kita di sini kok. Lo gak usah takut." Ucap Darel. Freya menganggukkan kepalanya. Setiaknya ketakutannya tidak benar-benar terjadi. "Lo ngapain di sini?" Tanya Freya mengalihkan pembicaraan. "Gak ada.. cuman mau lihat lo doang. Lo bisa lanjutin kegiatan lo. Gue gak akan ganggu." Balas Darel. Ia menatap Freya dengan intens. "Gue gak bisa konsentrasi kalo lo natap gue seperti itu." Tutur Freya. "Yaudah kalau gitu. Gimana kalau kita ganti aktivitas yang lain?" Ucap Darel kepada Freya. "Aktivitas? Aktivitas apa?" Tanya Freya. Darel tersenyum evil kepada Freya. Ia berdiri dari duduk nya dan berjalan mendekati Freya. Darel memeluk Freya dari belakang dan membisikkan sesuatu kepada Freya. "Gimana kalau  kita melakukan kegiatan kita seperti yang semalam? Lo pernah nyobain itu di perpus?  Enggak  kan? Makannnya ayo kita cobain." Ajak Darel kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung melepaskan tangan Darel yang memeluknya. Ia langsung berdiri dari duduknya. Menatap Darel dengan marah. "Lo gila? Lo pikir gue apaan? p*****r lo?" Ucap  Freya dengann kesal. Ia tidak percaya Darel mampu mengajaknya hal seperti itu. " Gue gak bilang lo p*****r gue? Gue cuman ngajak lo untuk melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada membaca buku." Balas Darel tanpa rasa bersalah. Freya menghela napas panjang. Ia tidak akan pernah bisa membuat pria yang ada di depannya ini untuk sadar. "Terserah lo lah. Gue capek berdebat sama lo." Putus Freya.  Darel tersenyum mendengar itu. Ia pun berjalan mendekati Freya dan memegang tangan Freya lembut. "Yaudah kalau gitu.." Ucap Darel. Ia mendekati Freya dan mencium bibir Freya. Freya seperti biasa, Ia sama sekali tidak menolak Darel. Darel tersenyum ketika melihat tidak ada penolakan dari Freya. Darel  megangkat tubuh Freya dan meletakkan Freya di atas meja. Ia masih terus mencium bibir Freya. Freya melingkarkan tangannya di leher Darel dan membalas ciuman Darel. Tangan Darel sudah mulai beraksi membuka kancing kemeja Freya. Tapi kegiatan mereka  berhenti ketika handphone Freya berdering. Darel sama sekali tidak menghiraukan hal itu. Tetapi tidak dengan Freya. Ia langsung menghentikan kegiatan mereka. Ia menoleh dan melihat handphone nya. Ia mendapati jika Agam yang menelepon diriya. Freya yang melihat itu pun langsung mengangkat panggilan tersebut.  "Kenapa, Gam?" Tanya Freya langsung. Darel yang melihat Freya menelepon, sama sekali tidak menghiraukan itu. Ia malah melanjutkan kegiatannya dengan meciumi leher Freya. Freya berusaha untuk menahan desahan nya. Ia takut jika Agam akan curiga oleh nya. "Gue dah selesai kelas nih. Ayo makan bareng." Ajak Agam kepada Freya.  "Oke. Tunggu gue di kelas lo ya. Gue ke sana sekarang." Balas Freya. Setelah mengatakan itu, Freya langsung menutup panggilan. Ia meletakkan handpone nya dan menghentikan kegiatan yang Darel lakukan. "Gue mau pergi dulu." Ucap Freya kepada Darel. Darel yang melihat kegiatannya terhenti langsung menatap Freya tidak suka.  "Lo langsung datang hanya karena temen lo itu nelpon?" Tanya Darel sinis. "Bisa di bilang begitu. Kenapa emang nya?" Tanya Freya balik. "Gue gak suka." Jawab Darel. Freya yang mendengar itu langsung tertawa. Ia tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. "Terus gue peduli? Gue gak perduli kalau lo suka atau enggak. Gue kan dah bilang hubungan kita sebatas Apartemen lo. Selain itu kita tidak saling kenal." Ucap Freya kepada Darel. Setelah mengatakan itu, Freya turun dari meja dan merapikan barang-barang miliknya. Tak lupa ia merapikan penampilan dirinya. Setelah selesai, Freya hendak meningalkan Darel. Tapi tanggan Freya di tahan oleh Darel.  "Gue tunggu lo di apartemen gue jam dua siang. Gue tidak suka jika ada orang yang telat. Akan ada hukuman untuk lo kalau lo  telat datang. Lo paham?" Ucap Darel kepada Freya.  "Lo lagi ngancam gue sekarang?" Tanya Freya denga senyuman sinis nya. "Lo bisa sebut gitu kalau menurut lo seperti itu." Jawab Darel. "Lo gak berhak untuk ngatur gue. Dan juga jam dua gue har--" Darel langsung memotong perkataan Freya. "Lo sekarang kerja sama gue, kan? Bukannya seorang pekerja hsrus nurut sama bos nya?" Tanya Darel kepada Freya. Freya menghela napas panjang.  "Oke. Jam dua siang. Kalau gitu saya pergi dulu, pak bos." Ucap Freya. Freya pun pergi meningglkan Darel. Darel tersenyum tipis mendengar perkataan Freya yang memanggilnya dengan sebutan bos itu. "Gu suka kalo lo panggil bos."  Teriak Darel kepada Freya yang tidak di jawab oleh Freya. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN