Taman Hiburan yang Menyeramkan

1830 Kata
Jason menoleh pada Winona dan Tony. Dengan nekatnya anak itu merogoh dompet kedua orang tersebut dan meraih uang tunai yang ada di dalamnya untuk membeli makanan. "Maafkan aku ya, paman..." lirih Jason. Tangan anak itu gemetaran saat meletakkan dompet itu kembali ke tempatnya. Ia bergegas pergi dari rumah yang mengerikan itu. Ia memutuskan untuk menaiki bus yang melintas di sebuah halte yang ia temukan. Dalam pikirannya, ia harus pergi yang jauh. Mungkin kedua jasad pasangan tadi akan lama ditemukan oleh pihak kepolisian karena tempat yang terpencil dan tak ada tetangga di sana. Lagipula para penjahat itu pantas untuk mati menurut batin anak laki-laki itu. Jason sampai di pemberhentian bus terakhir. Secarik kertas leaflet terbang ke arahnya, ia meraih kertas tersebut. "Oh, rupanya di sini sedang berlangsung pembukaan taman hiburan yang baru," gumam Jason seraya mengamati leaflet tersebut. "Lihat, ada permainan sulap Tuan Bill yang terkenal itu, lalu ada live band juga, ada banyak bazar kuliner juga, pastinya banyak pertunjukan menarik di sini!" seru seorang remaja perempuan yang melingkarkan tangannya di lengan remaja pria itu melintas di hadapan Jason. Mereka terlihat sangat senang. Rasa penasaran membuat Jason mengikuti dua remaja itu saat masuk ke dalam area taman hiburan. Tiba-tiba, pandangannya tertuju pada seorang pria yang menggunakan kostum badut dan masuk ke sebuah rumah makan. Jason memegangi perutnya yang berbunyi. Cacing di dalam perutnya sudah tak mau lagi berkompromi sehingga membuat bocah laki-laki itu melangkah masuk ke dalam rumah makan yang di masuki badut tadi. Jason memeriksa uang curiannya di dalam tas. Setelah memastikan uangnya cukup, ia lantas memesan seporsi kentang goreng dan ayam goreng lengkap dengan telur orak-arik ditambah minuman es s**u coklat. Ia duduk di kursi belakang yang berada di samping si badut tadi. "Permisi, Tuan Bilk." Salah satu pria yang mengenakan kaus hitam bertuliskan "Bill's Crew" datang menghampiri pria berkostum badut itu. "Ada apa, Luke?" tanya Tuan Bill "Gadis yang kau minta kemaren, ia tak bisa datang menjadi pasangan sulapmu," ucap Luke seraya berbisik tapi Jason masih bisa mendengar mendengar dengan jelas penuturan pria itu. "Ada apa memangnya sampai ia tak bisa datang, padahal aku sangat menyukai tubuhnya?" tanya Tuan Bill. Kali ini benar-benar jelas Jason menangkap pembicaraan dua orang tersebut. Bagaimana bisa pendengarannya menjadi setajam ini, batin bocah lelaki itu. "Dia bilang padaku kalau dia hendak pergi bersama orang tuanya ke luar kota, ayahnya mendadak sakit dan harus mendapatkan perawatan di rumah sakit yang berada di kota itu," jawab Luke dengan wajah tertunduk. "Kau tak berbohong kepadaku, kan?" Tuan Bill menunjuk wajah Luke dengan garpu tangannya. "Tentu saja saya tidak berbohong, mana berani saya berbohong pada Tuan," sahut Luke. "Bagus kalau kau tak berbohong kepadaku, aku akan percaya, sekarang lekas kau cari penggantinya!" Luke segera bergegas pergi menuruti permintaan Tuan Bill. Badut itu menancapkan garpu tersebut pada daging ayam di piringnya dan memotong daging tersebut menjadi ukuran yang lebih kecil. "Hmmm rasa daging ini tak seenak rasa daging milik seorang gadis," gumamnya. Sontak saja apa yang Jason dengar mengejutkannya sampai membuat air liur saja sangat sulit ia telan. Semoga saja pikiran buruk yang barusan melintas di kepalanya tidak akan terjadi. "Aku tahu kau berbohong, Luke. Untung saja aku sedang merasa senang," gumam Tuan Bill dengan senyuman sinis saat sang asisten pergi. Jason yang selesai dengan makanannya dan sudah menghabiskannya kemudian beranjak ke luar. Pandangannya kini tertuju pada tenda yang di depannya terdapat poster besar yang di pasang di sebuah penyangga. Poster itu bergambar si badut tadi. Rasa penasaran anak kecil itu malah membawanya masuk ke dalam tenda. Sayup-sayup ia dengar kembali suara pria yang bersama badut tadi sedang berbicara sendiri dengan kesal. "Sukurlah, untung saja si monster tua itu percaya tentang kepergian Diana, kalau tidak habislah Diana bisa mati tepotong-potong seperti gadis ini," gumam Luke pada dirinya sendiri. Dia masukkan potongan tubuh gadis yang sudah tak bernyawa itu ke dalam kantong plastik hitam. Lalu memasukkan potongan tubuh itu ke dalam kardus dengan rapih. Di dalam kardus itu, ia taburi pengharum kuat agar menutupi bau busuk jasad itu nantinya. Meskipun pria itu sebenarnya merasa takut dan jijik, tapi ia tetap melaksanakan tugasnya karena perjanjian iblisnya yang membuat dirinya harus mengabdi pada monster seperti Tuan Bill. Monster itu Ia hanya mengincar bagian organ dalam dari tubuh para gadis cantik yang tubuhnya terpotong-potong akibat aksi sulapnya. Padahal para penonton menyangka itu hanya trik sulapnya saat mementaskan dirinya dalam pertunjukan seorang badut. Namun sesungguhnya, Tuan Bill benar-benar memotong tubuh para gadis tersebut dengan ilmu hipnotisnya. Dan membuat mereka tak berteriak saat terpotong ataupun tertusuk benda tajam saat di atas panggung Jason yang mendengar penuturan Luke dan melihat sendiri potongan tubuh di kardus itu segera menyembunyikan dirinya. Tubuhnya gemetar dan takut terlihat. Lalu, saat pria itu menuju pintu belakang tenda, Jason segera bergegas pergi ke luar dari tenda itu. Kengerian itu tampak terpancar dari wajahnya yang berubah menjadi pucat. Jessica benar-benar ketakutan. Ia bergegas berlari tak tentu arah asal jauh dari tenda tadi, akan tetapi sayangnya ia tak sengaja menabrak si badut itu. "Maafkan saya, Tuan. Saya tidak melihat saat Anda datang dari arah sana," ucap Jason dengan bibir bergetar. "Oh, tidak apa-apa anak manis, aku juga minta maaf, ya," ucap Tuan Bill, pria yang tak sengaja ditabrak Jessica itu mengusap kepala gadis itu dengan lembut. "Di mana ibumu?" Tanya Tuan Bill. Jason tak mau menjawab, ia mulai ketakutan mendapat sentuhan si badut itu. Hidung Tuan Bill mengendus-endus di hadapan anak lelaki itu sambil mengamati tubuh anak kecil itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kedua mata si badut terperanjat menatap tak percaya. "Dari mana asal mu, Nak?" tanya Tuan Bill yang berlutut di hadapan Jason agar sejajar. Anak itu masih menjawab dengan menggelengkan kepalanya. "Hmmm... dugaanku, kau bukan warga asli sini, ya?" tanyanya. Tiba-tiba asisten Tuan Bill berteriak dari kejauhan. "Tuan Bill, ayo lekas lakukan audisi untuk mencari asistenmu!" Luke berteriak dari kejauhan memanggil Tuan Bill. Pria itu hanya menoleh dan mengangkat tangan kanannya, menandakan dia akan segera menuju ke hadapan sang asisten. "Apa kau mau menonton pertunjukanku?" tanya Tuan Bill. Jason kembali menggeleng, ia teringat potongan tubuh dalam kardus yang tadi di rapihkan oleh si asisten badut. Ia langsung berlari menjauh. Bocah itu sempat menoleh pada Tuan Bill yang ternyata masih mengamatinya sambil tersenyum. Jason lantas tak ingin membalas senyuman Tuan Bill. Ia lebih memilih berlari menjauh. Lagipula ia teringat pesan ibunya agar tak terlalu akrab dengan orang asing yang baru saja ditemuinya. Apalagi orang asing itu sangat mengerikan dan menyukai kekejaman. Dua pasang remaja yang Jason lihat tadi memasuki area pertunjukan sulap milik Tuan Bill. Sebelumnya, mereka membeli popcorn dan soda untuk menemani waktu mereka saat melihat pertunjukan sulap nanti. Jason yang penasaran akhirnya mengikuti mereka memasuki tempat pertunjukan itu. Pertunjukan pertama dibuka oleh suguhan dua orang penyanyi wanita yang melakukan seriosa dengan dress berwarna hitam selutut. Alunan piano dan biola mengiringi suara indah dua wanita tersebut. Para penonton lalu bertepuk tangan dengan riuh. Pertunjukan berikutnya datang dari Tom si pesulap. Pria itu membawakan permainan Cups and Balls, tetapi trik ini dapat dipastikan merupakan trik yang sangat tua dan masih populer hingga saat ini. Oleh karena itu banyak penonton yang masih suka melihat pertunjukan ini. Meskipun banyak variasi yang membuat trik ini berbeda, tetapi tujuan utamanya adalah sama, yaitu memindahkan bola dari satu gelas ke gelas lainnya, muncul dan hilang sesuai keinginan pesulap. Trik tersebut diakhiri secara mengejutkan dengan keluarnya anak ayam dan seekor tikus dari bawah cangkir oleh si pesulap. Tepuk tangan meriah pun hadir kembali di arena tersebut saat pria itu berhasil mengakhirinya dengan sukses. "Boleh juga trik sulap pria itu," gumam pria di samping Jason. Tangannya selalu menggenggam tangan wanitanya dan pastinya ia tak mau melepasnya sedetik pun saat melihat ke arah panggung pertunjukkan. "Harusnya kita ikut dalam pertunjukan ini," sahut perempuan satunya. "Kita? kau mau menjadi badut di atas panggung itu? hahahaha...." cibir si pria. "Heh! enak saja kalau bicara. Coba kau bayangkan, tak akan ada yang bisa sepertiku menggunakan trik kartu." "Sssttt kau berisik sekali, sudah diam jangan bicara terus." Si gadis yang duduk di depannya menatap pria itu dengan tajam. "Oke, maaf." Kemudian, datang sekarang wanita bertubuh gemuk yang mempertontonkan aksinya dalam mengolah kartu-kartu di tangannya dengan sangat cepat dan terampil. Pesulap itu bernama Liberty. "Sulap identik dengan permainan kartu yang mencengangkan. Sampai-sampai hampir semua tokoh film atau komik yang temanya pesulap pasti pernah digambarkan memainkan kartu dalam trik mereka. Jadi, saya akan melakukan sulap tebak kartu di panggung ini," tutur Liberty seraya menunjukkan kartu-kartu di tangannya. Lalu, ia meminta satu relawan dari penonton untuk maju ke atas panggung. Gadis remaja yang ada di depan Jason langsung menaikan tangan kanannya. "Apa yang kamu lakukan?" tanya si pria mencoba menurunkan tangan gadis itu, tetapi tak bisa karena gadis itu masih saja bersikeras. Sungguh beruntung karena keinginan gadis itu langsung terkabul, pesulap itu menunjuknya untuk naik ke atas panggung. "Nih, lihat saja aksiku, aku akan mengecohnya dengan gerakan cepatku," sahut gadis itu dengan sombongnya. "Ummm... baiklah." Gadis bernama Jane itu dengan tenang melangkahkan kakinya ke atas panggung. Ia jabat tangan si pesulap. Dia menuruti semua keinginan pesulap. Wajahnya selalu terkesima dengan aksi kecepatan tangan memainkan kartunya di hadapannya. Terkadang gadis itu dengan senangnya bertepuk tangan. Ia begitu takjub dengan permainan pesulap. Pertunjukan sulap dari wwanita gemuk itu pun berakhir. Tepukan tangan meriah sontak terdengar bergemuruh di dalam arena pertunjukan tesebut. Dan pertunjukan selanjutnya adalah puncak dari acara pameran malam ini, yaitu pertunjukan sulap dari sang badut ajaib, Tuan Bill. Dua orang asisten Tuan Bill yaitu Luke dan Jorge masuk dengan membawa sebuah kotak. Dua orang wanita yang lulus audisi tadi datang dengan berpakaian seksi ala kostum kelinci yang minim bahan, hadir meliuk-liukkan tubuh mereka di atas panggung. Iringan musik klasik membuat tarian balet mereka tampak indah. Kedua wanita itu lalu menyambut kehadiran Tuan Bill ke atas panggung. Tepuk tangan para penonton kembali terdengar saat badut itu melambaikan tangan. Tingkahnya juga sengaja dibuat sangat lucu membuat para penonton langsung tertawa. "Selamat datang semuanya, jumpa lagi bersama saya, Bill si badut ajaib. Malam ini saya akan menunjukkan aksi spektakuler yang membahayakan nyawa. Jadi, untuk anda yang lemah jantung, sebaiknya anda pulang. Karena ini sangat berbahaya dan menantang anda sekalian untuk melihatnya." Tepuk tangan penonton kembali terdengar. Tuan Bill menggenggam tangan si wanita yang mengenakan rambut palsu warna hitam itu. Ia membawanya berbaring ke dalam kotak panjang yang telah ia sediakan. Sementara si wanita satunya yang memakai rambut palsu berwarna merah masuk ke dalam dan menunggu di balik tirai. Tuan Bill akan mempertontonkan aksi sulap yang memotong wanita tadi menjadi beberapa bagian. Terlihat dari kotak yang terdapat tiga sekat untuk memisahkan kotak tersebut. Aksi sulap memotong tubuh manusia menjadi dua bagian memang terlihat sangat horor. Beberapa orang mungkin tak tega melihat adegan yang mengerikan itu. Tuan Bill kemudian meminta dua orang penonton untuk memegangi tangan dan kaki wanita itu. Para penonton itu memastikan kalau tangan dan kaki wanita di dalam kotak tersebut asli. Tak lama kemudian, badut itu memegang bagian perut wanita itu dan membuat tubuh sang wanita menjadi terpotong. Namun, meskipun tubuh telah terbagi menjadi dua, tetapi wanita itu masih hidup, bahkan dapat menjerit. * To be continue.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN