Bekerja dengan Darel

2018 Kata
Salah satu teman Darel menetahui tentang kedatangan Freya. Ia dengan cepat langsung memberitahukan nya kepada Darel. "Itu bukannya pelayan itu ya?" Tanya salah satu teman Darel. Mendengar itu keempat pria itu langsung menoleh dan melihat Freya yang berjalan menuju ruangan Laura.  "Sepertinya lo sama tuh pelayan di takdirkan untuk bertemu lagi, Rel." Balas teman Darel dan memasang wajah menggoda nya. Darel tidak menanggapi perkataan itu. Ia berdiri dari duduk nya dan langsung berjalan keluar untuk menunggu Freya. Tidak beberapa lama menunggu, Darel dapat melihat Freya yang berjalan keluar dari dalam Club. Darel tersenyum melihat Freya. Ia berjalan mendekati Freya. Freya yang melihat kehadiran Darel langsung diam di tempat nya. Ia tidak tau harus berbuat apa. Freya masih setia menatap pria itu hinggi ia sudah berada tear di depan Freya. "Gue denger lo keluar dari pekerjaan ini?" Tanya Darel. Suaranya mampu membuat Freya merasa terhakimi. "Iya. Gue keluar. Kenapa?" Tanya Freya balik. Ia sebenarnya tidak mau berurusan lagi dengan Darel. Ia rasa akan terlalu berbahaya terus berada di dekat pria ini. "Harusnya gue yang nanya itu. Kenapa lo keluar dari sini? Akh.. Sebenarnya Laura udah jelasin semua nya ke gue. Temen lo yang bernama Agam itu yang buat lo keluar dari sini. Ya kan? Gue penasaran.. Ada hubungan apa lo sama dia sampai dia berhak buat lo keluar dari pekerjaan ini. Dan lo sama sekali enggak keberatan akan hal itu." Darel menatap Freya dengan intens. Sedangkan Freya, sebisa mungkin ia tidak ingin menatap ke arah Darel. "Hubungan gue sama Agam bukan urusan lo kan? Lagian.. Sependenngaran gue tentang lo, lo enggak akan perhubungan lagi sama wanita yang udah lo pakek. Bukannya hanya satu malam? Dan apa ini? Sekarang lo mau tau urusan pribadi gue?" Balas Freya. Dia tidak tau dari mana keberanian yang ia dapatkan sehingga bisa bicara seperti ini kepada Darel. Darel tertawa mendengar penuturan Freya. Ia mengelus lembut rambut Freya. "Bener. Lo bener tentang sependengaran lo itu. Gue emang gitu. Dan gue gak menyangkal semua itu." Balas Darel kepada Freya. Freya yang mendengar itu menatap Darel sinis. "Yaudah kalau gitu. Permisi." Ucap Freya. Ia berjalan meninggalkan Darel. Tetapi belum beberapa jauh, langkah Freya langsung berhenti ketika mendengar tawaran Darel. "Gue ada kerjaan buat lo. Kalau lo mau." Ucap Darel. Ia membalikkan badannya untuk melihat Freya. Freya yang mendengar itu langsung menatap Darel. Ia tidak tau pekerjaan apa yang akan Darel tawarkan kepada dirinya. Tetapi hanya satu hal yang bisa ia pikirkan sekarang. "Pekerjaan? Lo mau nawarin gue pekerjaan? Pekerjaan apa? Jadi p*****r lo?" Tanya Freya langsung. Ia sangat kesal sekarang. Darel menatap Freya tajam. Ia berjalan mendekat ke arah Freya. "Lo anggap gue ini apa? Bahkan tanpa memperkerjakan lo, gue bisa dapat wanita yang gue mau. Lo jangan aggap gue seperti apa yang lo denger." Ucap Darel tajam. Ia sedikit tersinggung dengan apa yang Freya katakan kepada dirinya. Freya merasa gugup sekarang. Tatapan yang Darel berikan kepada dirinya membuat nya sulit untuk untuk bernapas sekarang. "Sori.. Gue gak bermaksud untuk bikin lo tersinggung gini. Gue minta maaf." Ucap Freya kepada Darel. Darel. Menghela napas panjang mendengar permintaan maaf Freya. "Gak masalah. Gue emang sering di aggap begitu. Dan juga pekerjaan yang gue maksud itu, gue mau lo kerja bersihin apartemen gue. Ya lo bisa datang tiga kali seminggu atau dua kali seminggu. Gue sebenarnya enggak sering ke sana. Tapi gue rasa apartemen gue harus dibersihkan." Jelas Darel. Freya benar-benar merasa  bersalah sekarang. Bagaimana bisa ia beranggapan jika Darel akan menawarkan ia kerja yang tidak-tidak. "Gue bakal gaji lo dua kali lipas dari apa yang lo dapat di club ini." Lanjut Darel lagi. Freya yang mendengar itu langsung membulatkan kedua bola mata nya. Tawaran yang diberikan Darel benar-benar menggoda dirinya. "Oke. Gue ikut. Tapi gue gak mau ada orang lain yang tau kalau gue kerja sama lo selain kita berdua. Dan ketika di kampus, gue gak mau kita terlihat dekat." Ucap Freya menjelaskan apa yang ia mau kepada Darel. "Sure. Gue setuju. Kapan lo mulai kerja?" Tanya Darel. "Secepatnya. Mungkin besok gue bisa langsung kerja." Balas Freya. "Oke.. Kalau gitu gue akan anter lo untuk lihat apartemen gue." Darel berjalan menuju mobil nya. Ia memabukkan Freya pintu samping. Freya mau tidak kau langsing berjalan dan masuk ke dalam mobil Darel. Di dalam perjalan mereka hanya diam. Freya tidak tau harus membuka pembicaraan seperti apa. Hingga Darel yang memulai percakapan diantara mereka. "Lo sama sih Agam itu ada hubungan apa?" Tanya Darel. Freya sebenarnya sangat malas menjawab pertanyaan Darel. Tetapi ketika ia ingat sekarang Darel ini bos nya ia pun tidak bisa untuk bersikap tidak sopan kepada Darel. "Temen gue. Lebih tepatnya dia udah kayak saudara gue sendiri. Mungkin kalau gak ada Agam di kehidupan gue, gue udah gak kuliah lagi. Agam selalu bantu gue. Dalam hal sekecil apa pun." Tutur Freya kepada Darel. Darel yang melihat itu tersenyum sinis. "Itu menurut lo kan? Menurut dia? Mungkin aja dia anggap lo bukan temen atau pun suadara. Mungkin dia anggap lo sebagai wanita." "Gak mungkin. Agam gak mungkin suka sama gue. Dia terlalu baik untuk gue." "Lo tau.. Kadang pria gak masalah tentang masa lalu wanita yang ia sukai. Yang penting, wanita itu bisa menjadi miliknya. Dan yang gue lihat, sepertinya Agam lo itu memang beneran suka ama lo." Ucap Darel kepada Freya. "Biarin aja lah. Lagian itu perasaan dia. Gue gak mungkin ngelarang dia untuk sukak sama gue." Balas Freya. Setelah mengatakan itu ia menyenderkan kepalanya di kaca mobil sambil melihat pemandangan malam kota. "Lo tau.. Lo wanita pertama yang duduk di mobil ini." Ucap Darel tiba-tiba. "Pembohong. Lo gak bisa nipu gue. Gue tau orang seperti apa lo ini. Gak mungkin lah dari ratusan atau bahkan ribuan cewek yang lo tidurin gak ada yang pernah lo aja untuk naik ke mobil lo ini." Balas Freya. Ia sama sekali tidak percaya dengan penuturan Darel. Bahkan rumput pun tidak akan percaya dengan apa yang Darel katakan ini. "Gue serius. Gue gak sembarangan bawa wanita masuk ke dalam kehidupan pribadi gue. Karena gue pikir gue hanya akan berhubungan dengan mereka sekali saja. Jadi mereka tidak perlu tau seperti apa kehidupan gue. Dan mobil salah satu kehidupan pribadi gue." Tutur Darel lagi. Freya tersenyum mendengar penuturan Darel. "Kalau gitu.. Kenapa gue lo kasih untuk naik ke mobil lo ini? Lo bahkan nyuruh gue untuk bersihin apartemen lo. Bukannya semua itu hal pribadi lo?" Tanya Freya. "Karena lo beda." Balas Darel. Freya yang mendengar itu langsung menegakkan  badannya dan menatap ke arah Darel. "Beda? Gue beda apa emang nya?" Tanya Freya. Ia penasaran. Apa yang membedakan dirinya dengan wanita-wanita Darel yang di luar sana. "Karena gue rasa gue akan terus berhubungan dengan lo. Jadi gak masalah kalau lo tau hal pribadi gue." Balas Darel dengan santai. Freya yang mendengar perkataan Darel merasa sedikit bahagia. Ia merasa seperti ada kesempatan untuk dirinya mengenal pria ini lebih dalam lagi. --- Freya tidak percaya apa yang ka lihat di depan nya ini. Ia sudah masuk ke dalam Apartemen Darel dan ia sangat terkejut melihat apartemen Darel. Ia menatap Darel dan menggelengkan kepalanya. "Lo bilang ini perlu di berishin? Gue bersihin apa lagi Darel? Ini tuh udah sangat bersih." Ucap Freya. Yup.. Apartemen yang Darel bilang perlu untuk dibersihkan sama sekali tidak terlihat kotor. "Ya.. Karena gue jarang ada di sini. Tapi mulai sekarang gue akan sering di sini. Dan juga kulkas dan bahan makanan di apartemen ini kosong. Lo bisa mulai ngisi. Hm.. Satu lagi lo bisa masak kan?" "Bisa." Balas Freya. "Good. Lo bisa masak buat gue mulai besok. Karena gue gak mau terlalu sering makan makanan instan. Ya.. Sekalian ada lo." Ucap Darel. Ia pun berjalan menuju lemari dapur. Ia membuka nya dan mengambil salah satu wine favorit nya. "Lo mau?" Tawar Darel kepada Freya. Freya dengan cepat langsung menggelengkan kepala nya. "Gak deh. Terkahir kali gue minum begituan gue jadi tidur sama lo. Gue gak mau ngulangin kesalahan yang sama lagi." Tolak Freya. Freya berjalan menuju sofa dan duduk di sana. "Ya gue gak masalah sih kalau lo terbangun di samping gue tanpa sehelai benang pun. Gue malah suka." Balas Darel kepada Freya. Ia mengambil gelas nya dan duduk di sebelah Freya. Freya menetap Darel tajam. "Gue harap itu gak akan pernah terjadi lagi." Ucap Freya kesal. "Iya terserah lo deh. Kita gak tau kan apa yang akan terjadi kedepan nya." Balas Darel. Ia mengeguk wine favorit nya dengan sangat nikmat. Freya tidak tau mengapa Darel sangat suka meminum minuman seperti itu. "Ngoming-ngomong.. Orang tua lo dimana?" Tanya Freya. Ia sangat penasaran keberadaan kedua orang tau darel. Freya menatap wajah Darel. Raut wajah Darel langsung berubah ketika Freya menanyakan tentang kedua orang tua Darel. "Sori kalau gue nanya nya keterlaluan. Lo gak usah jawab. Gue gak bermaksud buat lo sedih." Ucap Freya lagi. "Gak masalah. Bokap nyokap gue udah pisah dan mereka udah punya keluarga masing-masing. Gue gak mau ikut sama salah satu diantara mereka. Dan di sini lah gue sekarang. Mereka memang sering ngirim gue uang untuk hidup dan ini lah semua uang yang mereka berikan. Gue pergunai untuk kesenangan gue. Mereka pikir gue bisa di beli sama uang mereka itu. Tapi mereka salah. Gue sama sekali enggak bisa dibeli sama uang mereka yang banyak itu." Jelas Darel. Freya benar-benar merasa bersalah telah menanyakan masalah kedua orang tua Freya. Freya memegang bahu Darel. Berusaha untuk menenangkan Darel. "Sori.. Gue gak bermaksud buat lo jadi keinget sama kedua orang tua lo. Tapi lo harus tau kalau kedua orang tua lo pasti sayang sama lo. Mereka ngelakuin itu pasti ada alasannya." Ucap Freya. "Gue enggak akan pernah ngelakuin itu. Gue gak akan pernah buat anak gue ngerasain  apa yang udah gue rasain selama ini. Anak-anak gue nantinya akan  ngerasain sosok kedua orang tuanya." Tutur Darel. Freya tersenyum mendengar penuturan itu. Ia merasa Darel benar-benar tidak seperti apa yang ia dengar selama ini. "Gue seneng lo ngomong gitu. Gue harap apa yang lo katakan barusan beneran terjadi. Jangan pernah ngelakuin kesalahan yang pernah orang tua lo bikin." Balas Freya. "Dan satu lagi.. Lo bisa mulai dengan berhenti minum minuman seperti ini. Lo bisa mulai berhenti untuk mainin perasaan wanita. Karena gue rasa, pelarian yang lo bikin ini hanya akan ngerusak lo sendiri. Bukan kedua orang tua lo. Mereka gak akan tau keadaan lo karena mereka mungkin udah bahagia dengan kehidupan mereka masing-masing. Tapi lo? Gue lihat gak ada kebahagian yang lo pancarkan dalam hidup lo. Lo harus hidup sehat. Biar lo bisa nikah, punya anak dan lo akan menepati janji lo itu. Tapi kalau lo terus bersikap seperti ini, gue rasa gak ada wanita yang mau nikah sama lo. Gak ada wanita yang mau lo jadi bapak untuk anak-anak nya nanti." Sambung Freya lagi. Ia berusaha untuk memberikan Darel nasihan. Agar Darel tidak melakukan terus terjerumus dengan hal-hal yang dapat membuat dirinya sendiri dalam masalah. Darel tersenyum menatap Freya. Ia memegang pipi Freya dan mengelusnya lembut. Perlahan tapi pasti, Darel mendekatkan wajahnya ke wajah Freya. Freya sama sekali tidak menolak. Darel mencium Freya. Bibir mereka saling bertaut. Freya sangat menikmati momen ini. Darel berjalan menggendong Freya dan membawa Freya menuju kamar nya. Ia menidurkan Freya di kasur dan perlhana membuka satu per satu kancing baju Freya. Freya benar-benar tidak menolak perlakuan tersebut. Ia malah membantu Darel untuk membuka baju Darel. Kali ini tidak ada efek alkohol yang Freya minum. Ia sepenuhnya sadar apa yang ia lakukan sekarang. Freya tersenyum menatap wajah Darel. Begitu pula sebaliknya. Darel mengelus lembut pipi Freya yang mulai kemerahan itu. "Kalau lo gak mau.. Kita bisa berhenti di sini. Gue gak mau ngelanjutin kalau lo gak mau untuk di lanjutin." Ucap Darel dengan suara lembut nya. Freya menggelengkan kepala nya. Ia mengantungkan kedua tangannya di leher Darel. "Lanjutkan. Gue mau dilanjutkan. Gue gak mau berhenti." Balas Freya kepada Darel. Darel yang mendengar itu tersenyum. Ia kembali mencium bibir Freya dengan lembut. Freya pun membalas ciuman tersebut. Freya tidak tau kenapa ia malah mau melakukan itu kembali dengan Darel. Mungkin ia sudah gila. Tapi ia tidak mau melewatkan kesempatan seperti ini. Freya sudah pernah melakukannya sekali. Dan ia rasa tidak ada bedanya jika ia melakukannya lebih dari sekali. Yang penting ia melakukannya hanya dengan seorang pria. Dan pria itu ialah Darel. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN