Curhat tentang Agam

1101 Kata
Freya masih tersenyum bahkan ketika ia sudah ingin tidur sekarang. Darel tadi mengantar dirinya pulang. Sebenarnya Darel meminta dirinya untuk menginap di apartemen Darel. Tetapi Freya menolaknya. Ia rasa ia sudah tidak seharusnya lagi menginap di rumah Darel. Ia akan menjalankan hubungan yang sehat dengan Darel dari awal lagi. Freya berusaha untuk memejamkan kedua matanya. Tetapi masih saja ia tidak bisa untuk tertidur. Ia benar-benar bahagia malam ini. Freya terbangun ketika mendengar handphone nya yang berdering. Ia langsung mengambil handphone nya dan melihat nama Zein tertera di layar handphone miliknya. Freya sampai lupa dengan keadaan Zein sangking senangnya. Ia bahkan belum menghubungi pria ini. Freya pun langsung mengangkat penggilan tersebut. "Hallo, Zein?" Ucap Freya. "Frey.. Gue di depan rumah lo nih. Bukan pintu dong." Balas Zein. Freya yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya. Ia langsung berjalan menuju pintu rumah. Dengan sigap Freya langsung membukanya. Dan benar saja. Zein sudah berdiri di depan pintu rumah nya dengan membawa barang-barang belanjaan yang tadi mereka beli. Zein memberikan senyumannya kepada Freya. Freya yang melihat itu tidak bisa berkata-kata lagi. Zein benar-benar luar biasa. Freya pun mematikan panggilan telepon mereka. "Masuk, Zein." Ucap Freya. Zein pun langsung masuk ke dalam rumah Freya. Freya kembali menutup pintu nya dan berjalan menghampiri Zein yang sudah duduk di sofa nya. "Lo bisa-bisanya masih ingat dengan belanjaan ini. Gue udah khawatir sama lo. Lo gak papa kan? Lo udah ke rumah sakit?" Tanya Freya lagi. Wajah Freya sekarang penuh dengan kekhawatiran. Zein yang melihat itu hanya tersenyum. "Gue gak papa kok. Pukulan Darel gak kuat. Dia gak mungkin mukul gue dengan tenaga dalamnya itu." Balas Zein mencoba untuk menenangkan Freya. "Gak kuat gimana? Orang muka lo tadi berdarah." Balas Freya. "Udah lah gak usah bahas itu. Sekarang gue mau denger dari lo gimana sih Darel? Dia gak kasar kan sama lo?" Tanya Zein. Freya yang mendengar itu langsung menggeleng. Ia juga tersenyum malu kepada Zein. "Gue.. Gue udah jadian sama dia. Gue senang banget!!" Tutur Freya dengan senangnya. Zein yang mendengar itu ikut tersenyum. "Gue senang kalau gitu. Walaupun dengan tumbalnya muka gue. Tapi gue senang kalau lo senang." Balas Zein kepada Freya. "Gue minta maaf.. Darel benar-benar udah keterlaluan sih tadi." Ucap Freya merasa bersalah. "Lo santai aja. Gue tau kok gimana sifat Darel. Kita dah berteman lama. Jadi gue tau gimana dia. Palingan sebentar lagi kita ngumpul dan kembali seperti biasa." Balas Zein dengan santai. Freya yang mendengar itu jadi lebih tertarik dengan gimana sifat Darel dari sudut pandang Zein. Freya langsung menatap Zein dalam. "Gue mau nanya sesuatu sama lo. Lo udah berteman lama kan sama Darel?" Tanya Freya membuka pembicaraan. "Udah. Kita udah berteman dari SMP. Kenapa emang?" Tanya Zein balik. "Gimana Darel menurut lo? Maksud gue mungkin ada sesuatu yang boleh gue tau gitu." Tutur Freya. "Darel.. Dia baik sangat baik. Dia terlalu lembut sama wanita dia bahkan sangat menghormati seorang wanita, Frey. Dia gak bakal berani nyentuh wanita seujung rambut pun." Balas Zein. Freya yang mendengar nya sedikit tidak yakin. Tidak mungkin Darel seperti itu. Ia terkenal dengan sebutan pemain wanita di kampus. "Lo pasti gak nyangka kan gue cerita gini?" Tanya Zein. Freya pun langsung menganggukkan kepalanya. "Ya tentu aja. Semua orang tau giman sikap Darel sama wanita. Dan yang lo bilang barusan itu berbanding terbalik sama sikap dia sekarang ini." Balas Freya. "Iya dia berubah. Semenjak bokap nya ketahuan selingkuh. Dia berubah. Dia menjadi pendiam. Saat itu dia sangat membenci bokap nya itu. Kedua orang tuanya bercerai. Ia pikir itu karena kesalahan bokap nya. Tapi semua itu salah. Nyokap nya lah yang memulai semuanya. Nyokap Darel selingkuh dengan sahabat bokap nya. Dan dari situ, Zein menangkap wanita tidak ada harganya. Dia menyakiti wanita sesuka hatinya. Bahkan sampai sekarang ia tidak mau bertemu dengan nyokap nya." Jelas Zein kepada Freya. Freya yang mendengar fakta itu membuat Freya sangat terkejut. Ia tidak menyangka jika masa lalu Darel benar-benar sangat kelam. Bagaimana bisa Darel bertahan dengan semua itu. Ia benar-benar sendiri. "Tapi lo tau.. Semenjak kehadiran lo, dia sedikit berubah. Dia gak pernah seperti dulu lagi. Kita sangat terimakasih dengan kehadiran lo di kehidupan Darel." Sambung Zein lagi. "Gue juga beruntung bisa kenal saman Zein dan juga lo. Awalnya gue pikir dari ketiga sahabat Zein lo yang akan sulit untuk gue ajak berbincang. Ternyata gue salah. Lo yang paling seru gue ajak berbincang. Gue senang akhirnya bisa dapat sahabat baru. Gue jadi kangen sama Agam." Freya sebenarnya juga sangat merindukan sosok Agam. Ia setiap hari tidak pernah absen untuk menghubungi Agam. Dan hasilnya sama. Agam sama sekali tidak mengangkat panggilan dari nya. "Agam pasti akan kembali kok sama gue. Percaya deh. Mungkin dia hanya butuh sedikit waktu." Tutur Zein mencoba untuk menyemangati Freya. "Oh iya.. Sebentar lagi kita dah mau lulus nih. Lo mau lanjut kerja di mana?" Tanya Zein mengalihkan pembicaraan. "Masih belum kepikiran. Agam pernah ngajak gue untuk pergi dari sini. Dia diterima kerja di salah satu perusahan. Gue masih memikirkan ajakan dia itu. Tapi dengan hubungan kami yang masih renggang ini, gue rasa ia udah lupa dengan ajakan dia itu." Jelas Freya. "Agam bertanggung jawab banget ya. Dia bahkan ngajak lo untuk ikut dia. Dia pasti sayang banget sama lo. Seperti nya lo benar-benar udah buat dia kecewa, Frey." Ucap Zein. Freya yang mendengar itu langsung menundukkan kepalanya. Ia tau ia sudah mengecewakan Agam. Dan ia benar-benar merasa bersalah akan hal itu. "Tapi gue yakin. Dia pasti akan segera maafin lo. Atau lo perlu bantuan gue untuk ngomong sama Agam lo itu? Gue bisa loh. Dengan senang hati mau bantuin lo." Tawar Zein. Freya yang mendengar itu tersenyum. Ia sebenarnya sangat ingin menerima bantuan dari Zein itu. Tetapi sepertinya akan semakin rumit nantinya jika Zein terlibat antara dia dan Agam. Freya tidak ingin Agam malah semakin marah kepada dirinya. "Makasih atas tawarannya. Akan gue pikirkan nanti. Lo ke sini cuman mau nganterin barang-barang gue?" Tanya Freya mengalihkan pembicaraan. "Sekalian bicara sama lo. Lagian kalau barang-barang ini gak gue kasih ke lo mau gue kasih ke mana lagi? Gue kan gak punya doi." Tutur Zein. Freya tertawa mendengar itu. Wajah Setampan Zein tidak mungkin ada cewek yang mau menolaknya. Freya sangat yakin jika Zein lah yang tidak ingin berpacaran. "Frey. Lo kan udah pacaran nih sekarang. Mana pj untuk gue? Traktir dong! Gara-gara gue nih lo bisa pacaran sama Darel." Sambung Zein. Freya kembali tertawa. "Iya nanti gue traktir." Balas Freya. Mereka pun kembali melanjutkan pembicaraan mereka dengan canda tawa yang tercipta diantara mereka berdua. Freya sangat nyaman bisa bercerita dan bercanda bersama Zein. Zein sangat mirip dengan Agam. Dan Freya seperti merasa sedikit tidak kesepian lagi dengan kehadiran Zein. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN