Keluar dari kerjaan

3108 Kata
Freya merasa sangat canggunng  berada berdua di dalam mobil  Darel. Tidak ada yang saling membuka pembicaraan. Darel yang sedang konsentrasi dengan menyetir mobil dan Freya yang hanya diam menatap jalanan. Ia bahkan tidak berani untuk menatap Darel. Menoleh saja, ia tidak berani.  "Itu di persimpangan itu, nanti kita belok ke kanan." Ucap Freya memberitahu arah menuju rumah nya. Darel hanya menganggukkan kepalanya. Ia sama sekali tidak membuka suaranya. "Udah berhenti di sini aja." Ucap Freya  lagi. Darel pun langsung menghentikan mobilnya. Ia menoleh ke beberapa rumah yang terlihat oleh dirinya. "Rumah lo yang mana?" Tanya Darel kepada Freya. Freya pun menunjuk salah satu rumah yang terbilang kecil itu. "Itu rumah gue. Lebih tepatnya gue nge kos." Jawab Freya kepada Darel. Darel menganggukkan kepalanya lagi. "Rumah asli lo dimana?" Tanya Darel lagi. Freya tersenyum miris mendengar pertanyaan itu. "Gue gak punya rumah. Kedua orang tua gue udah gak  ada dan gue di titip sama tante gue. Tapi tante gue malah ngebuang  gue dan semua harta kedua orang tua gue diambil oleh nya." Jalas Freya kepada Darel. Darel yang mendengar itu langsung menatap wajah Freya. "Miris kan hidup gue?"  Tanya Freya dan menatap Darel. Darel langsung menganggukkan kepalanya. Freya kembali tersenyum melihat wajah Darel.   "Yaudah kalau gitu gue turun. Makasih udah nganterin gue pulang." Ucap Freya. Setelah itu ia keluar dari mobil Darel. "Hati-hati di jalan." Ucap Freya lagi. Seteah itu, Darel pergi meninggalkan Freya. Freya tersenyum melihat itu. Mungkin ini kali terakhir ia berhungan dengan pria itu.  Freya pun berjalan memasuki rumahnya. Ia sebenarnya sangat berharap untuk terus berhubungan dengan Darel. Ternyata Darel tidak seperti yang Agam ceritaan kepada dirinya. Darel terlihat sangat baik dan lembut.  --- Freya hanya bisa diam ketika Agam mengeluarkan seuruh omelannya kepada dirinya. Agam terlihat sangat khawatir kepada Freya. "Lo kemana aja? Gue udah hubungin lo berpuluh-puluh kali dan semua panggilan gue gak ada yang lo angkat. Lo tau gimana khwatirnya gue? ue pikr lo diapa-apain sama tuh b******n-b******n yang ada di club. Lo tau gue gak bisa tidur Freya.. " Omel Aagam kepada Freya. Freya yang mendengar itu hanya memasang wajah tidak bersalahnya. Ia malah cengengesan kepada Agam. "Gue udah pulang Agam. Gue lansung tidur karena gue ngantuk. Makannya gue gak denger lo nelpon. Gue baru tau tadi pagi. Lo kan tau sendiri gue kalau tidur gimana." Balas Freya kepada Agam. Agam mengeha napas panjang mendengar itu. "Jadi gimana pekerjaan lo? lo suka?" Tanya Agam mengalihkan pembicaraan. Sepertinya Agam percaya dengan apa yang Freya katakan. "Bagus. Gue suka banget kerja di sana. Laura baik sama gue. Dia juga bilang kalau dia kan jagaain gue karena.. lo minta agar dia jagain gue." Balas Freya. Freya tersenyum menatap Agam. "Gue beruntung banget bisa punya lo. Lo tau itu?" Sambung Freya. Agam menganggukkan kepalanya.  "Gue tau itu. Makannya lo harus terus ngasih gue kabar. Gue gak mau lo kenapa-napa, Freya."  "Iyaaa.. gue akan terus ngasih kabar sama lo. Biar lo gak khawatir lagi sama gue." Perbincangan Freya dan Agam berhenti ketika seorang wanita mendatangi mereka. Wanit itu, wanita yang di lihat Freya bersama dengan Darel di kamar mandi semalam.  Freya yang melihat itu langsung berdiri dari duduk nya. Ia melihat wanita itu sedikit takut. Aura dari wanita tersebut sangat berbeda sekarang.  "Lo!" Ucap wanita tersebut ketika melihat wajah Freya. Wanita tersebut tidak sendiri. Ia bersama kedua temannya. "G.. Gue?" Tanya Freya. Ia sebenarnya tau jika wanita itu mencari dirinya. Tetapi tetap saja. Ia tetap takut melihat wanita ini sekarang. "Iya lo. Lo yang semalam ganggu gue sama Darel di kamar mandi kan?" Tanya Wanita itu dengan nada tingginya. Agam yang mendengar itu langsung bangkit dari duduknya dan memegang tangan Freya. "Ini wanita yang lo ceritain itu?" Bisik Agam ke teliga Freya. Freya membalasnya dengan anggukan. "Bentar.. gue bisa jelasin semuanya. Jadi semalam gue  bener-bener gak tau ada lo di sana dan gue bener-bener gak sengaja lihat kalian." Jelas Freya kepada wanita yang bahkan ia tidak ketahui namanya itu. "Gue gak perduli. Yang gue perduli sekarang, lo udah buat Darel menghentikan kegiatan kami. Dan sekarang Darel udah gak mau sama gue lagi. Ini semua salah lo. Kalau aja lo enggak datang gak mungkin ini terjadi kan? Lo itu udah buat gue ditinggalin ama Darel. Dan lo harus bertanggung jawab." Cecar wanita itu kepada Freya. Freya melebarkan kedua bola matanya. Ia tidak percaya apa yang ia dengar sekarang. Ia yang bertanggung jawab? "Gini.. gue gak harus bertanggung jawab atas ini semua. Yang harus bertanggung jawab itu dia." Tunjuk Freya kepada Agam. Agam yang melihat itu langsung menatap Freya terkejut. "Gue?" Tanya Agam degan polosnya. Wanita itu dan kedua teman nya langsung menatap Agam. Agam yang ditatap seperti iitu juga langsung takut. "Kok gue sih Frey." Tanya Agam kepada Freya. "Ya kan kalo lo gak nelpon mereka gak akan tau keberadaan gue dan kegiatan mereka enggak akan terganggu. Ya berarti semua ini salah lo lah. Dan lo. Lo harusnya berurusan sama nih cowok. Karena kalau dia gak nelpon gue, kalian pasti enggak akan terganggu." Jelas Freya kepada wanita itu. "Frey.. lo kenapa gini? Lihat dia jadi natap gue gitu." Agam mulai merasa takut ketika melihat tatapan wanita yang ada di depannya ini. "Jadi lo yang ganggu kegiatan gue?  Lo tau gak gara-gara l--" "Gue tau. Gue tau gue dah ganggu lo. Maaf ya. Gue sama sekali gak tau. Jadi lebih baik kita lupakan semua ini, ya? Gue yakin lo bisa dapetin yang lebih baik dari Darel." Tutur Agam berusaha untuk meredakan emosi wanita ini. Freya yang meihat itu perlahan-lahan mulai menjauh dan pergi meninggalkan Agam bersama ketiga wanita ini. Ia dengan cepat berlari meninggalkan Agam.  Freya merasa sangat lega ketika tidak berasa lagi di tempat tersebut. Ia akhirnya bisa bernapas dengan tenang. Freya masih terus menoleh kebelakang. Hingga ia pun tidak memperhatian jalannya di depan. Dan tanpa ia sadari ia menabrak seseorang yang baru ia temui tadi. "Auch. Sorry gue gak sengaja. Lo bai--" Ucapan Freya terpotong. Ia melebarkan kedua bola matanya. Ia dapat melihat Darel dan ketiga temannya tepat di hadapannya sekarang. Tetapi Freya langsung menyadarkan diirnya untuk terlihat biasa saja. Ia tidak ingin ada yang tau tentang hubungan diri nya dengan Darel. Apalagi di kampus ini. Freya sangat yakin ia akan tidak lama bertahan di kampus ini jika orang-orang tau kalau ia ada hubungan dengan Darel.  "Lo yang jadi pelayann di club semalam kan?" Tanya salah satu teman Darel kepada Freya. Freya langsung menelan ludahnya susah payah. Bagaimana mungkin mereka mngingat dirinya. Freya menatap sekeliling nya. Dan benar saja. Mata para wanita di kampus ini berpusat pada dirinya sekarang. Freya tidak ttau harus bagaimana sekarang. "Iya. Gue kerja di sana. Dan semalam kita jumpa dan gue yang ngasih kalian minuman di cub itu semalam." Balas Freya.  "Pantesan. Lo kelihatan gak asing. Lo kuliah di sini juga?" Tanya salah satu dari mereka lagi. Freya menghela napas panjang. Ia sangat ingin pergi dari sini sekarang. Berlama-lama bersama mereka membuat Freya merasa sangat tidak nyaman. "Itu  gue em--" Perkataan Freya di potong oleh kedatangan Agam yang tiba-tiba. Agam datang dan langsung merangkul Freya. Seakan-akan mereka memiliki hubungan lebih dari teman. Darel yang sedari tadi diam langsung terlihat risih dengan pemandangan yang ada di depannya ini. "Frey lo ngapain di sini?" Tanya Agam kepada Freya.  "Gue cuman ngobrol sebentar ama mereka." Balas Freya dan tersenyum canggung kepada keempat pria yang ada di depannya ini. "Udah siap kan ngobrolnya?" Tanya Agam. Freya hanya menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan perkataan Agam.  "Yaudah.. kita pergi. Kami duluan ya bro." Ucap Agam. Tanpa menunggu jawaban dari keempat pria ini, Agam langsung membawa Freya pergi dan meninggalkan mereka. Freya merasa sangat beruntung dengan kehadiran Agam. Akhirnya ia bisa pergi dari mereka. Mereka menghentikan langkah mereka ketika sampai di taman kampus. Freya langsung duduk di salah satu bangku taman.  "Lo ngapain ngobrol sama mereka? Gue udah bilang sama lo kalau lo gak boleh dekat-dekat sama mereka. Mereka bahaya Freya.. Lo bisa bahaya kalau dekat-dekat sama mereka. Terutama sama yang namanya Darel itu." Tutur Agam kepada Freya. "Iya gue tau. Mereka itu salah satu pelanggan di Club semalam. Rupanya mereka inget sama gue. Gue juga gak mau deket-deket kok sama mereka. Gue akan selalu denger apa yang lo katakan. Karena kadang ucapan lo bener juga."  Balas Freya. Ia tersenyum lembut kepada Agam. Agam memang benar, seharusnya ia dari awal tidak boleh berurusan dengan Darel. Apalagi sampai harus menyerahkan keperawananya. Ia tidak tau hharus berkata seperti apa kepada Agam. Agam pasti akan sangat kecewa keada dirinya. Freya benar-benar sangat menyesal melakukan hal itu dengan Darel. Dan yang paling membuat dirinya kesal ialah, Ia menikmat hal itu. Freya menikmati Darel berada di dalam dirinya. Ia enikmati setiap sentuhan yang Darel berikan untuknya. Bahkan ciuman yang Darel berikan masih ia ingat sampai sekarang. Tetapi sayangnya, Darel pasti sudah melupakan dirinya.  Darel sudah tidak akkan pernah menganggap dirinya ada. Darel hanya mengganggap dirinya sama dengan wanita-wanita yang pernah ia tiduri sebelumnya. Dan Freya sangat menyesalkan hal itu.  --- Freya menyerahkan helm yang ia pakai tadi kepada Agam. Agam menerima helm itu dan langsung menympan nya. Agam tersenyum menatap Freya. Freya yang melihat itu langsung mengeryitkan dahi nya. Ia tidak tau mengapa Agam menatap dirinya seperti ini. "Lo kenapa?" Tanya Freya kepada Agam. Agam masih tetap tersenyum seperti tadi. "Gam.. lo jangan buat gue akut deh. Lo kenapa?" Tanya Freya lagi. Kali ini nada kesal mulai keluar dari mulutnya. "Gue ada berita bagus buat lo." Ucap Agam kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung ikut tersenyum sama seperti Agam.  "Berita apa?" Tanya Freya. Ia sekarang sangat ingin tau apa berita baik yang akan Agam beritahukan kepada dirinya. "Lo... gak akan kerja lagi di club itu." Tutur Agam dengan semangat. Senyuman yang tadi Freya pancarkan perlahan sirna. Freya memasang wajah terkejutnya. "Lo gila? Kenapa gue gak kerja di Club itu lagi? Emangnya gue buat salah?" Tanya Freya kepada Agam. "Ya.. karena gue minta sama Laura agar lo keluar dari Club itu. Dan Laura setuju. Jadi lo gak usah lagi deh kerja di sana." Jelas Agam kepada Freya. Freya yang mendengar itu langsung mennggelengkan kepalanya. Ia tidak percaya dengan apa yang barusan Agam tuturkan kepada dirinya. Bagaimana bisa Agam melakukan hal itu. "Lo gila? Gue butuh kerjaan itu, Agam. Lo tau gue lagi krisis ekonomi. Gue butuh uang untuk ngeanjutin hidup gue. Dan lo dengan gampang nya buat gue gak punya pekerjaan lagi? Lo tega sama gue?" Ucap Freya. Ia mulai marah kepada Darel. Ia sangat kesal sekarang.  "Enggak gitu maksud gue. Gue tau lo butuh kerjaan. Tapi gue gak mau lo kenapa-napa nantinya. Frey.. Darel itu berbahaya. Gue gak mau dia beruat macam-macam sama lo. Dia udah tau lo tadi di kampus. Gimana kalau dia dendam sama lo? Bahkan cewek yang tadi aja hampir nyerang lo. Apalagi dia. Gue gak mau hal buruk terjadi sama lo. Gue gak mau itu." Balas Agam. Ia menatap mata Freya dalam.  "Tapi gue butuh uang, Gam. Gue butuh hidup." Sela Freya.  "Gue ada di sini, Frey. Gue akan cariin lo kerjaan yang baru. Yang lebih baik dari ini. Gue janji. Lo tunggu aja sebentar. Gue  pastiin lo segera dapat kerja." Ucap Agam. Ia menatap Freya dengan yakin. "Lo janji?" Tanya Freya. Mencoba untuk meyakinan ucapan Agam. "Gue janji Frey. Gue janji." Putus Agam. Freya tersenyum mendengar janji itu. Iya akan percaya dengan Agam. Agam tidak mungkin berbohong kepada dirinya. Ia tau itu. Agam akan terus menepati janjinya.  "Yaudah kalau gitu lo pulang aja sana. Gue akan tunggu pekerjaan baru gue. Hati-hai di jalan Gam. Karena kalo lo gak hati-hati, dan lo kenapa-napa, gue gak akan dapat pekerjaan baru nanti. Gue gak akan dapat duit dan gue harus keluar dari rumah kontrakan gue ini dan gue akan tinggal di jalanan. Jadi lo tau kan seberapa berarti nya diri lo itu buat gue? Jadi lo harus hati-hati dalam mengambil tindakan. Oke?" Jelas Freya. Agam tertawa mendengar perkataan Freya itu. Bagaimana bisa ia mengatakan semua itu kepada Agam. "Iya Freya.. Gue akan hati-hati. Oke? Kalau gitu gue pulang dulu. Bye.." Setelah mengatakan itu, Agam menghidupkan mesin motornya dan pergi meninggalkan Freya. Freya masih tersenyum. Walaupun Agam sudah tidak ia lihat lagi. Tidak beberapa lama, Freya pun berjalan memasuki rumahnya. Ia melihat sekeliling rumahnya. Rumah yang terbilang sangat kecil untuk dirinya. Ia merindukan rumah milik orang tua nya. Ia merindukan semua itu. Freya sangat menyayangkan jika rumah itu bukan lagi miliknya. Semua itu sudah menjadi milik tante nya. Dan Freya harus bertahan hidup di kota ini sendiri tanpa siapapun yang bisa ia andalkan. Untung saja ia memiliki Agam di samping nya. Dring. Freya mengambil handphone nya dari dalam tas. Ia sangat terkejut mendapatkan transfer uang yang terbiang cukup besar untuk dirinya. Dan sekali lagi Frya terkejut ketika mengetahui jika uang itu berasal dari Laura. Freya tidak tau kenapa Laura mengirim uang sebanyak ini. Freya hanya bekerja satu malam di club nya. Tetapi ia sudah mendapatkan uang sebesar ini. Uang ini tidak berhak ia miliki. Karena tidak sesuai dengan apa yang sudah ia kerjakan.  Freya akan mengembalikan uang ini. Ia akan mendatangi Luara dan mengembalikan apa yang seharusnya tidak ia miliki. --- Club milik Laura tanpa sepi. Hanya Darel dan ketiga temannya yang berada di dalam Club ini. Darel sedari tadi mencari keberadaan Freya. Tetapi ia sama sekali tidak menemukan wanita itu. Ia sudah lelah mencari keberadaan Freya. "Lo kenapa bro? Dari tadi gue lihat pandangan lo seperti cari seseorang. Atau jangan-jangan lo cari cewek itu ya? Yang tadi kita ketemu di kampus?" Goda salah satu teman Darel.  "Iya gue lagi nyari dia. Kok gue dari tadi gak lihat keberadaan cewek itu ya?" Balas Darel. Ia langsung mengakui apa yang temannya katakan.  "Tanya aja langsung sama Laura." Balas teman Darel. Darel pun langsung berdiri dari duduknya. Ia berjalan meninggalkan ketiga temannya itu dan berjalan menuju ruangan Laura. Seperti biasa, Darel tidak mengetuk pintu ruangan Laura. Ia langsung masuk begitu saja ke dalam  ruangan tersebut. Dan Laura hanya bisa diam tanpa memarahi Darel.  "Lo cari apa lagi di sini?" Tanya Laura to the point. Ia sudah benar-benar malas berbincang bersama Darel. "Gue ak lihat kebberadaan pegawai baru lo itu. Dia libur malam ini?" Tanya Darel langsung. Laura yang mendengar itu langsung tertawa.  "Kenapa? Bukannya seorang Darel hanya memakai seorang wanita sekali aja? Lo mau dia ngelayanin lo lagi?" Tanya Laura. "Bukan urusan lo. Urusan Ranjang gue, bukan urusan lo. Lo hanya perlu jawab pertanyaan gue. Dimana keberadaan Pegawai itu?" Tanya Darel lagi. "Freya. Pegawai yang lo sebut-sebut itu, perempuan yang ngelayanin lo tadi malam namanya Freya. Bahkan lo enggak tau nama nya? Hebat ya lo. Kagum gue sama lo." Tutur Laura kepada Darel. "Dan for your information aja nih ya.. Freya udah gak kerja di sini lagi. Dia udah keluar dan gak akan pernah ngelayanin lo lagi." Sambung Laura lagi.  Darel yang mendengar itu langsung membulatkan kedua bola matanya. Ia tidak percaya jika Freya sudah keuar dari pekerjaan ini. "Apa alasannya? Kenapa dia tiba-tiba keluar dari pekerjaan ini?" Tanya Darel. "Apa alasannya, sama sekali bukan urusan lo kan? Lagian di--" "Auch.."  Perkataan Laura terpotong ketika Darel tiba-tiba langsung mensudutkan dirinya. Darel mencengram lengan Laura dengan kuat. Ia menatap Laura dengan mata tajam nya itu. "Kasih tau gue kenapa dia keluar dari sini?" Tanya Darel dipenuhi rasa amarah. "Temannya.. Agam yang minta buat Freya keluar dari sini. Dia gak mau kalau Freya berurusan sama lo dan teman-teman lo itu. Makannya Agam langsung meminta agar Freya tidak bekerja di sini lagi." Jellas Laura kepada Darel. Darel yang mendengar itu langsung melepaskan Laura dan langsung keluar dari ruanagan Laura. Ia sangat kesal. Ia pun kembali ke tempat ia semula dan kembali bersenang-senang dengan meminum minuman yang sudah ia beli itu.  "Gimana? Cewek itu lagi libur?" Tanya salah satu teman Darel. "Jangan ngomong sama gue. Dan jangan bahas hal itu sama gue." Ucap Darel dan kembali menegukkan segelas minuman ke dalam mulut nya. Tidak beberapa lama berselang, Freya datang ke club tersebut. Niat nya ingin mengembalikkan uang yang diberikan Laura tadi. Freya tidak melihat-lihat siapa tamu yang datang malam ini. Ia langsung menuju ruangan Laura. Sesampainya di ruangan Laura, Freya mengetuk pintu tersebut. Dan tidak butuh waktu lama, Laura langsung menyuruh Freya untuk masuk ke dalam ruangan nya. Laura terkejut melihat kedatangan Freya. Ia langsung berdiri dari duduk nya dan menghampiri Freya. "Kamu ngapain di sini?" Tanya Laura langsung. Ia sangat khawatir jika Darel mengetahui keberadaan Freya. "Saya mau ngasih uang yang tadi di transfer untuk saya. Saya kira uang ini terlalu banyak untuk saya. Dan gak sesuai dengan apa yang sudah saya kerjakan. Saya hanya bekerja sehari dan uang ini mungkin gaji saya dua bulan kedepan." Jelas Freya. Ia menjelaskan maksud kedatangan dirinya. Laura tersenyum mendengar maksud kedatangan Freya  ke sini.  "Astaga.. ini memang untuk kamu. Saya udah melanggar janji saya sama kamu. Jadi kamu berhak untuk mendapatkan uang itu." Balas Laura. "Janji? Kamu enggak ngelanggar janji apapun sama saya." Freya masih tidak mengerti janji apa yang dihabas oleh Laura. "Saya tau.. Semalam, Darel melakukan itu kan sama kamu? Ia udah ngelakuin aksi b***t nya itu kepada kamu. Dan saya sudah berjanji untuk ngelindungi kamu dari b******n-b******n yang ada di club ini. Tetapi semalam, saya tidak bisa melindungi kamu. Maka dari itu.. saya mohon agar kamu bisa nerima uang itu. Itu permohnan maaf saya. Kalau kamu tidak mau menerima nya, saya akan benar-benar merasa bersalah." Jelas Laura. Freya menghela napas panjang. Ia tidak tau harus melakukan hal apa lagi. Melihat Laura seperti itu membuat dirinya juga merasa bersalah. Ini semua bukan kesalahan Laura. Ia juga ikt andil dalam hal ini. Kalau saja Freya tidak membuka baju nya semalam. Mungkin hal itu tidak akan terjadi. Freya memang salah di sini. Tapi ia tidak mungkin menceritakan hal itu kepada Laura.  Freya baru ingat sesuatu. Ia langsung memegang tangan Laura erat dan menatap Laura dengan serius. "Maaf saya menanyakan hal ini.. Tapi Agam enggak tau kan tentang apa yang terjadi kemarin itu? Kamu enggak kasih tau dia kan?" Tanya Freya dengan khawatir. Freya sangat khawatir jika Agam mengetahui semuanya.  Laura tersenyum dan membalas genggaman tangan Freya. "Kamu tenang aja. Saya enggak mungkin memberitahukan semua ini kepada Agam. Mungkin saya orang pertama yang akan ia bunuh jika ia mengetahui hal ini. Karena saya enggak bisa menjaga kamu. Kamu beruntung bisa memiliki Agam di samping kamu. Ia pria yang sanga baik. Saya saranin agar kamu tidak mengecewakan pria baik itu." Ucap Laura kepada Freya. Freya menganggukkan kepalanya. Tanda ia setuju dengan ucapan Laura. "Terimakasih udah enggak memberitahukan ini kepada Agam. Dan saya harap kamu bisa meyimpan rahasia ini sendiri. Saya akan coba untuk melupakan semua ini juga." "Kamu gak usah takut akan hal itu. Saya ini penyimpan rahasia yang paling baik di dunia." Balas Laura. Freya tersenyum mendengar itu. "Yaudah.. kalau gitu saya balik duluan. Terima kasih atas semuanya." Setelah mengatakan hal itu, Freya berjalan meninggalkan Laura dan keluar dari ruangan Laura. ---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN