●♤♡◇♧●
"Kita hanya bisa melakukan 2x percobaan dalam satu hari untuk menaklukkan setiap level dan itulah yang membuatnya sulit. Karenanya berhati-hatilah," jelas Oroci kemudian terlihat mengeluarkan s*****a begitu juga orang-orang lainnya yang saat ini tengah menunggu di depan gerbang yang menjadi pintu masuk ke dalam game.
Yasha tidak mengerti kenapa semua orang mengeluarkan s*****a karena pasalnya dia baru dalam game ini. Lagi pula Yasha berpikir tidak mungkin akan ada monster yang merepotkan karena ini baru level 1.
"Bersiaplah, Yasha! Aku akan berada tepat di belakangmu," ucap Oroci membuat Yasha menatapnya datar.
"Kau yang harus di depan, bodoh. Kau yang tahu jalan mana yang aman di dalam game ini," ucap Yasha yang hanya di balas senyuman licik oleh temannya itu.
Buruk. Itu buruk. Sepertinya Oroci balas dendam padanya karena di game sebelumnya dia tidak memberitahu rute rahasia bawah tanah yang ditemukannya saat itu.
Mau tidak mau Yasha akan berusaha sendiri dalam game kali ini, meski ia tidak yakin akan berhasil.
"Welcome... welcome... welcome... ready to lose again, Survivor? Gate is now... open!! Good luck!"
Suara operator seperti biasa menjadi pembuka game ini. Beberapa saat setelahnya gerbang besar di depan Yasha itu terlibat terbuka sedikit demi sedikit sebelum akhirnya terbuka dengan sempurna.
"Sampai jumpa," ucap Oroci kemudian terlihat berlari masuk lebih dulu ke dalam sana sedangkan Yasha, dia masih berdiri di tempatnya karena ingin melihat situasinya dulu.
Satu-persatu orang mulai berlarian masuk dan akhirnya Yasha tahu apa alasan dibalik semua orang yang membawa s*****a meski ini baru level 1.
"Monyet dan tanaman merambat yang hidup? Waw.. pembukaan game yang cukup berat sekali. Ayo kita masuk, sekarang," ucap Yasha kemudian mengambil s*****a dari dalam inventorinya. Semacam parang yang terlihat sangat tajam.
Yasha adalah orang terakhir yang memasuki gerbang itu dan baru saja kakinya berpijak di dalam sana, tanaman merambat langsung berusaha melilit kakinya untuk menghambat langkahnya.
Dia langsung menebas tanaman rambat itu kemudian berlari secepat mungkin. Tapi, sayangnya tanaman merambat itu bergerak sangat cepat membuat Yasha terus menebas tanaman-tanaman yang menghalanginya itu sepanjang jalan.
"Kenapa hanya ada tembok di sini? Dimana jalan keluarnya?" ucap Yasha bingung dan sedetik kemudian seekor monyet terlihat melompat ke arahnya.
"Astaga! Kenapa monyet ini berat sekali?"
Yasha terlihat mencoba berusaha menyingkirkan monyet yang tengah berada di punggungnya itu tapi tidak bisa.
'Aku tidak akan bisa bergerak jika monyet ini masih menempel padaku seperti ini. Bagaimana ini?' batin Yasha dalam hati.
Yasha terlihat langsung melihat sekelilingnya. Dia merasa heran saat dia hanya didatangi satu monyet saja sedangkan orang-orang lainnya terlihat didatangi banyak sekali monyet.
'Kurasa semakin banyak kita bergerak dan panik, monyet ini akan merasa tertarik dan terus berdatangan. Aku tahu harus bagaimana,' batin Yasha dalam hati.
Yasha terlihat mengatur nafasnya dan berusaha setenang mungkin di sana. Dan beberapa detik kemudian secara ajaib monyet yang berada di punggungnya itu melompat pergi membuatnya merasa lega.
"Jika aku kembali melangkah monyet itu akan menghampiriku lagi. Apakah mungkin aku harus menggunakan mode sprint? Ya. Aku harus menemukan pintu keluar dari sini dengan cepat," ucap Yasha kemudian terlihat membungkuk untuk menghidupkan mode sprint sepatunya dan,
Wushhh..
Yasha langsung melesat dan mengelilingi tempat itu sambil terus berusaha menghindar dari tanaman menjalar dan para monyet yang hendak menghampirinya.
Sudah 2x mengelilingi tempat itu dan ternyata Yasha tidak mendapatkan apa pun. Level satu ini lebih sulit dari perkiraannya.
"Hanya ada tembok tinggi dan tiang dari batu kokoh. Mungkinkah tidak ada jalan keluar di sini? Tidak. Pasti ada sebuah jalan entah dimana itu," ucap Yasha terlihat kelelahan dan memilih duduk bersandar di salah satu tiang kokoh di antara empat tiang lainnya.
Yasha terlihat bingung saat tak menemukan atau melihat temannya Oroci dimana pun. Ke mana temannya itu menghilang? Apakah Oroci sudah sampai di level selanjutnya?
Saat sibuk dengan pikirannya Yasha terlihat tak sengaja melihat sesuatu yang tampak tak biasa.
"Kenapa ada patung monyet di sini? Dan kurasa ada sesuatu yang kurang dengan patung itu," ucap Yasha terlihat berjalan dengan waswas mendekati patung monyet itu karena takut tanaman jalar dan monyet ajaib yang sangat berat tadi menghambat pergerakannya lagi.
Sesampainya pada patung itu Yasha terlihat mencoba menggerakkan patung itu berharap jika patung itu bisa digerakkan dan akhirnya dapat membuka pintu keluar dari sini tapi sekali lagi nyatanya semua tebakannya itu meleset.
"Sebenarnya apa yang dipikirkan Mark saat membuat game ini? Apa yang--- tunggu! Sesuatu yang dipikirkan Mark? Sesuatu yang menjadi hobinya. Makan pisang setengah dan setengahnya lagi akan disimpan di dalam sakunya. Mungkinkah perkiraanku ini benar?" ucap Yasha kemudian mengamati sekali lagi patung monyet itu dan ternyata benar saja. Patung monyet itu terlihat memegang sebuah pisang tapi hanya setengah saja.
"Sekarang dimana aku bisa mendapatkan pisang?" ucap Yasha sendiri kemudian melihat sekelilingnya dan,
"Jangan bilang aku harus mengejar monyet yang membawa pisang itu! Astaga!! Merepotkan sekali!" ucap Yasha kemudian membungkuk dan mengubah pengaturan sepatunya menjadi mode terbang.
Ya, bagaimana lagi dia bisa mengejar monyet yang membawa pisang itu selain dengan terbang dan mengejarnya.
Tidaklah semudah yang dikira. Yasha memang hanya mengejar satu monyet tapi hal itu membuat monyet lainnya bereaksi dan berusaha melompat ke arahnya.
"Oh, aku tahu! Aku pernah mendapatkan hadiah s*****a 100 cermin bayangan. Kurasa ini adalah waktu yang tepat untuk menggunakannya," ucap Yasha kemudian membuka inventorinya dan mengambil s*****a itu.
Boom
Terlihat bom cermin 100 bayangan itu meledak dan mengeluarkan asap yang cukup banyak setelah Yasha menekan bom itu.
"Semoga 100 bayangan itu cukup untuk menahan monyet-monyet ini. Aku memiliki waktu 5 menit sebelum semua bayangan ini menghilang," ucap Yasha sendiri dan setelahnya dia fokus mengejar satu monyet yang dirasanya sangat lincah itu.
Monyet itu terus berayun dan berlari menghindarinya. Padahal berulang kali Yasha tadi hampir menangkap monyet itu.
"Jika terus seperti ini usahaku akan sia-sia dan--- oh! Ada satu cara lagi!!"
Yasha kemudian terlihat mengotak-atik sebentar jamnya dan setelah selesai ia menekan sebuah tombol di sana yang membuatnya langsung bisa berpindah tempat secara cepat ke depan dan akhirnya ia berhasil menangkap monyet yang membawa pisang itu.
"Berikan pisang ini padaku!"
Yasha kira akan mudah saja merampas pisang itu dari monyet kecil itu tapi entah mengapa mata monyet itu tiba-tiba berubah merah menyala di sana.
Tentu saja Yasha takut. Ia takut monyet itu marah dan akan melukainya tapi tiba-tiba ia mengingat sesuatu.
"Ini! Aku punya sebungkus kacang. Pertukaran yang cukup adil, 'kan?"
Yasha merasa seperti orang bodoh karena untuk pertama kalinya dia mencoba membujuk seekor monyet seperti itu. Jika Oroci melihatnya, temannya itu pasti akan menertawakannya.
Yasha merasa sangat lega saat melihat mata monyet itu kembali berwarna hitam kembali dan dengan suka rela memberikan pisang yang dipegangnya setelah mengambil sebungkus kacang yang semalam diberikan oleh Oroci padanya tapi belum sempat dimakannya dan justru malah dimasukkannya ke dalam saku itu.
Yasha bergegas membawa pisang yang sudah didapatkannya itu menuju patung monyet tadi dan langsung dibuka pisang itu dan dimakannya setengah sebelum akhirnya meletakkan pisang itu untuk melengkapi kekurangan patung.
Dan terlihat patung itu bergerak. Pisang yang ditaruhnya di sana tadi berubah menjadi batu dan menyatu dengan pisang patung itu, terlihat jatuh dan menggelinding ke bawah.
"Lalu? Apalagi sekarang?" ucap Yasha terlihat menunggu apa yang selanjutnya terjadi dan,
Pisang yang menggelinding tadi terlihat berhenti di sebuah cetakan semen yang tentu saja Yasha langsung mencoba berdiri di atasnya dan baru sebentar, cetakan itu langsung retak dan hancur.
"Aaaaaaaaaaa..."
Yasha berteriak kencang karena terkejut saat kini tiba-tiba saja tubuhnya merosot ke bawah yang entah akan kemana dia setelah ini.
Bruk..
Yasha jatuh terduduk setelah beberapa saat tadi melewati perosotan yang cukup berliku dan beruntung tempatnya jatuh tadi adalah rerumputan yang cukup tebal.
"Hutan? Jadi level duanya hutan? Oh tidak! Perasaanku buruk," ucap Yasha sendiri kemudian berdiri dari duduknya dan melihat sekitarnya.
"Congratulation! Kau adalah orang pertama yang bisa mencapai level dua. Pencapaian yang sangat bagus sekali. Sekarang ada dua pilihan yang bisa kau lakukan dan pertama, kau bisa melanjutkan permainan ini atau mungkin kedua, kau bisa beristirahat dan kembali lagi nanti. Kau bisa membuka pintu itu jika memang ingin beristirahat dulu. Jangan lupa menyimpan data game mu di sini,"
Yasha merasa lega karena memang dia ingin berhenti sejenak dari game ini. Lagi pula dia sudah terlalu lama online jadi dia ingin kembali ke dunia nyata sebentar untuk makan.
Yasha langsung pergi ke tempat save game dan menyimpan namanya di sana. Jadi nanti saat ia kembali memainkan game ini, dia akan langsung masuk ke dalam level dua.
Setelah selesai dia langsung membalikkan badan dan membuka pintu exit dan dia langsung keluar begitu saja dari dalam game itu.
Suara tepuk tangan yang meriah langsung menyambutnya di sana. Terlihat orang-orang seperti sedang menunggunya dan langsung berlarian menuju ke arahnya untuk sekedar bersalaman dan memberikan selamat padanya.
"Hei! Kawan! Aku di sini!"
Mendengar suara Oroci, Yasha langsung mencari dimana keberadaan temannya itu dan ketemu.
"Permisi. Bisa berikan aku jalan? Permisi ya.. permisi.."
Yasha tampak sedikit kesulitan melewati kerumunan yang mengelilinginya itu tapi akhirnya ia bisa terlepas dari orang-orang itu dan langsung melarikan diri bersama Oroci kembali ke garasi mereka.
"Kau sungguh keren, kawan! Baru percobaan pertama dan berhasil? Wow...." ucap Oroci saat kini mereka sudah berada di dalam garasi.
"Kenapa tiba-tiba semua orang mendadak menyukaiku? Astaga! Merepotkan sekali," ucap Yasha kemudian membilas wajahnya di sana.
"Katakan padaku apa rahasianya? Bagaimana kau bisa melewati level ini dengan mudah?" tanya Oroci yang langsung membuat Yasha melemparkan handuk ke arah temannya itu.
"Mudah katamu? Aku harus mengejar monyet licik yang membawa pisang! Sungguh pembukaan game yang sangat berbeda," ucap Yasha kesal saat mengingat apa yang terjadi di dalam game tadi.
"Jadi begitu. Baguslah. Aku akan melakukannya juga nanti. Sekarang kau mau ke mana? Kenapa kau tidak melanjutkan level 2? Kenapa berhenti?" tanya Oroci baik-baik tapi Yasha langsung menatapnya tajam.
"Kau gila ya? Aku juga butuh mengisi energi. Bagaimana jika aku mati kelaparan sebelum bisa menyelesaikan game ini? Sudahlah. Sampai jumpa lagi nanti, ya. Dan selamat mencoba game itu," ucap Yasha kemudian terlihat memegangi kedua telinganya dan sedetik kemudian tubuhnya menghilang yang artinya di dunia nyata ia sudah melepas kacamata VR nya.
●♤♡◇♧●
Arthur terlihat langsung berjalan cepat menuju pintu rumahnya dan membukanya pelan. Ya, dia ingin melihat nama avatarnya tertulis untuk pertama kalinya di papan skor besar itu.
"Siapa pun dia, kita harus bersyukur karena ternyata masih ada orang jenius sepertinya di dunia ini. Dia yang akan menyelamatkan kita dari kehancuran dunia. Semoga saja begitu," ucap tetangganya membuat Arthur merasa bangga pada dirinya sendiri untuk pertama kalinya.
"Tapi dia harus cepat karena hitungan mundur terus bergerak. Aku takut waktu yang tersedia tidak cukup untuknya," ucap Penghuni rusun lainnya membuat Arthur terlihat berpikir di sana.
'Benar juga. Aku harus memperhitungkannya. Perhitungan mundur dan juga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan game ini. Dengan begitu semuanya akan tepat sasaran,'
Bersambung...