Mengatakan semuanya kepada Syasya

1104 Kata
Agam menatap Freya dengan senyumannya. Ia tidak bisa memalingkan wajahnya dari Freya malam ini. Freya benar-benar terlihat sangat cantik. Aura yang dipancarkan oleh Freya mampu membuat jantungnya berdetak tak beraturan. "Kenapa sih? Gitu amat lihatin gue." Ucap Freya kepada Agam. Ia akhirnya menyadarinya. Tatapan yang diberikan Agam mampu membuat Freya merasa sedikit tersipu. "Lo cantik malam ini." Ucap Agam kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung tersenyum. "Bohong." Sahut Freya. Agam langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak Frey, beneran. Lo cantik." Tutur Agam lagi. "Ngomong-ngomong, lo kenapa kasih tau Syasya kalau gue lagi hamil? Dia orang baru Agam. Gimana kalau dia anggap gue wanita rusak?" Tanya Freya mengalihkan pembicaraan. Ia menatap Agam sedikit kesal. "Emangnya kenapa? Cepat atau lambat dia juga akan tau. Lo juga ngapain perduli banget sama omongan orang. Biarin aja dia mau beranggapan gimana. Dia kan gak tau cerita yang sebenarnya." Balas Agam. Freya hanya menghela napas. Jika ia berdebat dengan Agam, dia tidak akan pernah menang. Tetapi memang apa yang Agam katakan ada benarnya juga. Freya tidak membalas perkataan Agam. Ia baru menyadarinya. Kenapa Syasya lama sekali dari toiletnya. Freya melihat sekeliling, ia masih belum menemukan keberadaan Syasya. "Syasya kok belum balik, ya?" Tangan Freya kepada Agam. Agam menaikkan kedua bahunya. Ia menggelengkan kepalanya. "Ntah. Ngantri mungkin." Jawab Agam. Agam sama sekali terlihat tidak perduli. "Yaudah gue ke toilet juga deh mau lihat dia." Ucap Freya. "Ngapain? Nanti kan dia kesini. Capek-capekin lo." Balas Agam. Freya tidak menjawab. Ia pun bangkit dari duduknya. Ia berjalan meninggalkan Agam sendiri di meja tersebut. Freya berjalan menuju toilet. Ia memasuki toilet. Tetapi ia tidak menemukan keberadaan Syasya. Freya memeriksa satu persatu bilik kamar mandi tersebut. Dan kosong. Tidak ada Syasya di sana. Freya berjalan keluar. Ia menatap sekeliling. Ia tersenyum ketika melihat Syasya yang sedang duduk di taman restauran ini. Freya berjalan mendekati Syasya. Syasya hanya diam menatap langit malam. Freya memegang bahu Syasya ketika sudah berada tepat di belakang Syasya. Syasya menoleh kebelakang. Ia sedikit terkejut mendapat keberadaan Freya di sini. Syasya langsung berdiri dari duduknya. "Mbak? Ngapain di sini?" Tanya Syasya. "Nyariin kamu. Kamu ngapain di sini?" Tanya Freya. "Mau hirup udara segar aja, mbak." Balas Syasya. Freya tersenyum mendengar perkataan Syasya. Ia berjalan mendekati Syasya dan duduk di samping Syasya. "Bohong." Ucap Freya. Syasya pun langsung menganggukkan kepalanya. Ia juga ikut duduk. "Iya saya bohong. Saya tau mbak dan Pak Agam pasti perlu waktu untuk bicara berdua. Saya gak mau ganggu." Balas Syasya. "Kamu gak ganggu kok. Lagian kan kami yang ngajak kamu ke sini. Udaranya emang sejuk ya.." Tutur Freya. Ia juga mengikuti apa yang tadi Syasya lakukan. Menatap ke arah langit malam yang dipenuhi oleh bintang. Syasya hanya diam. Ia tersenyum tipis melihat wajah Freya. Freya sangat cantik. Wajar saja Agam menyukai dirinya. "Kamu gak mau bilang apa-apa setelah kamu tau saya hamil?" Tanya Freya lagi. Syasya yang mendengar itu langsung menghilangkan senyuman nya. Ia sebenarnya tidak tau mau bilang apa. "Saya enggak mau terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, mbak. Makannya saya enggak terlalu menanyakan perihal tersebut." Balas Syasya dengan lembut. Freya tersenyum. Syasya benar-benar terlihat sangat baik. "Kenapa? Kamu bisa kok nanya apapun. Saya akan jawab." Ucap Freya lagi. Syasya langsung menggelengkan kepalanya. "Enggak mbak. Saya enggak mau terlalu dalam mengetahui masalah mbak." Balas Syasya. Freya memejamkan kedua matanya. "Saya hamil di luar nikah. Ini anak saya dengan pacar saya. Dan Agam.. Dia bukan saudara saya. Dia hanya sahabat saya. Dia yang mau bertanggung jawab sama kehidupan saya sekarang ini." Jelas Freya. Ia tidak tau mengapa bisa mengatakan hal ini. Padahal ia tidak ingin menceritakan apa yang terjadi kepada dirinya dengan orang lain. Syasya menghela napas panjang. Ia tidak tau mau mengatakan apa. Freya yang menyadari itu langsung menatap kearah Syasya. "Kenapa? Saya terlihat seperti orang yang buruk kan? Aib banget saya ini." Balas Freya. "Enggak mbak. Kenapa harus aib? Hamil di luar nikah udah jadi hal biasa kok. Gak ada yang salah akan hal itu. Mbak enggak harus malu akan hal itu. Saya malah sangat bangga dengan mbak. Mbak enggak menghilangkan bayi itu. Itu aja udah buat mbak baik. Mbak berani bertanggung jawab dengan apa yang udah mbak buat." Jawab Syasya. Freya yang mendengar itu langsung terdiam. Ia tidak menyangka Syasya mampu mengatakan hal itu. "Mbak memang membuat kesalahan. Tapi saya kagum sama mbak. Mbak mampu mengatasi semua ini. Mbak enggak menggugurkan kandungan mbak. Saya tau pasti akan banyak sekali masalah nanti kedepannya. Tapi saya yakin, mbak pasti akan mampu menghadapi semua itu. Jangan nyerah ya mbak. Kalau mbak perlu teman untuk curhat saya akan dengan hati nemanin mbak. Mbak gak sendiri kok. Banyak orang yang perduli sama mbak. Ada pak Agam, ada saya." Tutur Syasya kepada Freya. Freya menatap wajah Syasya dalam. Ia tidak pernah membayangkan jika ada orang lain selain Agam yang mampu berbicara kepada Freya seperti ini. Freya tidak mampu mendengar kata-kata yang seperti itu. Ia tidak mampu mendengar perkataan yang menguatkan dirinya seperti ini. Entah kenapa akhir-akhir ini Freya sangat mudah menangis. Freya perlahan mengeluarkan air matanya. Syasya yang melihat itu tersenyum. Ia dengan sigap memeluk tubuh Freya. Menepuk pundak Freya dengan pelan. "Gak papa kalau mbak mau nangis. Gak ada yang salah dengan menangis. Yang salah itu, kalau mbak menyerah dengan semua ini. Mbak harus yakini diri mbak kalah mbak itu kuat dan mbak mampu menghadapi semua ini." Ucap Syasya mencoba untuk menguatkan Freya. Freya yang mendengar itu malah semakin menangis dengan kuat. Ia membalas pelukan Syasya. Syasya hanya diam. Ia tidak mengatakan hal apapun lagi. Ia tau jika Freya membutuhkan sesorang untuk mendengarkan tangisannya ini. Syasya masih memeluk Freya. Tetapi ia hanya diam dan mencoba untuk menunggu Freya tenang dan menghentikan air matanya. Dan benar saja. Lama kelamaan, akhirnya Freya menghentikan air matanya. Syasya kembali tersenyum dan melepaskan pelukan mereka. Ia menatap wajah Freya. Bahkan ketika Freya menangis seperti ini, tidak membuat wajah Freya jelek. Freya masih cantik seperti tadi. "Udah selesai nangisnya? Mbak masih cantik aja walaupun barusan nangis tadi." Ucap Syasya. Freya tersenyum mendengar itu. "Jangan bohong. Mata saya pasti udah bengkak." Tutur Freya. "Sedikit." Balas Syasya. Freya tertawa mendengar itu. Syasya pun ikut tertawa. Ia sedikit lega akhirnya Freya kembali seperti tadi. "Kita kembali ke dalam? Mungkin pak Agam udah makan makanan kita, sangking lamanya kita di sini." Ucap Syasya. "Kalau dia makan, nanti saya marahin. Berani banget dia makan makanan kita. Atau enggak kita pesan lagi. Kita habisin uangnya malam ini." Tutur Freya. Mereka berdua kembali tertawa. Freya menghapus air matanya. Ia merasa sedikit baikan dengan menangis seperti ini. Mereka pun bangkit dari duduknya dan berjalan untuk kembali masuk ke dalam Restauran. Freya merasa sangat beruntung bisa mengenal Syasya yang sangat baik ini degan dirinya. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN