Curhat dengan Zein

2005 Kata
Freya menatap Darel yang sedang tertidur di sampingnya. Freya mendekat ke arah wajah Darel. Ia tersenyum tipis melihat wajah Darel sedekat ini. Entah kenapa, melihat wajah Darel yang seperti membuat Freya takut untuk kehilangan pria yang sedang ia tatap ini. Ia sangat takut tidak dapat melihat senyuman dari wajah Darel. Tetapi melihat hubungan mereka yang seperti ini membuat Freya tidak bisa meminta lebih dari yang ia harapkan. Ia hanya sementara di dekat Darel. Ia disini hanya karena Darel menggaji diri nya dan membuat ia bekerja dengan Darel. Tidak lebih. Freya tidak bisa menuntut lebih dari hal itu. Tetapi ia sangat berharap. Ia sangat berharap Darel menganggap dirinya lebih. Ia berharap Darel tidak hanya menganggap dirinya sebagai wanita yang menjadi pemuas napsu nya saja. Ia ingin Darel melihat nya sebagai wanita yang ia cintai. Freya sangat ingin Darel mencintai dirinya. Ia tau.. Cepat atau lambat, hubungan mereka akan berakhir. Darel akan bahagia dengan pilihan nya sendiri dan begitupula dengan dirinya. Tetapi ia masih belum bisa membayangkan hal itu terjadi. Ia ingin hubungan mereka lebih ini. Ia ingin Darel menikah dengan dirinya. Hidup Freya akan menjadi lebih indah jika ia menikah dengan seseorang yang ia cintai. Dan itu adalah Darel. Tanpa Freya sadari, air matanya sudah mengalir membasahi pipinya. Dan air matanya perlahan jatuh mengenai pipi Darel. Darel pun perlahan membuka matanya. Ia sangat terkejut melihat Freya yang sudah ada di depannya dan sedang menangis ini. "Lo kenapa?" Tanya Darel dengan suara seraknya. Suara khas ketika baru bangun tidur. Freya yang menyadari itu langsung menjauh dari Darel. Ia langsung menghapus air matanya. "Gue gak papa. Tapi kelilipan aja." Ucap Freya. Freya pun bangun dari tidurnya ia duduk dan menatap Darel yang masih bingung dengan Freya sekarang. "Gue buatin lo sarapan ya." Ucap Freya setelah itu Freya pun turun dari kasur dan mengambil bajunya yang tergeletak di bawah lantai. Ia mengutip bajunya dan berjalan menuju kamar mandi untuk memakai baju dan membersihkan dirinya. Darel tidak mengambil pusing itu. Ia pun kembali memejamkan matanya dan menarik selimut nya lagi. Ia masih belum luas tidur. Semalam ia begadang. Begadang dengan Freya tentunya. --- Darel menatap Freya yang sedari tadi diam tidak bersuara. Ia memakan makannya, tetapi pandangan Freya seperti tidak dengan dirinya sekarang. Darel tidak tau kenapa tiba-tiba Freya bersikap seperti ini. Darel jadi tidak terlalu menikmati makannya pagi ini. Ia tidak suka jika melihat seseorang seperti ini. Menganggu selera makan nya. Darel pun meletakkan sendok nya. Ia menatap Freya. Dan seperti dugaannya, Freya bahkan tidak menyadari jika Darel sedang menatap dirinya. Farel yang melihat itu menghela napas. Detik berikutnya ia memanggil Freya. "Frey." Panggil Darel. Dan Freya sama sekali tidak menyadari jika Darel sedang memanggil dirinya. "Freya." Panggil Darel lagi. Kali ini nadanya lebih keras dari sebelumnya. Dan benar, Freya baru tersentak dan menatap Darel. "Kenapa?" Tanya Freya dengan senyumannya. "Lo kenapa?" Tanya Darel. Freya yang mendengar itu langsung mengeryitkan dahinya. Ia tidak mengerti maksud dari pertanyaan Darel. "Emangnya gue kenapa? Gue baik-baik aja kok." Balas Freya. Darel yang mendengar itu kembali menghela napas panjang nya. Ia menatap Freya dengan serius. "Tadi lo nangis di kamar. Dan sekarang lo diam seperti ini. Ada apa sama lo? Masalah Agam lagi? Freya.. Gue gak suka lo mikirin pria itu terus. Lo lagi sama gue sekarang." Ucap Darel kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung menatap Darel tidak suka. "Emangnya kenapa kalau gue mikirin Agam? Gak masalah kan? Lagian hak gue juga mau mikirin siapa." Balas Freya. "Lo udah mulai melawan ya." Ucap Darel. Ia tersenyum sinis kepada Freya. "Gue boleh nanya sama lo?" Tanya Freya mengalihkan pembicaraan. Ia sangat penasaran dengan Darel. Dan ia rasa ia harus menanyakan hal ini. Ia ingin mengetahui seperti apa Freya di mata Darel. "Kalau mau nanya ya nanya aja. Ngapain minta ijin sama gue." Balas Darel. "Gue ini di mata lo gimana?" Tanya Freya. "Maksud lo?" "Kita ini gimana?" Darel tertawa mendengar pertanyaan Freya yang tidak ia mengerti itu. "Lo mau nanya apa sih? Jangan belibet gitu deh. To the point aja." Tutur Darel. "Hubungan kita ini apa, Rel? Gue ini seperti apa di mata lo? Apa gue sama dengan wanita-wanita yang pernah lo tiduri itu? Bedanya gue lebih lama sama lo. Bedanya juga gue lo pake di apartemen lo. Gue butuh kejelasan. Uang yang lo bayar ke gue, uang yang sangat banyak itu dan lo bilang gaji buat gue. Itu bukan gaji karena gue udah ngelayanin lo di ranjang kan? Gue mau tau semuanya. Gue gak mau kita begini terus. Gue mau kejelasan sama hubungan kita." Jelas Freya. Ia menatap Darel yang sedang menatap nya juga. "Frey lo kenapa nanya tiba-tiba begini. Bukannya selama ini kita baik-baik aja tanpa bahas hubungan yang lo maksud itu. Gue sama sekali gak ngerti sekarang." Balas Darel. "Jawab. Gue butuh kejelasan. Jawaban yang lo kasih sangat berarti buat gue." Freya menatap Darel dengan penuh Harapan. Ia sangat berharap Darel mengatakan jika ia mencintai dirinya. "Oke gue jawab. Gue gak tau hubungan yang lo maksud. Menurut gue lo itu baik dan penurut. Dan... " Darel menghentikan perkataannya. Ia menatap Freya dan melebarkan kedua bola matanya. "Jangan bilang hubungan yang lo maksud itu hubungan.." Darel tertawa ketika menyadarinya. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Sedangkan Freya ia hanya terus menatap Darel tanpa tersenyum maupun tertawa sedikit pun. "Frey lo tau kan gue gak suka sama hubungan yang lo pikir itu. Ya gue suka sama kita yang seperti ini. Tanpa hubungan apapun. Itu lebih baik kan? Gak repot sama sekali. Gue paling benci masuk dalam sebuah hubungan. Pacaran? Apalagi pernikahan. Gue gak bisa banyangin hal itu terjadi di kehidupan gue." Jelas Darel kepada Freya. Freya yang mendengar itu sangat ingin meneteskan air matanya sekarang. Kata 'tanpa hubungan apapun' membuat diri Freya sangat hancur. Ia sama sekali tidak mengerti pandangan Darel. Bagaimana bisa Darel berpikiran seperti itu terhadap hubungan mereka selama ini. "Gue senang dengar nya. Gue tau lo bukan tipe seperti itu." Ucap Freya. Sebenarnya mengatakan hal itu benar-benar membuatnya hancur. "Darel.. Waktu gue hampir habis. Udah mau sebulan gue kerja sama lo." Ucap Freya lagi. "Gue tau. Kalau lo mau perpanjang gue gak keberatan. Gue akan transfer gaji lo nanti. Lagian gue suka sama kinerja lo." Ucap Darel. Freya yang mendengar itu tersenyum. Kinerja apa yang dimaksud Darel. Bahkan selama di sini ia sama sekitar belum pernah membersihkan apartemen Darel seperti apa yang seharusnya ia kerjakan. Ia bahkan hanya memasak sarapan sesekali. Sisanya Darel pasti membawa dirinya di ranjang miliknya. "Gak. Gue mau kita akhiri sampai bulan ini aja. Gue rasa gue juga perlu mencari pekerjaan yang benar-benar pekerjaan. Gue senang banget bisa kerja sama lo. Tiga hari lagi kan? Tiga hari lagi pekerjaan gue selesai. Gue harap setelah pekerjaan ini selesai, kita jangan pernah ketemu seperti ini lagi ya. Jangan ada yang tau kalau gue pernah berhubungan sama lo. Gue senang kalau lo mau dengerin harapan gue itu. Gue harap setelah pekerjaan gue selesai, lo akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Gue juga berharap kita masing-masing akan menikah dan mempunyai seorang anak yang sangat lucu. Dan ketika nanti kita jumpa, gue bisa melihat seperti apa anak lo. Lo juga bisa melihat seperti apa anak gue nantinya. Gue sangat menantikan hal itu." Jelas Freya. Darel yang mendengar perkataan Freya, tidak tau harus berkata apa. Ia tidak tau kenapa Freya bersikap sangat aneh kali ini. "Lo mau pindah emang? Kenapa lo tiba-tiba bahas seperti ini sih. Gue sama sekali gak ngerti. Lo ngomong seperti ini seakan-akan akan pergi ninggalin gue dan kota ini." Ucap Darel. Freya tersenyum mendengar itu. Perkataan Darel membuatnya berpikir akan melakukan hal itu. Pergi meninggalkan tempat ini. Sama seperti apa yang Agam katakan kepada dirinya. Pindah dan memulai kehidupan yang lebih baik lagi. --- Freya menatap dirinya di cermin. Entah kenapa ia merasa ada yang aneh dengan dirinya hari ini. Mood nya juga sangat buruk hari ini. Freya pun tiba-tiba langsing memegang perutnya yang rata itu. Entah kenapa ia merasa perutnya mulai semakin membesar. Freya langsung menggelengkan kepalanya. Ini tidak mungkin terjadi. Freya berjalan menuju kamarnya. Ia mengambil handphone nya yang sedang berdering tersebut. Nomor tidak dikenal. Freya sangat malas mengangkat nomor seperti itu. Ia pun langsung menolak panggilan tersebut. Tetapi detik berikut nya pesan masuk ke handphone miliknya. "Ini gue, Zein. Gue mau ngajak lo makan di luar nih. Kalau lo gak sibuk sih." Begitu lah pesan yang Freya dapatkan. Freya pun langsung menyetujui ajakan Zein tersebut. Mungkin dengan sedikit cerita ke Zein akan membuatnya sedikit lebih baikan. Freya pun langsung mengganti bajunya untuk bertemu dengan Zein. Mereka berdua berjanji untuk berjumpa di salah satu cafe yang tidak terlalu jauh dari rumah Freya. Tak perlu menunggu lama, Freya pun telah selesai berpakaian. Setelah selesai, Freya langsung berjalan keluar dari rumahnya dan langsung menuju cafe yang dimaksud. Ternyata Zein telah berada di cafe tersebut terlebih dahulu. Freya tersenyum ketika Zein melambaikan tangannya kepada dirinya. Freya pun langsung berjalan menuju meja Zein. Ia duduk tepat di depan Zein. "Lo mau pesan apa? Biar gue yang pesanin." Ucap Zein ketika Freya sudah duduk di hadapannya. "Lemon tea aja gue." Balas Freya. Zein pun langsung berdiri dari duduknya dan pergi untuk memesan minuman untuk mereka. Tidak perlu menunggu lama, Zein datang kembali. "Ada apa nih tiba-tiba lo mau ngajak jumpa sama gue." Ucap Freya kepada Zein. "Bicara aja sama lo. Setelah di perpus kemarin, gue pikir ternyata seru juga diskusi sama lo." Balas Zein kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung tersenyum. "Ngomong-ngomong, Darel gak marah kan kalau gue ketemu sama lo begini?" Tanya Zein. "Kenapa dia harus marah?" "Ya.. Hubungan kalian kan dekat. Jadi gue pikir.. Mungkin dia gak suka gue jalan gitu sama lo." Ucap Zein. "Gue baru aja pulang dari apartemen dia. Gue tadi jiga nanya sama dia. Hubungan apa yang sedang kami jalanin ini. Dan lo tau apa jawabannya?" Tanya Freya sambil menatap Zein lekat. Zein langsung menggelengkan kepalanya. "Gak ada hubungan. Dia gak mau ada hubungan sama siapapun. Pacaran ataupun pernikahan. Dia gak suka sama hubungan yang seperti itu. Tapi gue tau, cepat atau lambat ia pasti juga akan berkeluarga. Tetapi perkataan dia sama gue tadi, buat gue hancur. Selama ini dia sama sekali enggak anggap gue apa apa. Jahat banget dia." Jelas Freya ia menundukkan kepalanya. Tersenyum miris menceritakan tentang Darel kepada Freya. Zein menghela napas panjang. Ia menatap Freya dengan kasihan. Ia sangat tau seperti apa sifat Darel. Mereka sudah lama berteman. Dan memang seperti itu lah sifat Darel. "Gue gak tau harus hibur lo gimana. Tapi percaya sama gue, lo wanita pertama yang diajak Darel untuk nongkrong sama kami. Lo wanita pertama yang dikenalkan sama kami. Lo wanita pertama yang diajak tinggal sama dia di apartemen nya. Dan gue rasa, ia pasti ada perasaan lebih sama lo. Darel memang seperti itu, Freya. Dia selalu menyembunyikan perasaan dirinya. Lo harus sabar untuk menghadapi dirinya. Dia sayang sama lo. Gue tau itu. Dan lo harus percaya sama gue." Ucap Zein berusaha untuk menenangkan Freya. "Gue gak mungkin bisa sabar, Zein. Pekerjaan gue sama dia tinggal menghitung hari. Dan gue rasa, setelah ini selesai gue akan pergi dari kehidupan dia. Gue akan mulai kehidupan baru gue nantinya." Tutur Freya lagi. Zein tersenyum bangga melihat keputusan Freya itu. "Gue senang lo bisa berpikir seperti itu. Kehidupan lo masih terus berlanjut dan lo harus membuka itu kembali. Tapi nanti lo jangan pernah lupain gue ya. Lo harus tetap terus hubungi gue. Gue akan selalu ada buat lo. Kalau lo butuh bantuan, gue siap bantu lo." Ucap Zein. Freya tersenyum mendengar perkataan Zein. "Jangan buat janji sama gue kayak gitu. Nanti gue ungkit baru lo tau. Gue gak gampang lupa loh sama janji seseorang.." Ucap Freya tersenyum menggoda kepada Zein. Zein yang mendengar itu langsung tertawa. "Pegang janji gue. Gue tipe pria yang gak suka ingkar janji, Frey." Ucap Zein. "Wow.. Tipe gue banget nih." Balas Freya lagi. Mereka pun kembali tertawa bersama. Freya merasa sedikit tenang ketika berbicara dengan Zein seperti ini. Zein benar-benar sangat perhatian dengan dirinya. Bukan. Freya bukan mulai tertarik kepada Zein. Hanya saja ia merasakan sosok Agam dalam diri Zein. Dan Freya merasa terlindungi dan aman jika berada di dekat Zein. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN