Bersiap

1014 Kata
Freya kembali berjalan tanpa tujuan. Ia menundukkan kepalanya. Ibu tadi memberhentikan sebuah taksi dan menyuruh Freya untuk naik ke dalam taksi tersebut. Freya tidak bisa menolaknya. Sekarang ia sudah sampai di tempat tujuan nya. Sebuah rumah yang pastinya bukan rumah nya. Ia berjalan menuju rumah tersebut. Setelah sampai di depan rumah, Freya langsung mencoba untuk mengetuk pintu rumah nya. Tetapi tidak ada jawaban. Freya pun kembali terdiam. Ia hanya berdiri dan menunggu kedatangan dari pemilik rumah. Freya hanya menundukkan kepalanya dan berdiri di depan pintu rumah menunggu sang pemilik datang. Ia sudah menunggu sekitar tiga puluh menit. Tetapi masih belum ada tanda-tanda jika sangat pemilik rumah hendak datang. Freya hendak menyerah. Ia menghela napas panjang. Mungkin ia memenangkan benar-benar sudah tidak ingin bertemu dengan Freya lagi. Freya hendak pergi dari rumah itu. Tetapi belum sempat ia berjalan, suara motor terdengar dan menampakkan sosok yang sudah ia tunggu sedari tadi. Freya tanpa ia sadari sudah meneteskan air matanya. Melihat sosok yang sudah ia tunggu sedari tadi. Agam yang melihat Freya menangis langsung dengan cepat memarkirkan motornya dan langsung menghampiri Freya. Terlihat raut wajahnya Khawatir Agam ketika melihat Freya yang menangis seperti itu. Freya yang melihat Agam sudah berada di depannya malah semakin menangis dengan kencang. "Frey.. Lo baik-baik aja?" Tanya Agam dengan lembut. Freya yang mendengar itu kembali menangis. Dengan sigap, Agam langsung memeluk tubuh kecil Freya. Freya menangis di dalam dekapan Agam. Agam mengelus pundak Freya berusaha untuk menenangkan wanita itu. Ia hanya memeluk tubuh Freya tanpa mengatakan apapun. Agam mencoba untuk tidak bertanya dulu. Ia ingin membuat Freya lebih tenang terlebih dahulu. Setelah Freya sudah sedikit tenang, Agam melepaskan pelukan mereka. Ia tersenyum tipis kepada Freya. Mengelus rambut Freya dengan sayang. "Kita masuk dulu, yuk." Ajak Agam kepada Freya. Freya hanya menganggukkan kepalanya. Setelah itu Agam membawa Freya menuju rumah nya. Agam membawa Freya untuk duduk di sofa. Ia pun ikut duduk di samping Freya. Ia masih terus menatap Freya. "Udah tenang?" Tanya Agam. Freya menoleh dan menganggukkan kepadanya. "Ada apa Freya? Cerita sama gue kalau gue perlu tau." Ucap Agam lagi. "Lo gak akan marah kan sama gue? Gue salah Gam.. Jangan marah sama gue." Ucap Freya. "Frey gue gak akan tau gue akan marah atau gak kalau lo gak cerita sama gue masalah lo. Cerita sama gue." Balas Agam lagi. Ia memegang tangan Freya kuat. "Gue hamil Gam. Gue hamil." Ucap Freya dengan cepat. Agam yang mendengar itu sangat terkejut. Ia memejamkan kedua matanya. Tanpa ia sadari, genggaman tangan nya sudah ia lepaskan dari tangan Freya. Hanya kesunyian diantara mereka berdua untuk sesaat. Agam sangat kecewa. Ia sangat marah sekarang. Tetapi melihat kondisi Freya sekarang, membuat nya tidak bisa mengeluarkan emosi nya. Jantung Freya sudah sangat berdetak dengan kencang. Ia sangat takut jika Agam akan membuangnya juga. Ia akan menerima marah nya Agam. Ia juga sadar jika ia salah. "Gam.. Lo boleh marah sama gue. Gue tau gue udah buat kesalahan yang besar. Lo boleh kecewa. Tapi gue gak tau lagi harus ngadu ke mana. Hanya lo Gam yang gue punya. Gue salah gue tau." Tutur Freya. Agam masih diam. Ia berusaha untuk menjernihkan pikirannya. "Gue udah mau kasih tau Darel. Tapi tadi, gue denger sendiri, Gam.. Dia juga udah ngamilin perempuan lain.. Gue denger sendiri Darel mau tanggung jawab sama bayi perempuan itu. Gue hancur Gam." Sambung Freya lagi. Ia memegang perut nya. Freya menatap Agam yang masih diam tanpa berkutik. "Atau gue hilangin dia aja?" Putus Freya. Agam yang mendengar itu langsung menatap tajam Freya. "Lo gila? Salah apa dia sampai mau lo hilangin?" Balas Agam dengan kesal. "Gue gak tau lagi harus gimana. Gue bahkan baru lulus kuliah. Gue belum tau mau kerja di mana. Hidup gue aja udah susah. Apa lagi kalau ada anak." Jelas Freya. Agam menghela napas panjang. Detik berikut nya, ia kembali menggenggam tangan Freya. "Lo ingat kemarin gue bilang kalau gue udah dapat pekerjaan kan?" Tanya Agam lembut. Freya langsung menganggukkan kepalanya. "Gue udah di telfon. Gue dapat rumah di sana. Gue rasa rumah kecil itu bisa cukup untuk kita bertiga nantinya. Ikut gue Frey. Gue akan jaga kalian berdua. Kita mulai semuanya dari awal. Setelah lo lahiran nanti, lo bisa cari pekerjaan yang layak. Gue akan bantu lo." Ucap Agam. Freya kembali meneteskan air matanya. Ia benar-benar terharu dengan perkataan Agam. Agam akan menanggung hidupnya dan anak nya. Padahal Agam sama sekali tidak pantas untuk hal itu. Kalau saja ia mendengar kan perkataan Agam untuk tidak berurusan dengan Darel, mungkin semua ini tidak akan terjadi. "Lo yakin? Lo yakin dengan ucapan lo, Gam? Gue ngerasa gak pantes untuk nerima bantuan lo ini. Lo terlalu baik sama gue. Gue udah ngecewain lo berkali-kali. Gue minta maaf." Tutur Freya. "Frey.. Mulai hari ini lo dan anak di dalam perut lo itu tanggung jawab gue. Jangan pernah berpikir untuk membuang anak ini. Dia gak salah apa-apa. Dia berhak untuk melihat dunia ini. Gue akan anggap anak ini seperti anak gue. Itu janji gue sama lo. Lo ingat kan perkataan gue? Gue gak akan pernah ninggalin lo. Ikut sama gue." Agam mengelus pipi Freya dengan lembut. Freya yang mendengar janji Agam, langsung menganggukkan kepalanya. Agam benar. Anak ini tidak bersalah. Ia lah yang sudah bersalah. Jadi alasan apa yang membuat Freya ingin menyingkirkan anak nya sendiri. Freya benar-benar sudah membuat keputusan yang salah. Anak ini adalah darah daging nya. Ia tidak akan pernah menghilangkan anak nya sendiri. "Gue ikut. Gue akan ikut sama lo. Makasih Gam. Gue gak tau lagi gimana gue kalau gak ada lo." Ucap Freya. Agam tersenyum kepada Freya. "Kita akan berangkat malam ini. Gue udah persiapkan barang-barang gue. Nanti kita beresin barang-barang lo. Gue akan pesan tiketnya nya. Kita akan mulai kehidupan baru kita Frey." Ucap Agam. Freya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Mungkin pergi lebih cepat lebih baik. Freya akan melupakan semua yang ada di kota ini. Semua kenangan dirinya bersama dengan Darel. Ia akan melupakan pria itu. Sekarang ia hanya akan memikirkan tenang dirinya dan anaknya. Ia sudah tidak perduli lagi dengan semua yang ada di kota ini. Agam akan membawanya pergi. Dan ia akan melanjutkan kehidupan nya tanpa Darel. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN