Memberitahu Syasya

1121 Kata
Freya berjalan menyusuri rumah ini. Ia mengecek kamar tidur. Freya tersenyum. Kamar nya cukup besar untuk dirinya dan anaknya nantinya. "Gimana?" Tanya Agam. Freya menoleh dan langsung tersenyum. "Gue suka." Balas Freya. "Lo pilih kamar ini atau yang di sebelah?" Tanya Agam lagi. Freya melihat sekeliling kamar ini. "Gue ambil di sini." Tutur Freya. "Ok.. Gue masukin ya barang-barang lo." Ucap Agam lagi. Freya hanya menganggukkan kepalanya. Agam pun langsung berjalan keluar untuk mengambil barang-barang milik Freya. Freya duduk di atas kasur yang sekarang akan ia tiduri. Freya kembali mengelus perutnya ia tersenyum tipis. Kehidupan ini adalah pilihannya. Semua yang terjadi akan menjadi masa lalunya. Tidak beberapa lama kemudian, Agam masuk ke dalam kamar kembali dengan membawa dua koper milik Freya. "Mau gue bantuin untuk susun baju-baju lo?" Tanya Agam menawarkan diri. "Gak usah. Gue bisa sendiri kok. Makasih." Ucap Freya. "Frey.. Lo udah periksa kandungan lo ke dokter?" Tanya Agam tiba-tiba. Freya yang mendengar itu terdiam sesaat. Detik berikut nya ia langsung menggelengkan kepalanya. "Belum. Tau gue hamil aja dari testpack. Gue gak sampai kepikiran untuk cek ke dokter." Balas Freya. "Gimana sih lo. Gue denger kalau ibu hamil itu harus periksa ke dokter. Paling gak sebulan sekali lah. Biar tau perkembangan bayi nya. Besok kota cari dokter yang cocok untuk lo. Kita periksa kandungan lo besok. Oke?" Tutur Agam kepada Freya. "Gue rasa gue terlalu merepotkan lo, Gam." Ucap Freya. Ia langsung menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap wajah Agam. Agam yang mendengar itu langsung menghela napas panjang. Ia berjalan mendekati Freya. Setelah sudah berada di depan Freya, Agam langsung berlutut di depan Freya. Agam menggenggam tangan Freya. "Gak ada kata merepotkan diantara kita Freya.. Gue hanya punya lo di sini. Begitu pula sebaliknya. Kita hanya punya satu sama lain. Gue udah pernah bilang kan sama lo, lo itu sekarang tanggung jawab gue. Gue gak mau denger kata kalau lo ngerasa ngerepotin gue. Pokonya besok kita cek kandungan lo. Gue gak mau nanti dia kenapa-napa. Lo juga gak boleh stres-stress mulai sekarang. Gue dengar kalau ibu hamil stress, enggak baik untuk kandungannya." Jelas Agam kepada Freya. Freya tanpa sadar meneteskan air matanya. Kata-kata yang diberikan oleh Agam membuat dirinya merasa di lindungi. Agam benar-benar perduli terhadap anaknya. "Lo jangan nangis. Gue gak akan biarin air mata lo keluar lagi. Frey sekarang lo bukan sendiri lagi. Lo punya anak ini. Dia butuh perhatian lo. Dia gak salah apa-apa. Gak papa kok kalau lo ngerasa hancur dan kecewa. Lo bisa curhat sama gue. Gue ada untuk lo. Tolong.. Jangan pendam semuanya sendiri." Tutur Agam lagi. Freya pun menghapus air matanya. Ia menganggukkan kepalanya. "Nanti malam, kita makan di luar aja ya. Gue akan hubungi Syasya untuk bawa kita ke tempat makan yang enak. Sekali-kali kita coba makanan makanan khas di daerah ini." Ajak Agam kepada Freya. Freya pun menganggukkan kepalanya. "Iya nanti gue siap-siap untuk pergi." Balas Freya. "Ya udah kalau gitu gue keluar mau benahin barang-barang gue dulu." Ucap Agam. Freya hanya menganggukkan kepalanya. Sebelum Agam keluar ia kembali menoleh ke arah Freya. "Ingat jangan nangis-nangis lagi!" Ucap Agam memperingati Freya. Freya tersenyum dan kembali menganggukkan kepalanya. Setelah itu Agam pun menutup pintu kamar Freya. Setelah kepergian Agam, Freya langsung bangkit dari duduknya dan hendak merapikan barang-barang miliknya. Freya pun mengambil kopernya dan langsung membuka kopernya tersebut. Pandangan pertama setelah ia membuka koper miliknya, langsung menampakkan baju yang kemarin dibelikan oleh Darel. Freya menghela napas panjang. Ia mengambil baju tersebut. Baju yang sangat indah. Freya langsung menyingkirkan baju tersebut. Ia pun kembali menyambung apa yang ingin ia lakukan, yaitu menyusun baju-baju miliknya. --- Freya menatap dirinya di depan cermin. Ia hari ini hanya memakai kaos dengan celana panjang. Ia hari ini hanya menggerai rambut panjang nya. Setelah itu, Freya berjalan keluar dari kamar nya. Ia dapat melihat Agam yang sedang duduk di sofa dan tersenyum ketika melihat kehadiran Freya. "Aduh temen gue cantik banget malam ini." Tutur Agam memuji Freya. Freya hanya tersenyum. Ia berjalan mendekati Agam dan duduk di sofa tepat di sebelah Agam. "Syasya nya udah datang?" Tanya Freya. "Belum. Bentar lagi mungkin." Balas Agam. Ia menyenderkan kepalanya di sofa. "Syasya orang nya ramah ya. Seru juga kalau di ajak main pasti." Balas Freya. Agam hanya menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Freya. "Menurut lo dia gimana?" Tanya Freya. "Ya biasa. Gue kan baru ketemu sama dia. Jadi mana gue tau gimana sifat asli dia yang sebenarnya. Dan lo, gak boleh langsung asal sukak sama orang. Belum juga dua puluh empat jam, lo dah bilang dia anaknya baik. Kita itu harus mengenal orang lebih dekat lagi. Jangan langsung nilai gitu aja." Balas Agam kepada Freya. Freya jadi teringat tentang Darel. Kalau saja ia tidak langsung menilai Darel dengan wajah tampannya itu, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Mungkin Freya tidak akan bisa sampai hamil dan berakhir di kota yang bahkan asing ini untuk dirinya. "Lo benar. Kalau aja dulu gue gak langsung nilai Darel itu baik, mungkin gue gak akan seperti ini." Ucap Freya. "Mau bilang gimana lagi. Semuanya udah terjadi. Kita gak boleh mengingat masa lalu lagi. Jalanin aja yang udah terjadi Frey. Ada kok jalan keluarnya. Kedepannya lo belajar dari masa lalu lo." Balas Agam. Freya terdiam. Hanya ada keheningan di antara mereka berdua. Hingga suara mobil terdengar dan diikuti oleh suara klakson mobil. Freya dan Agam sangat yakin jika itu Syasya. Freya dan Agam pun langsung bangkit dari duduknya. Mereka berjalan menuju pintu dan hendak menghampiri Syasya. Dan benar saja. Syasya sudah menunggu mereka di dalam mobil miliknya. Freya berjalan duluan. Agam pun langsung mengunci pintu rumahnya. Setelah itu ia juga ikut masuk ke dalam mobil milik Syasya. "Kita mau makan apa, Pak Agam?" Tanya Syasya kepada Agam. "Terserah kamu saja. Malam ini kami menyerahkan menu makanan kami kepada kamu. Oh iya nanti sekalian kita singgah ke supermarket ya. Kami mau beli beberapa barang sekalian ngisi kulkas." Ucap Agam. "Siap pak." Balas Syasya. Ia pun langsung menjalankan mobilnya. Freya tersenyum melihat interaksi antara Syasya dan Agam. Ia merasa mereka berdua lumayan cocok. "Oh iya Syasya.. Rumah sakit di sini di mana ya?" Tanya Agam lagi. "Rumah sakit? Bapak atau mbak ada yang sakit emangnya?" Tanya Syasya balik. Freya yang mendengar itu langsung menoleh kearah Agam. Ia sedikit takut jika Agam akan mengatakan bahwa mereka ingin mencari dokter kandungan. Freya sangat berharap jika Agam tidak mengatakan hal itu. "Oh enggak ada yang sakit kok kitanya. Ya cuman mau ngecek kandungan Freya aja." Balas Agam. Freya yang mendengar itu langsung melebarkan kedua bola matanya. Bagaimana bisa Agam mengatakan hal itu kepada Syasya yang notabennya baru mereka kenal. Bagaimana jika Syasya menganggapnya perempuan tidak becus karena sedang hamil tanpa suami. Freya benar-benar tidak tau kenapa Agam tiba-tiba mengatakan hal ini. Ia sangat kesal sekarang. Agam baru saja membuka aib dirinya. --
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN