Hamil

1700 Kata
Freya terbangun dengan keadaan yang sangat kacau. Dia benar-benar sangat lemas hari ini. Freya bahkan sangat malas untuk bangkit dari tempat tidur pagi ini. Tetapi perutnya sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Mau tidak mau, ia tetap harus bangkit dari tidurnya untuk memakan sedikit makanan yang ada. Freya berjalan dengan agak sempoyongan. Ia berjalan menuju dapur. Freya mengambil roti dan mengambil selai kacang kesukaannya. Setelah itu ia menuju meja makan dan menyiapkan makannya. Pagi ini Freya hanya memakan roti dengan selain kacang saja. Freya tidak sanggup untuk memasak pagi ini. Sebenarnya ia sangat ingin memakan nasi goreng. Tetapi ia sama sekali tidak sanggup memasak. Freya memakan roti tersebut. Baru satu gigitan, entah kenapa tiba-tiba ia merasa sangat mual. Freya pun langsung meletakkan roti tersebut dan langsung berlari menuju kamar mandi. Freya langsung muntah ketika sudah sampai di kamar mandi. Freya melihat apa yang keluar dari mulutnya itu. Hanya roti yang tadi ia makan dan cairan putih yang keluar. Freya membersihkan muntahnya tersebut. Ia baru teringat sesuatu. Seharusnya ia sudah mendapatkan menstruasi kemarin. Tetapi ini sudah lewat jadwal Freya. Freya menatap dirinya di kaca. Ia langsung merasa cemas. Freya merasa sangat takut jika apa yang ia pikirkan sekarang benar-benar terjadi. Bagaimana bisa ia menatap Agam jika ia benar-benar hamil. Freya berjalan perlahan. Mau tidak mau ia harus mengecek kebenaran dari kekhawatirannya ini. Freya menuju kamarnya. Ia hendak mengambil jaketnya. Ia akan pergi membeli tes pack sendiri. Setelah memakai jaketnya dan merapikan rambutnya, Freya berjalan keluar dari rumah nya. Ia menutup pintu rumahnya dan berjalan menuju apotik. Di dekat rumahnya terdapat satu apotik. Sehingga Freya tidak perlu pergi terlalu jauh. Ia hana perlu berjlan sekitar dua menit. Sesampainya di apotik tersebut, Freya langsung di sambut oleh saah satu pegawai nya. Freya sebenarnya sangat bingung mau berkata apa. Ini kali pertama ia membeli alat tes kehamilan tersebut. Tetapi mau tidak mau ia harus berkata apa yang ia inginka dan ia cari. "Cari apa, Mbak?" Tanya Pegawai tersebut kepada Freya. Freya terdiam sesaat. Ia sangat malu mengatakan apa yang ingin ia cari. "Hm.. itu mbak. Saya mau beli tes pack." Ucap Freya akhirnya. Pegawai tersebut tersenyum lembut kepada Freya. Pegawai tersebut berpikir, mungkin Freya baru pertama kali membeli tes pack. Sehingga ia sedikit gugup. "Mau merek yang mana, Mbak?" Tanya pegawai tersebut lagi. Freya sekali lagi terdiam. Ia tidak tau harus memilih merek yang mana.  "Hmm.. Merek yang bagus dan saya beli lima merek yang berbeda ya mbak. Masing-masing satu." Ucap Freya akhirnya. Ia ingin memastikan kehamilannya dengan alat yang berbeda. Ia sering mendengar jika alat tes kehamilan kadang bisa salah. Jadi ia membeli lima sekaligus untuk membandingkan dengan alat yang lainnya. Pegawai tersebut kembali tersenyum kepada Freya. Ia mennganggukkan kepalanya. "Sebentar saya ambilkan ya, Mbak." Ucapnya. Setelah itu, ia pergi meninggalkan Freya. Freya menunggu dengan keadaan yang sangat cemas. Tidak beberapa lama kemudian, pegawai tersebut datang dan menyerahkan kotak yang berisi test pack pesanan Freya. "Langsung bayar di kasir ya, mbak." Ucap pegawai itu lagi. Freya pun langsung menuju kasir dan membayar apa yang ia beli. Setelah itu Freya mengambil barangnya dan langsung pergi dari apotek tersebut. Selama di perjalanan, jantung Freya sama sekali tidak bisa ia kondisikan. Ia merasa sangat khawatir. Bagaimana jika apa yang ia bayangkan terjadi sekarang. Ia masih belum siap memiliki seorang anak. Freya berhenti tepat di depan rumah nya. Ia menghela napas panjang. Perlahan ia membuka pintu rumah dan masuk ke dalam dan kembali menutup pintu rumah nya. Freya meletakkan kantong plastik yang membawa test pack miliknya. Ia menatap sebentar kantong plastik tersebut. Detik berikut nya ia pun mengeluarkan kelima kotak test pack. Ia mengeluarkan alay kecil itu dari kotaknya. Setelah keluar semua, freya mengambil ke lima test pack tersebut. Freya membawa alat tersebut ke dalam kamar mandi. Freya benar-benar takut sekarang. Ia berharap mimpi buruk ini tidak terjadi. --- Freya menatap lemas kelima alat tes kehamilan yang sudah tergeletak di hadapannya ini. Air matanya sudah tidak dapat ia bendung. Freya hanya bisa menatap alat tersebut dengan air matanya. Ia meratapi apa yang terjadi sekarang. Apa yang ia takutkan benar-benar terjadi. Freya tidak bisa lagi mendeskripsikan perasaan nya sekarang. Dua garis merah. Kelima alat tes kehamilan tersebut menunjukkan dua garis yang sangat Freya takutkan. Bahkan ia berharap jika salah satu alat tersebut menunjukkan hasil yang negatif. Setidaknya ia masih punya harapan sedikit. Tetapi apa yang ia harapkan tidak sesuai dengan keinginannya. Freya memegang rambutnya. Ia benar-benar frustasi sekarang. Bagaimana ia akan membesarkan anak ini. Bagaimana ia akan memberitahu kepada Darel tentang kehamilan ini. Dan yang lebih parah nya lagi, bagaimana ia bisa memberitahu kepada Agam tentang kehamilan nya. Freya kembali menangis lagi. Ia tidak tau harus melakukan apa sekarang. Freya bangkit dari duduknya. Ia mengambil kelima alat tes kehamilan tersebut dan langsung membuangnya ke dalam tempat sampah. Jika ia kembali melihat alat tersebut, Freya malah akan semakin hancur. Freya tidak tau harus melakukan apa sekarang. Ia sekarang hanya bisa meratapi apa yang sudah terjadi. Ia merasa bodoh sekarang. Bagaimana bisa ia tidak melihat dampak yang akan terjadi kepada dirinya jika ia melakukan hal 'itu' dengan Darel. Freya sangat takut jika Darel akan menolak anaknya ini. Ia bahkan sangat takut untuk memberitahukan kepada Darel tentang kehamilannya ini. Tetapi bagaimana pun jika, mau tidak mau, takut tidak takut ia memang harus memberitahukan kepada Darel tentang kehamilan nya ini. Freya berjalan menuju kamar nya. Ia  membaringkan tubuhnya diatas kasur. Tanpa Freya sadari air matanya kembali keluar. Freya kembali memikirkan apa yang hendak ia lakukan nantinya. Freya mengalihkan pandangannya ketika handphone nya berdering. Freya pun langsung mengambil handphone nya yang tak jauh darinya. Ia melihat nama Zein yang tertera di layar handphone nya itu. Freya pun bengkit dari tidur nya. Ia menghapus air matanya kasar. Mencoba untuk bersikap tidak terjadi apa-apa. Freya pun mengangkat panggilan tersebut. "Halo." Ucap Freya. "Jalan kuy!" Ucap Zein langsung. Freya yang mendengar itu langsung tersenyum. Ia sangat senang mendengar ajakan Zein. "Ke mana?" Tanya Freya. "Kemana aja yang lo mau. Gue bosen banget di rumah nih. Gimana kalau kita nge-mall? Gue lagi pengen ngabisin uang gue. Ayo.. Nanti lo gue traktir." Jelas Zein kepada Freya. Freya kembali tersenyum mendengar itu. Zein membuat mood nya sedikit berubah. "Kalau gratis siapa sih yang gak mau? Jom lah! Gue siap-siap dulu kalau gitu." Putus Freya. "Tiga puluh menit lagi gue jemput lo ya." Balas Zein. "Gak usah. Kita jumpa di sana aja." Balas Freya lagi. "Gak. Gue jemput. Bye Frey!" Setelah mengatakan itu, Zein langsung menutup panggilan telepon mereka. Freya hanya bisa mengenal napas mendengar itu. Setelah itu Freya meletakkan handphone nya di kasur dan berjalan untuk ber siap-siap. Tidak butuh waktu lama, Freya sudah siap dengan setelan yang sangat sederhana. Hanya memakai kaos oblong over size dipadukan dengan celana jeans panjang. Dan dengan tas sandang kecil yang sangat ia sukai. Freya hanya menggerai rambut panjangnya. Ia hanya meletakkan liptint merah di bibirnya. Setelah itu ia menggoles bedak tipis di wajahnya. Hanya seperti itu tampilannya hari ini. Setelah selesai, Freya pun hanya tinggal menunggu kedatangan Zein untuk datang menjemputnya. Dan bener saja, pas tiga pulih menit dari panggilan mereka tadi, mobil Zein sudah berada di depan rumah Freya. Freya tersenyum mendengar suara mobil Zein. Setelah itu, ia langsung berjalan ke luar dari rumahnya. Zein sudah ingin berjalan menuju pintu rumah nya. Freya pun mengunci pintu rumahnya. Setelah itu Freya berjalan menuju Zein. "Baru aja gue mau jemput lo." Ucap Zein ketika melihat Freya yang berjalan mendekatinya. "Lo kan udah jemput gue." Balas Freya. "Ya kan harus jemput lo nya langsung." Ucap Zein. "Lo kan jemput gue langsung." Balas Freya. Ia sedikit bingung dengan perkataan Zein. "Beda Freya. Udah lah lo gak akan ngerti." Putus Zein. Setelah itu ia berjalan dan membukakan pintu mobil kepada Freya. Freya yang melihat itu langsung tersipu. Ia berjalan dan hendak masuk. Tetapi sebelum masuk ia menatap Zein dengan senyumannya. "Kalau lo bersikap seperti ini, Lama-lama gue bisa jatuh hati nih sama lo." Ucap Freya dengan candaannya. Zein yang mendengar itu tertawa. "Gue Terima kok Frey. Dengan senang hati." Balas Zein. Freya pun tertawa. Setelah itu ia masuk ke dalam mobil Zein. Zein pun menutup pintu mobil dan berjalan ke samping mobil untuk masuk. Setelah itu Zein pun menjalankan mobilnya. Freya merasa sedikit baikan dengan kehadiran Zein ini. "Lo tau.. Salah satu sepatu yang udah gue incar baru keluar. Gue gak mau sampai kehabisan. Lo tau berapa lama gue minggu tuh sepatu?" Tanya Zein. Freya hanya menggelengkan kepalanya. "Satu bulan, Frey. Bayangin." Ucap Zein. Freya yang mendengar itu menghela napas panjang. Hanya sebulan menunggu tetapi seperti setahun reaksi yang diberikan Zein. "Gue pikir udah setahun lebih lo nungguin tuh sepatu. Rupanya sebulan. Satu bulan itu gak lama, Zein." Ucap Freya. "Gak lama lo bilang? Astaga Freya.. Ini kali pertama gue nunggu sampai sebulan. Biasanya cuman tiga hari paling lama satu minggu. Lah ini.." Ucap Zein lagi. Freya hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak bisa mengatakan hal apapun lagi. Mang kalau orang kaya berbeda dari dirinya. "Oh iya Frey lo lagi berantem ya sama Darel?" Tanya Zein tiba-tiba. "Gue gak merasa berantem sama dia. Kenapa emangnya?" Tanya Freya balik. "Ya.. Dia sedikit berubah aja." Ucap Zein. "Berubah gimana?" Tanya Freya. Mendengar Darel berubah membuat Freya menjadi sedikit khawatir. Ia sebenarnya sangat merindukan Darel. Tetapi Freya tidak ingin membuat semua nya semakin rumit nantinya. "Dia kembali seperti biasa lagi. Suka minum-minum lagi." Jelas Zein kepada Freya. "Ya kan emang biasanya dia gitu. Jadi gak ada yang berbeda." Ucap Freya. "Kali ini beda, Frey. Dia sering banget kesinggung akhir-akhir ini. Beda lah pokoknya. Bahkan kalau kita nyebut nama lo aja, dia langsung sensitif banget. Makannya gue tanya, kalian berantam atau gimana." Jelas Zein kepada Freya. Freya menghela napas panjang. Tanpa sadar ia langsung memegang perut ratanya. Mengingat Darel membuatnya semakin pusing memikirkan apa yang akan terjadi nantinya. Zein menoleh ke arah Freya. Pandangannya beralih ke arah tangan Freya yang memegang perutnya itu. Seketika kedua mata Zein terbuka lebar. Ia sedikit terkejut melihat itu. Tetapi Zein langsung merubah ekspresi wajahnya. Mungkin itu hanya pemikirannya saja. Tidak mungkin Freya sedang hamil. Mungkin perut Freya lagi gatal. Pikir Zein. Ia tidak ingin bertanya sesuatu kepada Freya yang akan membuat Freya menjadi tidak suka kepada dirinya. Tetapi melihat wajah Freya yang seperti ini, semakin membuat Zein yakin jika ada sesuatu yang Freya sembunyikan. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN