Dinner dengan Agam

1062 Kata
Jantung Freya sekarang mulai deg-degan. Ia sedang menunggu reaksi dari Syasya. Syasya pasti sedang berpikiran yang tidak-tidak terhadap dirinya. "Oh.. Ada kok. Nanti sekalian kita lewat dari sana aja biar Bapak tau jalannya." Balas Syasya dengan santai. "Wah bagus itu. Terimakasih Syasya." Ucap Agam. "Kalau mau ke dokter kandungan, saya ada tau dokter yang bagus di sana. Soalnya kemarin saudara saya juga sama dokter itu dan memang bagus sih. Nanti kalau bapak sama mbak Freya mau nyoba sama dokternya saya kasih tau." Tutur Syasya lagi. "Boleh banget itu." Balas Agam. Freya menatap kearah Syasya. Bagaimana bisa respon Syasya hanya seperti itu. Ia sangat takut jika Syasya akan menganggapnya yang tidak-tidak. Tidak ada pembicaraan diantara mereka setelah itu. Freya pun menyenderkan kepalanya di kaca jendela mobil. Menatap jalanan yang dilalui beberapa mobil dan motor. Lampu-lampu yang menerangi kegelapan di malam ini membuat Freya merasa sedikit tenang. Ia menghela napas panjang. Kehidupan nya sangat penuh akan peristiwa yang tidak bisa pernah ia bayangkan sebelumnya. Freya merasa sangat ingin untuk mengakhiri semua ini. Tetapi semua itu tidak akan adil untuk dirinya dan anak nya nantinya. Darel mungkin sebentar lagi akan bahagia dengan keluarga barunya. Dan jika ia terpuruk bahkan sampai memutuskan untuk mengakhiri semuanya, itu akan semakin membuat Darel akan bahagia. Ia ingin melihat Darel menderita. Menderita seumur hidupnya. Freya menoleh ke arah tangannya ketika merasakan jika tangannya ada yang menggenggam. Ia tersenyum tipis ketika melihat Agam lah yang Menggenggam tangan nya. Memang hanya Agam yang akan selalu ada di saat ia sedang hancur seperti ini. Freya dan Agam masih terus saling menggenggam tangan mereka. Tanpa mereka berdua sadari, Syasya yang melihat itu hanya tersenyum tipis. Ia tidak ingin terlalu ikut campur dengan hubungan Agam dan Freya. Tetapi ia merasa jika Agam seperti nya sangat menyayangi Freya. Syasya menghentikan mobil di depan salah satu restauran yang cukup besar. Freya dan Agam pun langsung turun dari mobil. Mereka menunggu Syasya untuk memarkirkan mobil. Setelah selesai, mereka bertiga langsung berjalan masuk menuju restauran. "Teman ini lumayan bagus pak. Makanannya juga enak kok. Nanti saya rekomendasikan makanan yang enak-enak disini." Jelas Syasya kepada Agam. Agam hanya menganggukkan kepalanya. Ia sebenarnya tidak terlalu perduli mau makan di mana. Sekarang ia benar-benar sudah sangat lapar. Mereka bertiga berjalan memasuki restauran dan disambut oleh salah satu pelayanan restauran tersebut. "Selamat malam.. Berapa orang?" Tanya salah satu Pelayanan di restoran ini. "Tiga orang, mbak." Balas Syasya langsung. Pelayanan tersebut pun menganggukkan kepalanya. "Baik. Silahkan ikut saya biar saya antar ke meja." Sahut pelayan itu lagi. Freya, Agam dan Syasya pun berjalan mengikuti pelayan tersebut. Mereka di bawa menuju meja tepat di depan jendela yang menunjukkan pemandangan kota. Freya yang melihat itu tersenyum tipis. Ia sangat menyukai view yang ada di restauran ini. "Silahkan. Saya ambil menu nya bentar. " Ucap pelayan itu lagi. Freya, Agam dan Syasya pun langsung duduk di meja tersebut. Freya duduk di depan Agam dan disebelah dirinya ialah Syasya. Tidak beberapa lama kemudian, pelayan tadi kembali datang dengan menu dan memberikan buku menu tersebut kepada mereka bertiga. Tetapi yang hanya memesan makanan ialah Syasya. Ia memesan makanan dan minuman sesuai apa yang enak di sini. Setelah memesan, mereka hanya menunggu datangnya makanan pesanan mereka. Freya menatap hamparan jalanan yang ada di depannya. Ia benar-benar sangat menyukai tempat ini. Seketika Freya merasa sangat dejavu. Ia pernah diajak Darel ke restauran yang sangat indah. Tempat ini kembali mengingatkan dirinya tentang Darel lagi dan lagi. Freya menghela napas panjang. Sekarang ia tidak akan pernah lagi dinner berdua bersama Darel. Mungkin itu kali pertama dan terakhir bagi dirinya untuk makan di restauran mewah seperti itu. "Saya ke toilet dulu ya." Ucap Syasya. Agam pun langsung menganggukkan kepalanya. Setelah itu Syasya bangkit dari duduknya dan langsung berjalan pergi meninggalkan Freya dan Darel. Sebenarnya ia tidak ingin ke kamar mandi. Hanya saja ia ingin meninggalkan Freya dan Agam untuk mengobrol sesaat. Ia merasa Freya dan Agam ingin berbincang sedikit tanpa ada dirinya. "Lo baik-baik aja?" Tanya Agam ketika Syasya sudah pergi. Freya tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. "Bohong kalau gue baik-baik aja. Gue hanya berpura untuk baik-baik aja. Seolah gak ada yang terjadi sama gue. Tapi gue juga gak tau kapan gue akan menunjukkan kalau gue gak baik." Tutur Freya. Ia menatap Agam lekat. "Gak papa, Frey. Gak ada manusia yang baik-baik saja. Gue tau sekarang lo lagi berusaha kuat untuk semuanya. Tapi gue tau, perlahan tapi pasti lo akan menjadi kuat seperti apa yang selama ini lo pura-purakan." Balas Agam. "Gue hancur, Gam.. Gue udah hancur. Gak ada lagi yang bisa gue perbaiki dari diri gue sekarang ini. Pekerjaan, orang tua, bahkan diri gue sendiri. Gak ada." Balas Freya. Ia sangat ingin melepaskan semua ini. Melepaskan semua apa yang sudah menjadi beban dalam dirinya. "Gak ada yang hancur Frey. Kalaupun hancur, bukannya bisa di perbaiki lagi? Bahkan vas yang jatuh ke lantai bisa diperbaiki dengan baik. Walaupun tidak sempurna. Semuanya ada jalan keluarnya. Semua bisa diperbaiki. Kalau lo mau untuk memperbaiki itu sendiri. Intinya, semua yang udah lo hancurin sekarang, hanya lo yang bisa memperbaiki nya sendiri. Hanya lo. Bukan gue, ataupun orang lain." Freya yang mendengar perkataan tersenyum. Kata kata yang diberikan oleh Agam selalu bermakna untuk dirinya yang lemah ini. Agam benar-benar mampu memuatnya dirinya untuk terus semangat. "Lo mau terus kayak gini terus? Hancur, patah hati, nangis, dan nyalahin diri lo gini? Freya.. Untuk apa? Semua yang udah berlalu gak akan pernah bisa lo ulang lagi. Wake up, Freya! Dunia gak akan baik sama lo kalau lo gini terus. Gak ada orang yang mau perduli sama lo selain lo sendiri. Jangan hancur hanya karena dia, Frey. Dia mungkin udah bahagia sekarang. Dia mungkin lagi fitting baju pengantin nya. Sedangkan lo? Nangis? Kasihan anak lo. Darel gak akan nikahi wanita itu kalau dia benar-benar cinta sama lo." Sahut Agam lagi. "Tapi wanita itu hamil, Agam. Dia hamil." Ucap Freya. "Jadi lo? Lo juga hamil kan? Frey dia sangat gampang mengatakan kalau dia akan bertanggung jawab atas anak wanita itu. Padahal dia belum tau apa anak yang wanita itu sedang kandung anak dia atau bukan. Dan kalau dia benar-benar cinta sama lo, ia enggak akan langsung mau bertanggung jawab langsung seperti itu. Dia harusnya mikirin lo, Frey." Jelas Agam lagi. Freya yang mendengar perkataan Agam terdiam. Apa yang Agam katakan ada benarnya juga. Darel seperti nya tidak benar-benar mencintai dirinya. Darel hanya menjadikan dirinya sebagai mainan saja. Tidak lebih dari itu. ----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN