"s**l! Dia kekasih Vampir itu! Aku harus mengikutinya,"
Yasha langsung berlari mencoba mengejar wanita yang sudah berlari cukup cepat entah akan pergi ke mana itu.
"Hei! Tunggu!" ucap Yasha saat wanita itu terlihat sudah berbelok dan menghilang di tikungan jalan di depan sana sementara dirinya masih terjebak opeh kerumunan orang yang berlalu lalang di sana.
Setelah berhasil keluar dari kerumunan itu dan kemudian pergi mengikuti jejak wanita yang diduganya adalah kekasih Vampir yang dicarinya, Yasha terlihat kebingungan saat kini dia sudah berada di tikungan jalan. Dia tidak tahu harus pergi ke mana lagi untuk mencari wanita tadi tapi,
"Suara apa itu?" ucap Yasha saat mendengar suara teriakan seorang wanita dari sebuah rumah.
Yasha tanpa pikir panjang langsung berlari menuju rumah itu tapi, terlihat beberapa orang yang terlihat mencurigakan mendahuinya dan sampai di sana lebih cepat darinya.
'Mereka pasti orang-orang yang mengejar Liona! Tapi kenapa?" batin Yasha dalam hati.
Melihat orang-orang itu masuk ke dalam rumah yang sama seperti yang akan didatanginya, membuat Yasha semakin yakin jika orang-orang itulah yang mengejar Liona hingga membuat wanita itu ketakutan.
Karena tidak berani ikut masuk ke dalam sana, akhirnya Yasha mengintip lewat jendela dan mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi di sana.
Terlihat para pria bertampang garang itu melakukan k*******n dan pelecehan pada wanita itu yang tentu saja membuat Yasha tidak ingin tinggal diam.
Yasha langsung menerobos masuk lewat jendela dan tanpa basa basi menghajar mereka semua di sana.
Entah apakah Yasha yang pandai bela diri ataukah para lawannya yang memang lemah, tapi akhirnya Yasha bisa mengatasi semua orang itu dengan mudahnya.
"Ayo lari!"
Yasha kemudian menarik tangan Liona dan kemudian mengajak dia berlari bersamanya pergi dari sana sebelum nantinya orang-orang itu kembali bangun dan mengganggunya lagi.
"Siapa kau ini? Dan kenapa kau menolongku?" ucap Liona bingung membuat Yasha juga sama bingungnya harus bagaimana menjelaskan identitasnya pada wanita itu.
"Aku bukan siap-siapa. Sekarang katakan, kita harus ke mana? Apa kau punya tempat tujuan lain selain rumah itu?" tanya Yasha karena tidak mungkin keduanya terus berlari tanpa arah seperti itu.
"Aku harus bertemu dengan kekasihku. Dia pasti sedang menungguku di sana. Bisakah kau membawaku ke sana?" ucap Liona terlihat menatap penuh harap dan memohon padanya.
"Tentu saja. Di mana tepatnya tempat itu?" tanya Yasha lagi dan kali ini dijawab Liona dengan menunjuk sebuah bukit yang cukup tinggi di depan sana membuat Yasha kemudian berhenti berlari dan,
"Kita akan sampai ke sana lebih cepat. Tunggu sebentar," ucap Yasha terlihat menunduk dan mengaktifkan mode sprint pada sepatunya kemudian menggendong Liona di punggungnya.
"Pastikan kau berpegangan dengan kuat dan sebaiknya tutup matamu," ucap Yasha kemudian langsung melesat cepat menuju bukit yang memang terlihat dekat dari kejauhan tapi jika berjalan dengan kecepatan normal, akan membutuhkan waktu setengah hari untuk sampai ke sana. Yasha tidak memiliki waktu sebanyak itu.
Setelah sampai di sana, Yasha langsung menurunkan Liona dan ternyata wanita itu melakukan perintahnya dengan baik karena saat turun terlihat wanita itu masih bisa berdiri tegak yang berarti dia tidak merasakan pusing sedikitpun karena mengikuti semua perkataannnya untuk menutup mata.
"Aku tidak ingin mengganggu kebersamaanmu dengan kekasihmu. Karenanya aku akan pergi tapi masih tetap berada di sekitar sini untuk mengawasimu seandainya kau dalam bahaya lagi, nanti," ucap Yasha kemudian berjalan pergi setelah mendapat jawaban berupa anggukkan kecil dari Liona.
Yasha memutuskan bersembunyi dibalik semak-semak yang dari sana dia masih bisa mengawasi Liona yang masih menunggu kedatangan kekasihnya itu dari tempatnya saat ini.
"Kemana keskasihnya ini? Kenapa dia tidak datang? Lihatlah wanita itu yang menunggu sudah sejak lama sekali. Tidak heran keduanya berpisah. Karena lebih baik mereka berpisah. Ya, 'kan?" ucap Yasha terlihat kesal saat melihat wajah Liona menjadi murung dan perlahan terlihat menunduk sedih.
