jangan lupa untuk follow i********: aku ya,
i********: @fhieariati_97
*olc*
Eros menatap jalana dengan dari balkon apartemen-nya, hari ini dirinya akan mulai mencari Debi dan meminta maaf pada wanita itu. Atas apa yang dilakukannya pada wanita itu, lima tahun yang lalu. Eros mengakui dirinya memang salah. Sangat salah.
Eros sangat berengsek telah memerkosa Debi dan menjadikan Debi taruhan. Setelah merebut mahkota Debi, dirinya malah pergi dan tidak mengabari Debi sedikit pun. Debi pasti sangat kecewa padanya, karena dirinya yang telah merampas harta berharga milik gadis itu dan meninggalkan Debi bagaikan sampah.
Eros meremas rambutnya, membayangkan kebodohannya—yang tidak bertanggung jawab saat itu dan malah pergi. Kalau Debi memarahi dirinya nanti, dan tidak mau bertemu dengannya. Itu sangat wajar. Debi patut marah padanya. Marah pada lelaki b******n seperti dirinya.
“Aku harus mulai mencarinya.” Eros masuk ke dalam kamarnya, dan mengambil jaket, kunci mobil, dan dompet miliknya. Ia keluar dari apartemen miliknya dan mulai untuk mencari Debi hari ini.
Eros memasuki mobilnya dan mulai melajukan mobilnya. Melihat ke kiri dan ke kanan, mana tahu Debi sedang jalan kaki, atau membeli sesuatu. Eros sangat berharap, dirinya bisa menemukan Debi dan memulai semuanya dari awal kembali.
Eros berdecak, sudah dua jam dirinya mencari Debi ke sana kemari, tapi, dirinya tidak menemukan wanita itu di manapun juga. Eros menghentikan mobilnya di depan supermarket, dirinya akan membeli air minum, sebelum melanjutkan mencari Debi.
Saat Eros memasuki supermarket, dirinya tidak sengaja menabrak anak perempuan yang sangat cantik. Eros membantu anak perempuan itu untuk berdiri. Eros merasakan perasaan aneh, saat dirinya menyentuh anak perempuan itu.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Eros pada anak perempuan itu.
Anak perempuan itu menggeleng, dan menampilkan gigi putihnya pada Eros, membuat Eros gemas melihatnya dan ingin mencium anak perempuan itu.
“Je vais bien,” jawab anak perempuan itu dan membersihkan gaunnya dengan gaya lucunya.
Je Vais bien : Aku tidak apa-apa.
Eros mengangguk dan mencubit gadis kecil itu dengan gemas. Eros seakan tidak mau lepas pandangannya dari gadis kecil itu, dan ingin selalu melihatnya. Eros merasa gadis kecil ini, mirip dengan seseorang yang dikenalnya. Namun, Eros menampik pikirannya. Tidak mungkin.
Ketika Eros ingin mentakan sesuatu pada gadis kecil itu, tapi, sudah ada seseorang yang memanggil gadis kecil itu. Yang Eros duga, kalau orang itu adalah pengasuh gadis kecil yang cantik ini.
“Nona Shania, ayo, cepat naik mobil. Ibu Nona sudah menelepon dan menyuruh untuk segera pulang.”
Shania mengangguk pada pengasuhnya dan menatap pada Paman yang menabrak dirinya tadi, dan mengulurkan tangannya. Shania ingin menyalami tangan Paman tampan ini. Ntah kenapa, Shania sangat merasa nyaman dekat dengan Paman tampan ini.
Eros menyambut tangan Shania, dan tersenyum saat Shania menyalami dirinya. Eros merasakan sebuah perasaan aneh dan ingin bersama dengan Shania sepanjang hari. Eros tahu nama anak kecil ini Shania, karena pengasuh gadis kecil ini tadi memanggilnya Shania.
“Sampai jumpa Paman. Semoga nanti kita bertemu lagi.” Shania langsung berlari setelah mengucapkan kata tersebut.
Eros mengaminkan dalam hatinya. Semoga dirinya bertemu dengan gadis kecil yang sangat cantik dan mengemaskan itu. Eros tidak bisa mengalihkan pandangan matanya, dari gadis itu. Betapa Eros ingin dekat dengan gadis kecil itu dan memeluknya erat. Namun, Erosa harus sadar. Kalau dirinya bukan siapa-siapa gadis kecil itu.
Eros kembali melangkahkan kakinya, masuk ke dalam supermarket membeli sebotol air mineral dan kembali masuk ke dalam mobilnya. Eros mulai melajukan mobilnya kembali, mencari keberadaaan Debi. Eros yakin, dirinya akan menemukan Debi dan bisa memiliki Debi kembali.
*olc*
Debi yang pulang makan siang ke rumahnya, dan sedang menunggu putrinya untuk pulang ke rumah. Tadi Debi menelepon pengasuh Shania—dan pengasuh Shania mengatakan, kalau mereka sedang ke supermarket membelikan Shania es krim dan camilan lainnya.
Debi memeriksa ponselnya, yang terdapat banyak kerjaannya dan akan mengerjakannya di rumah saja. Debi sungguh malas untuk kembali ke kantor, membuatnya bosan.
“Mommy!”
Debi melihat pada putrinya yang sedang berlari ke arahnya dengan senyuman yang terbit di bibir Shania. Debi menyimpan ponselnya dan merentangkan tangannya, membawa tubuh putrinya ke dalam pelukannya.
“Anak Mommy sudah pulang.” Debi mencium pipi Shania dengan gemas, dan tertawa bersama dengan putrinya.
Debi sangat menyayangi Shania—terlepas dengan apa yang menimpa dirinya lima tahun yang lalu. Pria yang dicintai olehnya, dengan tega memerkosa dirinya dan menjadikan dirinya bahan taruhan. Debi masih menyimpan kebencian pada pria itu. setelah merenggut keperawananan miliknya, pria itu pergi bergitu saja bak ditelan bumi.
“Shania tadi beli es krim dan beberapa coklat.” Shania mengatakan pada ibunya, apa yang dibelinya tadi. Shania melepaskan pelukannya dari sang ibu, dan berjalan menghampiri pengasuhnya dan mengambil kantong yang berisi es krim.
Shania kembali berjalan menuju ibunya, dan membuka kantong itu dan mengeluarkan dua es krim. Setelah mengeluarkan dua es krim, Shania kembali memberikan kantongh itu pada pengasuhnya dan menyuruhnya untuk memasukkan es krim itu ke dalam kulkas.
“Mom, ini untuk Mommy satu es krimnya dan satu lagi untuk Shania,” ucap Shania memberikan satu es krim itu pada ibunya.
Debi mengambil es krim yang diberikan oleh anaknya dan membuka bagiannya. Bagian Shania sudah dibuka oleh gadis kecil itu. Debi sangat senang, melihat anaknya tumbuh sebagai anak pintar dan cantik sekali.
“Makasih sayang,” ucap Debi memakan es krim bagiannya.
Shania mengangguk. “Tadi Shania ditabrak oleh Paman yang tampan. Pamannya juga baik, mau menolong Shania berdiri dan tersenyum manis pada Shania.” Shania menceritakan dirinya yang bertemu dengan Paman tampan, yang selalu tersenyum manis pada dirinya.
Debi mengangkat sebelah alisnya. “Kamu tidak boleh sembarangan mengobrol dengan orang. Bisa saja dia orang jahat. Mommy nggak mau kamu kenapa-napa sayang, kamu jangan sembarang lagi percaya sama orang. Apalagi ngobrol dengan orang asing.” Debi tidak mau anaknya kenapa-napa atau bisa jadi anaknya nanti diculik.
Debi tidak mau kehilangan anaknya. Shania itu segalanya untuk Debi. Debi rela memberikan nyawanya, asalkan Shania tetap berada di dekatnya dan tidak pergi dari kehidupannya. Karena Shania, Debi bisa bertahan selama ini dan melupakan sakit hatinya sesaat.
“Shania yakin Mom, kalau Paman itu orang baik. Soalnya dia tidak ada tampang orang jahat sama sekali,” ucap Shania sangat yakin, kalau Paman yang menabrak dirinya tadi adalah orang baik bukan orang jahat seperti yang dikatakan oleh ibunya.
Debi menggeleng, orang yang terlihat baik, belum tentu memang baik. Debi belajar dari pengalamannya sendiri, karena dirinyab tertipu oleh kebaikan pria itu. Ternyata pria itu, hanya bisa menghancurkan dirinya dan menghadirkan Shania dalam kehidupannya.
“Kamu tetap nggak boleh percaya sama orang lain sayang. Mom nggak mau kamu diculik atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kamu orang yang Mom sayangi, dan Mom bisa mati, kalau kamu kenapa-napa dan sampai diculik.” Debi mengusap pipi anaknya dengan mulus.
Shania mengangguk, menatap ibunya yang tampak sedih dan tidak mau terjadi sesuatu dengan dirinya. Shania tidak mau ibunya sedih karena dirinya, Shania mencium pipi ibunya dengan sayang dan menggeleng.
“Mommy jangan sedih. Shania nggak bakalan kayak gitu lagi,” ucap Shania, membuat Debi tersenyum mendengarnya.
“Makanya Shania dengerin Mommy, jangan mudah percaya pada orang lain. Kamu harus dengerin apa kata Mommy sayang,” ucap Debi diangguki oleh Shania.
“Shania bakalan dengerin ucapan Mommy, dan nggak bakalan percaya sama orang lain lagi. Janji.” Shania mengangkat jarinya dan mengucapkan kata janji pada ibunya.
Debi mengusap rambut anaknya gemas dan tertawa pelan melihat kelucuan anaknya ini.
“Mommy sayang Shania.”
“Shania juga sayang Mommy.” Shania memeluk leher ibunya, dan Debi membalas pelukan anaknya.
Setidaknya kehadiran Shania dalam hidupnya, membuat dirinya tidak merasa hancur sedalam-dalamnya. Shania sebagai penguat hidupnya dan meyakini dirinya, kalau ini memang sudah takdir yang dikirim Tuhan padanya. Sebagai orang yang menyayangi dirinya.
Tapi, Debi tetap akan membenci pria itu. Pria yang menghancurkan perasaannya.
*olc*