"Ayolah Jason sayang, aku tak akan bilang apa-apa pada ibumu," ucapnya.
"Aku yang akan bilang pada ibu soal kelakuan Ayah," tukas Jason.
"Apa ibumu akan percaya padamu? Tidak akan pernah, karena dia sangat mencintaiku," ucapnya dengan senyum menyeringai.
Wajah laki-laki itu terlihat penuh nafsu. Sikapnya bagai singa lapar yang siap menerjang buruan yang lezat. Ternyata Roger Redfield merupakan pria yang mengidap kelainan seksual yang disebut p*******a.
Orang dengan p*******a memiliki ketertarikan seksual dengan anak kecil. Seseorang bisa dianggap p*****l, sebutan untuk pengidap p*******a, jika usianya minimal enam belas tahun, dan memiliki hasrat seksual terhadap anak-anak atau remaja di bawah usia tiga belas tahun.
Tuan Roger semakin mendekat ke arah Jason. Dan kini pria itu mencengkram kedua tangan anak laki-laki itu dengan erat.
"Lepaskan aku Ayah, lepaskan aku!" Jason berusaha untuk meronta.
"Tak akan kulepaskan, mari kita bersenang-senang anakku," ucap Tuan Roger seraya mengangkat tubuh Jason dengan paksa.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!"
Pria itu memanggulnya bagai karung beras ke atas bahunya. Jason berusaha meronta-ronta dengan segenap kekuatannya. Namun, laki-laki bertubuh gemuk itu tak mau melepasnya.
Ia membawa anak laki-laki itu menuju kamarnya dan membanting tubuh mungil Jason dengan keras ke atas ranjang di kamar pria itu.
Teriakan demi teriakan terus saja bocah itu lontarkan, tetapi sayangnya tak ada yang mendengarnya karena jarak rumah tetangga yang satu dan satunya cukup jauh.
Tiba-tiba, bayangan hitam muncul dari dalam tubuh Jason. Sosok itu langsung membuat Tuan Roger ketakutan. Pria itu lalu berlari ke luar kamar dan berteriak sampai ia jatuh terjerembab ke tanah di belakang rumahnya.
Napasnya terdengar berat dan tersengal-sengal saat berlari menjauh. Namun, tak jauh dari tempatnya berpijak, Tuan Roger tak sengaja jatuh kembali dan menghantam bebatuan besar. Ia tak sadarkan diri kemudian.
Sementara itu, Jason masih dihinggapi rasa ketakutan. Tangisannya tak kunjung reda. Bagaimana bisa seorang pria wakil rakyat yang telah bersumpah akan menjaganya seperti anak kandung sendiri dan yang seharusnya melindunginya bagai seorang ayah malah berniat menodainya?
Sayangnya, Tuan Roger ternyata tak memandang Jason seperti putranya sendiri. Anak itu lantas memutuskan pergi meninggalkan rumah keluarga Redfield. Ia sangat ketakutan dan tak ingin berada dalam rumah tersebut. Apalagi harus bertemu dengan Tuan Roger.
Anak laki-laki itu memutuskan untuk berkemas dan membawa pakaian seadanya. Ia memasukkannya ke dalam ransel warna hitam. Ia berlari meninggalkan tuan rumah yang tak sadarkan diri itu. Jason akhirnya memutuskan pergi dari rumah.
*
Malam itu saat Nyonya Dorothy kembali dengan membawa banyak barang-barang belanjaan dari pameran, ia langsung mencari keberadaan Jason.
"Jason, kau di mana? Jason….!"
Nyonya Dorothy terus saja berteriak memanggil bocah itu. Namun, ia tak juga menemukan keberadaan anak itu. Wanita itu mendapati sang suami sedang duduk terdiam di depan layar televisi di dalam rumahnya.
"Sayang, apa kau lihat Jason?" tanya Dorothy yang bertolak pinggang di depan suaminya.
Lelaki itu hanya terdiam dan tak menjawab. Tatapannya kosong dengan kedua matanya yang berubah menjadi warna hitam menatap sang istri.
"Apa yang terjadi dengan matamu, Sayang?"
Melihat sang suami hanya terdiam, Nyonya Dorothy mulai merasa ketakutan. Wanita itu mulai menjauhkan dirinya dari Tuan Roger.
Pria itu bangkit berdiri lalu menarik lengan kanan sang istri. Parahnya lagi, ia mematahkan lengan istrinya dalam sekejap.
Dorothy langsung berteriak dan menangis.
"Aarrgghh… apa yang kau lakukan?" pekik wanita itu. Ia merasa kesakitan.
Tuan Roger kemudian membenturkan kepala istrinya ke lantai sampai darah mengucur deras membanjiri lantai sekitarnya.
"A-apa yang kau lakukan sampai kau tega membuatku seperti ini?" Dorothy yang kesakitan berusaha untuk bangkit dan merangkak menjauhi sang suami yang terlihat seperti kerasukan itu.
Tuan Roger menatap wajah sang istri lekat. Lelaki itu tersenyum menyeringai ke arah istrinya itu dan perlahan menghampirinya.
Nyonya Dorothy berusaha untuk mundur menghindari suaminya perlahan-lahan lalu bersiap bangkit dan mencoba untuk berlari. Namun, sayangnya pria itu berhasil menangkapnya.
Pria itu berhasil menangkap istrinya. Ia langsung menarik rambut Nyonya Dorothy dan menyeret tubuh wanita yang meronta-ronta itu. Wanita yang kesakitan itu mencoba untuk lepas.
"Kau gila, Roger, kau sudah gila, sadarlah aku ini istrimu! Lepaskan aku!" ucap Dorothy dengan berteriak.
Wanita itu masih berusaha meraih tangan suaminya dan mencoba lepas dari tangan suaminya. Namun, cengkeraman pria itu sangat kuat dan tak bisa ia lawan.
Tuan Roger lalu menyeret tubuh istrinya sampai ke dalam dapur dan kemudian pria itu meraih pisau dapur di meja itu lalu mengarahkannya pada leher Nyonya Dorothy.
"Roger hentikan!" pekik Dorothy.
Wanita itu kemudian langsung dipukul wajahnya sampai pingsan oleh suaminya. Pria itu lalu menggorok leher sang istri dengan sekali sayatan. Darah tersembur hebat dari leher istrinya itu. Tubuh wanita itu mengejang menggelegar bagai ayam potong yang baru digorok. Nyonya Dorothy lalu tewas seketika.
"Hahahaha... rasakan itu! Dorothy sayangku… huhuhuhu hiks hiks...."
Pria itu tertawa dengan lantangnya lalu kemudian ia menangis dan berlutut di hadapan mayat sang istri. Lalu ia kembali tertawa dan menangis lagi. Sampai kemudian, akhirnya ia angkat pisau dapur yang masih ada di tangannya itu menuju ke lehernya sendiri.
Ia sayat lehernya sendiri dengan sekali sayatan, lalu tubuhnya jatuh ke lantai seiring dengan tubuh yang kejang-kejang bagai seekor ayam yang baru saja disembelih.
Keluarga Redfield tewas dengan cara mengenaskan. Sekelebat bayangan hitam ke luar dari rumah tersebut menuju ke dalam tubuh Jason yang sedang mencoba kabur dari rumah dan berada di jalanan sendirian. Bayangan hitam itu masuk ke dalam tubuh anak lelaki tersebutm
*
Jason yang tanpa membawa uang sepeser pun itu akhirnya sampai di sebuah pom bensin yang terdapat sebuah minimarket di area halamannya. Tak terasa ia sudah berjalan cukup jauh dari rumah Tuan Redfield. Di punggungnya sebuah tas ransel warna hitam masih menggantung.
Ia menatap ke arah roti di dalam minimarket tersebut seraya mengusap air liurnya. Ia merasa sangat kelaparan.
"Hei, apa yang kau lakukan di depan toko ku?" tanya seorang wanita gemuk itu pada Jason.
"Aku lapar, Nyonya, tapi aku tak punya uang," ucap Jason.
"Kalau tak punya uang, jangan berdiri di situ, sini masuk!" ucap nyonya berbadan gemuk itu.
Wanita paruh baya itu memberikan roti dan s**u coklat pada Jason. Ia juga menanyakan perihal kenapa anak itu sendirian berada di sana. Namun, anak itu berbohong. Ia mengaku tersesat dan tertinggal rombongan wisata dari sekolahnya.
Sepasang pria dan wanita yang sedang mengisi bensin pada mobil sedan hitamnya saling menepuk d**a satu sama lain seraya memperhatikan Jason.
"Aku akan menghubungi polisi, aku tunggu di sini," ucap nyonya tua tadi.
Namun, Jason mendadak ketakutan, jika ia bertemu polisi maka dia akan dikembalikan lagi ke rumah Tuan Redfield. Anak itu lantas berlari pergi dari mini market.
"Lihat anak itu!" ucap si wanita berambut pirang yang melihat Jason berlari ke luar area pom bensin.
"Ku rasa dia tersesat, kau lihat kan tubuhnya bagus, ku rasa dia punya ginjal yang cocok dengan pak gubernur," ucap salah satu pria berambut dicat hijau dan mengenakan kemeja tanpa lengan.
"Aku setuju, mungkin bukan hanya ginjal tapi bagian tubuh lain dari dia bisa kita jual juga, Ton," sahut sang wanita bernama Winona.
"Ayo, kita ikuti dia, lalu kita ambil!"
Mobil sedan hitam tersebut mengikut Jason yang mencoba berjalan kembali tak tau arah, ia hanya berharap ada seseorang yang mau memberinya tumpangan.
Tin Tin...
"Hei, Nak, apa kau mau ikut kami?" tanya Winona seraya tersenyum hangat.
Jason yang tampak takut langsung menggelengkan kepalanya dengan wajah sangat ketakutan bertemu dengan dua orang asing itu.
"Ayolah, jangan takut, kami akan mengantarmu pulang," ucap si pria itu.
"Aku tak mau pulang," jawab Jason.
"Baiklah, kalau begitu ikut saja dengan kami, kami akan memberikanmu tumpangan," ucap si wanita berambut pirang itu.
"Tidak, aku tak mau," ucap Jason dengan lantang dan mencoba melangkah cepat untuk menghindar. Anak itu bahkan mulai berlari ke dalam semak-semak.
"Sial." Pria rambut hijau itu turun dari mobil tersebut lalu mengejar Jason.
Dengan mudahnya ia menangkap tubuh mungil Jason dan memanggulnya ke atas bahu lalu memasukkan anak itu ke dalam mobil secara paksa.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Jason terus saja berteriak sampai akhirnya pria berambut pirang itu kesal dan memukul wajah anak lelaki kecil itu sampai tak sadarkan diri.
"Nah, begini lebih baik."
Mobil sedan hitam itu melaju menuju ke sebuah bangunan tua di pinggiran kota dekat danau. Rupanya di sanalah tempat dua orang itu mengeksekusi para korban penculikan. Para korban itu diambil organ dalam tubuhnya untuk dijual ke rumah sakit maupun orang-orang kaya yang membutuhkan donor organ tubuh.
Di dalam rumah itu terdapat botol-botol kaca berisi organ mata, bahkan ada janin bayi yang mereka awetkan dari seorang korban wanita yang tengah hamil muda. Ada pula janin bayi dari korban aborsi.
Di bagian lemari pendinginnya terdapat beberapa organ manusia yang disimpan seperti organ jantung, ginjal dan hati yang sudah dipesan oleh si pembeli.
Sungguh pemandangan yang mengerikan serta menjijikkan untuk dilihat. Si pria berambut hijau yang bernama Tony itu meletakkan tubuh Jason di atas ranjang operasi untuk melakukan pembedahan.
Sementara si wanita rambut pirang itu menyiapkan obat bius dan alat-alat bedah.
Kini mereka bersiap untuk mengeksekusi tubuh Jason. Tony mencoba untuk melepas semua pakaian di tubuh anak lelaki itu. Akan tetapi, secara tiba-tiba ia melihat bayangan hitam yang keluar dari dalam tubuh anak kecil itu.
Tony langsung tertunduk kepalanya. Kedua matanya berubah menjadi hitam. Ia berada dalam pengaruh si bayangan hitam. Senyum menyeringai terpancar dari wajah pria yang sedang memegang gunting bedah. Ia menuju rekannya yang bernama Winona. Secara tiba-tiba, pria itu menusuk leher bagian belakang rekannya itu dengan gunting bedah.
"Aarrgghh... Tony apa yang kau lakukan?" pekiknya seraya mencoba menarik gunting di belakang lehernya itu.
Tony yang tubuhnya dikendalikan oleh bayangan hitam yang mendiami tubuh Jason, kini meraih alat suntik yang berisi obat bius yang bisa membuat tubuh manusia yang menerimanya tak bisa digerakkan.
Ia suntikan obat tersebut ke lengan Winona yang berteriak dengan kencangnya dan mencoba untuk lari. Namun, dalam hitungan detik kemudian, tubuhnya tak dapat melawan reaksi obat bius itu. Ia tergeletak tak berdaya di lantai, tubuhnya tak bisa digerakkan.
"To-Tony, hentikan!" Winona tampak masih bisa berbicara dan mencoba menyadarkan kekasihnya yang sudah memegang pisau bedah di tangannya.
"Tony, ku mohon sadarlah… ku mohon hentikan!" lirih Winona.
Tony bersiap menyayat dari bagian leher sampai perut Winona dan merobek secara paksa kulit wanita itu. Wanita yang masih dalam pengaruh obat bius itu tak merasa sakit tetapi ia hanya bisa bersuara dan mengeluarkan air mata kala melihat tubuhnya terbuka mengerikan seperti itu.
Tony lalu meraih kedua ginjal, jantung, hati dan pankreas milik Winona dan menyimpannya dalam sebuah kotak penyimpanan. Perlahan dengan pasti wanita yang dibiarkan seperti itu akan mati karena kehabisan darah dan kehilangan organ tubuhnya.
Setelah semua disimpan dengan rapi, Tony yang masih kerasukan meraih pisau bedah dan menyayat lehernya sendiri. Tubuhnya bersimbah darah segar, lalu ia jatuh ke lantai dan tewas.
Jason terbangun dari pingsannya. Ia langsung berteriak melihat kengerian yang langsung tampak di hadapannya itu. Bocah kecil itu bergegas meraih tas ranselnya dan ke luar dari bangunan mengerikan itu. Namun, langkahnya terhenti.
Jason menoleh pada Winona dan Tony. Dengan nekatnya anak itu merogoh dompet kedua orang tersebut dan meraih uang tunai yang ada di dalamnya untuk membeli makanan.
"Maafkan aku ya," lirih Jason.
Tangan anak itu gemetaran saat meletakkan dompet itu kembali ke tempatnya. Ia bergegas pergi dari rumah yang mengerikan itu.
*
To be continue.