"Dia akhirnya menangis," ucap Yasha pelan saat melihat Liona menangis karena kekasih yang ditunggunya tak kunjung datang. Yasha yang melihat itu tentu saja tidak tega tapi dia bisa apa.
"Ke mana dia pergi?" ucap Yasha bingung saat Liona tiba-tiba menguap dan menghilang membuat Yasha langsung berjalan ke tempat duduk Liona tadi dan mengecek apakah wanita itu benar-benar pergi atau hanya imajinasinya saja.
"Apa ini?" ucap Yasha bingung saat melihat sebuah kartu di tempat duduk yang tadi di duduki oleh Liona sebelum wanita itu menghilang.
Kartu itu bergambar Liona yang sedang menangis. Entah mengapa dia mendapatkan kartu itu tapi Yasha pikir itu akan berguna nanti.
"Wah... sudah ada pintu? Apakah aku sudah selesai dengan tempat ini. Apa hanya untuk mendapatkan kartu ini saja? Hebat sekali," ucap Yasha merasa senang saat sebuah pintu muncul begitu saja tak jauh dari tempatnya saat ini, membuatnya kemudian langsung masuk ke dalam pintu itu karena menganggap misinya yang pertama selesai. Dan benar, begitu membuka pintu, Yasha langsung kembali ke ruang tengah rumah Vampir itu.
"Harus ku apakan kartu ini setelahnya?" tanya Yasha pada dirinya sendiri kemudian berlari menuju meja besar dan mencari tahu bagaimana cara menggunakan kartu yang sudah didapatkannya itu.
"Apa di letakkan di sini?" ucap Yasha kemudian meletakkan kartu itu di sebuah lubang yang dirasanya cukup cocok dengan ukuran kartu yang dipegangnya itu dan benar saja.
Terlihat sebuah cahaya menyilaukan mata tercipta di sana dan tak lama setelahnya sebuah lubang cukup besar di dekat kartu itu tiba-tiba saja sudah terisi dengan sebuah box kecil yang Yasha lihat di sana bertuliskan Head and Tears.
"Oh... jadi seperti ini cara kerjanya. Aku sudah menemukan kartu kepala berarti tinggal tangan dan kaki. Aku benar, 'kan? Baiklah ayo!" ucap Yasha terlihat bersemangat sekali dan bersamaan dengan itu terlihat pintu berikutnya terbuka untuknya di sana.
Pintu itu terletak tepat di samping pintu pertama yang dimasukinya tadi.
"Aku tidak yakin semua misi ini akan mudah. Pasti salah satu diantara ketiganya akan sulit," ucap Yasha kemudian masuk dengan langkah terlihat ragu karena melihat suasana cukup mencekam dibalik pintu yang akan dimasukinya itu.
"Tempat apa ini?" ucap Yasha bingung saat kini dia berada di sebuah bangunan yang seperti penjara bawah tanah yang gelap sekali.
Memang ada sedikit alat penerangan tapi hanya obor kecil yang diletakkan dengan jarak yang cukup jauh sehingga jarak pandang kita menjadi terbatas.
"Kenapa aku berada di sini? Siapa lagi yang akan kutemui di sini?" ucap Yasha bingung dan mencoba berjalan terus maju ke depan sana untuk melihat apakah ada sesuatu hal yang bisa ditemukannya di sana dan,
Tidak banyak tahanan yang berada di sana tapi ada satu tahanan yang cukup menarik perhatiannya. Dan benar saja. Itu adalah sosok Vampir yang menyuruhnya melakukan semua misi sulit ini. Tapi sepertinya pria itu masih manusia biasa. Yasha penasaran bagaimana caranya dia bisa menjadi Vampir mengerikan seperti sekarang?
"Hei!" teriak Yasha pada tahanan yang tengah duduk melamun dibalik jeruji besi itu menatap rembulan yang bersinar dari celah kecil jendela penjara di sana.
Pria itu hanya meliriknya sebentar seolah tak tertarik padanya membuat Yasha akhirnya memikirkan cara lain untuk menarik perhatiannya.
"Ini tentang Liona. Kau mengenalnya, 'kan?" ucap Yasha yang langsung saja membuat pria itu berdiri dan berjalan ke arahnya, menatapnya memohon dan seperti ingin menangis karena merasa tidak berdaya.
"Kau bertemu dengan Liona? Kau temannya? Kumohon bebaskan aku dari sini. Aku harus menemuinya," ucap pria itu terlihat mendesaknya, membuat Yasha menjadi bingung harus melakukan apa.
'Aku bisa saja mengeluarkannya dari sini tapi bagaimana caranya?
Bersambung...