Kehadiran Darrel

2021 Kata
Freya hanya menggelengkan kepalanya melihat Zein yang sangat semangat membayar sepatu yang sudah ada di tangannya itu. Bukan hanya satu sepatu yang ia beli. Tetapi tiga langsung. Dan Freya kembali menggelengkan kepalanya ketika melihat uang yang harus Zein bayar untuk sepatunya itu. Bahakan jika Freya harus bekerja selama setahun lebih, ia tetap tidak akan mempu membeli sepatu seperti itu. "Gimana?" tanya Zein kepada Freya sambil menunjukkan beberapa paper bag kepada Freya. "Bagus. Tapi harganya gak bagus ya." Balas Freya. Zein tertawa mendengar perkataan Freya. "Alah ngapain harga dipikirin. Sekarang kita beli apa yang lo mau. Ayok!" Ajak Zein. Ia pun langsung mengandeng tangan Freya. Dan keluar dari toko tersebut. Freya dan Zein pun berjalan dan melihat-lihat toko mana yang hendak mereka masuki. Tangan Freya masih terus digandeng oleh Zein. Freya sama sekali tidak keberatana akan hal itu. Ia merasa sangat nyaman berada di genggam Zein. Bukan. Bukan berarti dia menyukai pria ini. Ia hanya menganggap Zein sama seperti Agam. Kenyamanan yang di berikan oleh kedua pria ini membuatnya merasa sangat beruntung. Zein yang awalnya Freya pikir sangat tertutup dan mengerikan, malah dialah yang mampu membuat Freya sedikit melupakan masalah yang sedang ia alami. "Kita masuk ke toko itu." Ucap Zein sambil menunjuk salah satu toko yang Freya tau, toko tersebut memiliki harga yang sangat mahal. Freya langsung menggelengkan kepalanya. "Gak usah. Kita ke toko yang lain aja. Gue gak biasa pakai yang mahal-mahal. Nanti gue alergi." Jelas Freya. Ia sangat tidak enak jika Zein membelikannya barang-barang yang mahal seperti itu. "Banyak banget sih alasan lo. Jadi baju yang Darel beli kemaren lo pikir itu murah gitu? Gue lihat lo nyaman-nyama  aja makai baju itu. Frey.. Gue masih sanggup kok beliin lo barang-barang di toko itu." Jelas Zein. Freya langsung menghela napas panjang. Dia bukan bermaksud seperti itu. "Enggak gitu, Zein. Gue gak enak lo beliin gue barang mahal gitu. Gue tau kok loh sanggup beliin gue pakai di sana. Lo aja beli sepatu langsung tiga dengan harga yang bahkan gak bisa gue beli sampai kapanpun kecuali gue nikah sama orang kaya yang hartanya gak habis sembilan keturunan. Tapi lo tau kan.. Gue orangnya gak enakan. Gue nanti gak bisa balas pemberian lo." Jelas Freya. "Emangnya gue minta lo balas apa yang udah gue kasih? Frey gue tulus mah ngasih lo. Gue udah anggap lo kayak adik gue sendiri. Jadi sebagai abang yang baik gue mau belanjain adik gue sekarang. Oke?" Freya tersenyum mendengar perkataan Zein yang seperti itu. Untuk sesaat ia sangat ingin memeluk Zein dengan sangat erat. Baru pertama kali ia mendengar jika ada yang menganggapnya sebagai adik. Freya sangat membutuhkan perkataan seperti itu. "Dan satu lagi. Nanti gue carin lo suami kaya biar bisa beli sepatu yang harganya sama seperti sepatu gue bahkan lebih. Oke?" Ucap Zein lagi. Freya langsung menganggukkan kepalanya. Setelah itu mereka pun berjalan menuju toko yang dimaksud oleh Zein. Freya hanya memilih satu baju di toko tersebut. Bahkan harga satu baju di toko ini sama dengan harga satu lusin bahkan lebih jika ia membeli di toko biasa. Freya selalu syok melihat harga yang tertera di baju-baju yang ada di toko ini. Ia tidak habis pikir ada orang yang mau membeli baju di sini. "Udah ada yang mau lo beli?" Tanya Zein kepada Freya. "Udah. Ini." Freya menunjukkan baju yang ingin ia beli. Hanya satu potong baju yang ia ambil. "Satu?" Tanya Zein. "Iya. Udah cukup kok." Balas Frey "Apaan sih. Gak seru belanja sama lo. Lo itu lagi gue traktir. Beli beberapa kek. Cari lagi gih sana. Frey lo lagi belanja sama abang lo. Masa lo gak mau nguras uang abang lo ini. Cepet cari lagi sana!" Ucap Zein kepada Freya. Mendengar perkataan yang di lontarkan oleh Zein membuat Freya sangat ingin meneteskan air matanya. Baru kali ini ia mendengar perkataan seperti itu. Ada perasaan aneh yang muncul ketika Zein menyebutnya dengan 'adik'.  "Frey.. lo kok jadi mau nangis gini? Gue buat salah? perkataan gue bikin lo sakit hati ya?" Tanya Zein ketika melihat Freya air mata Freya yang bergelinang. Freya langsung menggelengkan kepalanya. Ia mengucek matanya agar tidak mengeluarkan air mata yang nanti akan membuat dirinya menjadi sedikit canggung. "Gue sedikit terharu dengar lo bilang gitu ke gue. Gue senang lo ngomong gitu ke gue. Makasih udah bikin gue ngerasa ada yang butuh sama gue." Ucap Freya. "Kalo gitu gue akan beli banyak baju dengan uang lo. Uang abang gue." Ucap Freya lagi. Setelah itu ia langsung berjalan meninggalkan Zein untuk mencari baju untuk ia beli. Zein yang mendengar itu langsung tersenyum. Ia melihat punggung Freya dengan senyuman yang selama ini sangat arang ia berikan ke siapapun. Zein benar-benar tidak ingin ada pria yang melukai hati Freya. Sikap lembut Freya sudah mampu membuat dirinya akan melakukan apapun demi wanita ini. Setelah selesai memilih baju-baju dan beberapa sepatu, Freya kembali menelan ludah ketika melihat berapa harga yang Zein harus bayar untuk barang-barang yang ia beli. Kali ini harganya lebih mahal dari sepatu yang tadi Zein beli.  "Terimakasih dan Datang kembali." Ucap Beberapa pegawai yang ada di toko tersebut. Freya yang mendengarnya hanya tersenyum tipis. Ketika mereka berdua sudah keluar dari toko tersebut, Freya langsung mencibir. "Cukup sekali gue datang ke toko lo. Mahal soalnya." Ucap Freya. Zein yang mendengar itu langsung tertawa. "Standar kali, Frey." Balas Zein. Freya langsung melebarkan kedua matanya. Ia menatap Zein tidak percaya. "Standar lo bilang? Astaga Zein.. ini tuh mahal banget tau gak? Gue rasa gue gue gak akan bisa beli sendiri baju di toko ini." Ucap Freya lagi. "Yaudah kalau gitu nanti ggue sering-sering ngajak lo ke sini, okey?" Tutur Zein dengan senyuman khasnya. Freya menatap wajah Zein serius. "Kalau gitu gue gak akan nolak." Ucapnya setelah itu ia langsung memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi itu. Zein tertawa melihat itu. Mereka berdua pun kembali berjalan menyusuri mall ini. Tidak beberapa lama mereka Melihat-lihat mall ini, Zein langsung mengajak Freya untuk makan di salah satu restauran favorit nya. Dan Freya dengan sigap langsung menyetujui ajakan Zein tersebut. Ia sebenarnya juga sudah lapar sekarang. Apalagi sekarang ia sedang bersama anak nya. Freya sangat yakin ia akan memakan banyak makanan nanti. Karena ia harus memberi makanan anak nya juga. Zein pun langsung membawa Freya ke salah satu restauran favorit nya. Mereka memilih untuk menggunakan privat room untuk makan. Zein memang tidak suka makan jika ramai pengunjung. Ia ingin lebih fokus untuk menikmati makanan nya. Mereka duduk saling berhadapan. Freya sama sekali tidak tau harus memesan apa ketika ia membaca menu-menu yang ada. Pasalnya ia sangat asing dengan nama menu dari restauran ini. Ia meletakkan menunya dan menatap Zein dengan senyuman yang sedikit canggung. "Gue gak tau mau pesan apa. Jadi lo aja yang pesanin gue. Gue percaya pasti pesanan lo enak. Lo kan sering makan di sini." Ucap Freya dengan nada lembut nya. Zein pun langsung menganggukkan kepalanya. Tidak beberapa lama, pelayan pun datang dan mencatat apa yang Zein pesan. Mereka berdua hanya berbicara ringan dengan canda tawa yang masih ada dalam percakapan tersebut. Hingga makanan yang Zein pesan tadi datang. Zein dan Freya pun langsung menyantap makanan mereka. "Enak banget makanan nya. Lo harus sering-sering nih ngajak gue makan di sini." Ucap Freya di sela-sela makannya. "Aman.. Nanti gue akan sering-sering ngajak lo ke sini." Balas Zein kepada Freya. Freya tersenyum kepada Zein dan langsung mengangguk kan kepalanya. Mereka kembali melanjutkan makannya dengan lahap. Setelah selesai makan, dan meja yang mereka tempat sudah bersih, hanya tersisa minuman Zein dan Freya. Mereka berdua kembali berbincang satu sama lain. Percakapan mereka berhenti ketika handphone Freya berdering. Freya melihat handphone nya dan tertera nama Darrel di situ. Ia menatap Zein sekilas. Detik berikutnya ia langsung menolak panggilan tersebut. Freya langsung membuat nada dering nya menjadi senyap. Setelah itu ia langsung memasukkan  kembali handphone nya ke dalam tas miliknya. "Siapa?" Tanya Zein. "Darrel." Jawab Freya. Ia hanya tersenyum kepada Zein. "Kenapa gak diangkat?" Tanya Zein lagi. "Gak papa. Gue malas aja." "Nanti dia marah loh. Lo kan tau sendiri sifat Darrel gimana. Gue gak mau nanti dia jadi salah paham ya sama gue." Ucap Zein. "Emangnya dia siapa harus salah paham sama lo begitu. Kita gak ada hubungan apa-apa kok Zein." Jelas Freya kepada Zein. Zein yang mendengar itu langsung tertawa. "Lo mau bohong sama gue? Gue tau Frey kalian itu ada hubungan lebih. Tatapan lo ke dia aja beda." Sanggah Zein. "Terlihat jelas banget emangnya?" Tanya Freya. "Jelas lah." "Itu dulu. Sekarang gue gak ada hubungan sama dia lagi. Gue dah berhenti kerja sama dia." Ucap Freya. Freya menceritakan nya sambil menundukkan kepalanya. Ia sebenarnya merasa sedikit kehilangan. "Darrel gak seburuk ya lo kira Frey. Tapi dia juga gak sebaik yang lo kira." Ucap Zein. Freya menatap Zein dalam. Apakah ia harus memberitahukan kepada Zein jika ia sekarang sedang mengandung? Freya sangat percaya kepada Zein. Tetapi bagaimana jika Zein memberitahukan nya kepada Darrel. "Zein.." Panggil Freya. "Hmm?" "Gue mau bilang hal penting sama lo. Tapi gue harap lo jangan bilang hal ini sama Darrel dulu ya." Ucap Freya memperingatkan. "Iya.. Kenapa emangnya?" Tanya Zein lagi. "Sebenarnya.. G.. Gue. Gu--" BRAKK Ucapan Freya terpotong dengan suara  pintu yang dibuka dengan kasar. Freya dan Zein langsung menoleh. Dan betapa terkejutnya mereka melihat keberadaan Darrel di sini. Zein dan Freya pun langsung berdiri dari duduknya. Wajah terkejut mereka seperti tertangkap sedang berselingkuh. "Darrel?" Ucap Freya ketika melihat keberadaan Darrel. Darrel berjalan mendekat kepada mereka berdua. Ia menatap tajam Freya. "Wah.. Sekarang gue tau kenapa lo mutusin untuk gak kerja lagi sama gue." Ucap Darrel. Ia melihat barang-barang belanja yang berada tak jauh dari mereka.  "Ternyata lo udah nemuin partner kerja baru." Ucap Darrel lagi dengan menatap lekat wajah Freya. Freya yang mendengar itu langsung menatap tajam Darrel balik. Air mata Freya sudah mulai bergeliang. Ia hanya akan menunggu air matanya itu jatuh. Freya mencoba untuk menahan agar air matanya itu tidak jatuh di depan Darrel. "Ucapan lo terlalu kasar untuk Freya, Rel. Lo gak tau apa-apa dan tiba-tiba lo datang dan langsung bicara seperti itu." Tutur Zein menatap Darrel. Darrel yang mendengar perkataan Zein langsung tertawa. Ia mengalihkan pandangannya dari Freya ke Zein. Darrel berjalan mendekati Zein. "Gue gak nyangkan. Sahabat gue mampu tusuk gue dari belakang. Gila ya.. Ternyata tipe itu bekas sahabat lo sendiri." "DARREL!" Freya berteriak memanggil nama Darrel. Ia benar-benar sangat kesel kepada Darrel. Darrel benar-benar sudah keterlaluan. Darrel dan Zein langsung menatap kearah Freya.  "Mau gue jalan sama siapapun, lo gak berhak marah seperti itu. Kerja sama kita dah selesai. Gue udah gak ada urusan lagi sama lo. So.. Please jangan buat semuanya semakin ribet. Biarin gue hidup di dunia gue sendiri. Lo juga bebas mau ngapain aja. Lo mungkin bisa cari wanita-wanita lain yang ingin lo tidur. Lo kan kaya. Lo hanya tinggal ngasih duit lo itu kepada wanita-wanita yang lo mau itu dan dalam sedetik mereka akann langsung jatuh kepelukan lo. Jadi lebih baik lo pergi sekarang. Urusan kita udah selesai. Gu gak mau ada keributan di sini." Jelas Freya. Air mata yang dari tadi berusaha untuk Freya tahan, sekarang sudah menetes di pipinya.  "Lo denger kan? Kalian udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Jadi gue ataupu pria manapun bebas untuk dekatin Freya. Jadi sekarang lebih baik lo pergi dari sini. Gue sama Freya mau lanjutin pembicaraan kami." Tutur Zein mencoba untuk memanas-manasin Darrel.  Emosi Darrel yang memang sedari tadi sudah ia tahan, ketika  mendengar perkataan Zein yang sepeti itu langsung kembali muncul. Ia sudah tidak bisa lagi menahan emosi nya yang sedari tadi ia pendam. Dengan kesal, Darrel langsung memukul wajah Zein dengan kuat. Alhasil tubuh Zein langsung jatuh ke lantai. Freya yang melihat itu langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia sangat terkejut melihat apa yang Darrel lakukan kepada Zein. "Lo benar-benar udah buat emosi gue naik, Zein."  Ucap Darrel. Detik selanjutnya Darrel langsung menarik kerah baju Zein dan satu pukulan kembali ia berikan kepada Zein.  "Gue udah terlalu sabar sama lo." Tutur Darrel tepat di depan wajah Zein. Zein sama sekali tidak membalas pukulan Darel ataupun menghindar. Ia hanya menerima apa yang Zein lakukan kepada dirinya. Sedangkan Freya, ia sudah tidak tahan lagi melihat Darrel yang memukul Zein seperti itu. Tetapi ia sangat takut jika  Darrel akan melukainya juga. Darrel benar-benar terlihat sangat marah sekarang. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN