Part 31. Black Eagle

2981 Kata
Yasha melihat ke sekeliling, berharap ada sesuatu yang bisa digunakan untuk membuka gembok penjara itu tapi, baru memegang gembok itu saja, Yasha langsung tahu jika itu bukan gembok biasa. Itu Gembok khusus yang tidak bisa dihancurkan kecuali dibuka dengan kunci khusus yang cocok dengan gembok itu. "Kurasa aku harus menemukan kunci gembok ini," ucap Yasha sendiri tapi, sepertinya pria di depannya itu bisa mendengarnya karena, "Kau harus mengambil kunci yang ada di leher elang hitam dibalik pintu itu," ucap pria itu membuat Yasha tentu saja menatapnya tak percaya karena ya, seolah pria itu menyuruhnya mengambil sebuah permen dari tangan anak kecil. "Kau gila? Kau ingin aku mati hanya demi mendapatkan sebuah kunci? Tidak mau! Pasti ada cara lainnya untuk membuka gembok ini," ucap Yasha berpikir keras tapi, belum sempat dia mendapatkan ide lain, terdengar suara langkah kaki mendekat membuat Yasha langsung pergi dari sana dan bersembunyi. 'Sungguh, firasatku buruk semenjak masuk ke dalam sini. Ada apa ini? Apa lawanku akan sulit di sini?' batin Yasha dalam hati. Setelah Yasha berhasil menemukan tempat bersembunyi, dia diam-diam mengintip dari sana. Terlihat beberapa orang masuk dan yang berada paling depan Yasha pikir adalah pimpinannya. Orang-orang itu terlihat berjalan mendekati sel pria vampir itu dan Yasha tentu saja mencoba menguping pembicaraan mereka di sana meski dia hanya bisa mendengarnya sedikit dari tempatnya berada sekarang. "Kenapa kau memilih untuk dihukum mati dari pada mengikuti saran Raja untuk menjadi penerus tahta dan menikah dengan putri Saloa? Kenapa kau terus memberontak dan memilih untuk terus bersama dengan wanita desa yang miskin itu? Apa yang membuat wanita itu hebat? Hal apa yang membuatmu sampai tergila-gila padanya? Ini belum terlambat untuk mengubah pikiran. Katakan jika kau mau menurut maka kau akan bebas saat ini juga," ucap orang itu membuat Yasha akhirnya sedikit banyak menjadi tahu sekarang. 'Tidak heran, pakaian orang-orang di sini terlihat kuno sekali. Ternyata ini peradaban lama. Sistem Raja dan penerus masih berlaku, karenanya pria Vampir itu tak bisa berbuat apa-apa di dalam kisah cintanya sendiri. Itu menyedihkan sekali,' batin Yasha dalam hati. Saat sibuk dengan pikirannya sendiri, Yasha tiba-tiba dibuat terkejut saat melihat burung elang hitam yang cukup besar tiba-tiba masuk ke dalam sana. 'Benar. Ada kunci di leher elang itu? Tapi kenapa elang itu diberikan tanggung jawab sebesar itu? Bagaimana jika ada orang yang mengambil kunci itu? Atau mungkin mustahil mengambil kunci itu dari elang itu? Mana yang benar?' batin Yasha dalam hati. Setelah elang tadi masuk, terlihat orang-orang tadi yang kemudian keluar seolah elang itu adalah mengatakan jika kunjungan pria itu harus sudah selesai. Yasha menunggu elang itu untuk keluar juga dari sana tapi, entah mengapa elang itu masih diam di depan sel pria Vampir itu, membuatnya merasa gugup karena takut keberadaannya akan ketahuan. Melihat pintu yang ada tidak jauh dibelakangnya, Yasha yang mengira itu adalah pintu keluar, diam-diam dia berjalan mengendap ke sana dan berniat untuk keluar tapi, Ngakkkkk Mendengar suara elang yang terdengar tak jauh darinya, Yasha dengan gerakan pelan langsung berbalik dan ternyata, elang itu menangkap basah dirinya tengah bersiap membuka pintu saat ini. "Kenapa pintu ini macet? Astaga! Elang itu sudah mau menyerangku! Ayolah!" Yasha terlihat berusaha mendorong pintu itu lebih kuat lagi. Dia harus keluar dari sana sebelum paruh tajam elang itu menusuk dan membuatnya terluka parah di sana. 'Aku tidak mau mati konyol di dalam level ini,' batin Yasha dalam hati. Dan perlu tiga kali percobaan hingga akhirnya pintu itu berhasil dibukanya dan Yasha jatuh tersungkur di tanah dengan salju yang tebal sekali di sana. Sementara itu, elang yang tadi juga langsung menyusul dan sekarang ini terlihat sudah terbang diatasnya. Yasha tentu bangkit dari jatuhnya dan terlihat mencari sesuatu di sekitarnya untuk digunakan melawan elang itu. "Tidak ada apapun di sini. Aku harus memerlukan senjataku," ucap Yasha terlihat panik dan sudah bersiap mengambil sesuatu dari dalam inventorinya tapi, elang itu menyerangnya lebih dulu dan membuatnya terluka dibagian lengan. "s**l!" Yasha yang tadinya hendak mengambil s*****a kini, menjadi sedikit kesulitan karena lengan tangannya yang satunya terluka dan terlihat sobek cukup dalam karena cakar elang itu. "Aku lari saja!" Yasha terlihat mencoba menghindar sambil mencoba membalut lukanya dengan kain baju yang tadi di sobeknya sedikit. Tujuannya agar lukanya tidak begitu terasa sakit saat ia menggunakan tangannya. Setelah selesai, Yasha berusaha membuka inventorinya lagi dan meski terasa menyakitkan karena memaksa tangannya yang terluka untuk bergerak, Yasha berusaha mengesampingkan hal itu karena menurutnya saat ini dia sendiri sudah berada di antara hidup dan mati. "Air herbal ajaib yang diberi Oroci, yang katanya bisa menyembuhkan luka, kutaruh di mana itu, ya?" ucap Yasha terlihat bingung dan panik sambil terus mencari barang yang dimaksudnya tadi di dalam inventorinya. Ya. Alih-alih mengambil s*****a, dalam pelariannya Yasha terlihat sibuk mencari obat karena dia berniat untuk menyembuhkan lukanya dulu tapi melihat elang itu bersiap menyerangnya lagi, Yasha akhirnya terpaksa mengambil senjatanya terlebih dahulu dan kemudian memutuskan untuk menyerang elang itu lebih dulu dan mengobati lukanya nanti saja. Ya. Itu mungkin untuk dilakukan jika dia tidak terbunuh lebih dulu. 'Aku pasti bisa,' batin Yasha penuh tekad. Yasha kali ini terlihat bisa menghindar dengan baik saat elang itu mekukik turun dan hendak menyerangnya lagi. Dan saat merasa mendapat kesempatan untuk menyerang balik, Yasha langsung menusuk tubuh elang itu menggunakan pedang tajam yang bisa mengalirkan listrik, yang diberikan oleh Q' padanya kemarin dan beberapa detik setelahnya, elang itu akhirnya jatuh dan tumbang begitu saja. "Syukurlah...." ucap Yasha merasa lega kemudian memutuskan untuk duduk dan mencoba mengatur nafasnya yang terengah akibat dia yang berlarian cukup jauh tadi. Yasha melihat tubuh elang itu berubah menjadi abu dan menyisakan kunci berbentuk unik dengan dihiasi permata merah. Dia langsung mengambil kunci itu dan kembali rasa sakit menyerang lengannya. "Aku harus mengobati luka ini," ucap Yasha kemudian membuka inventorinya dan mencari barang yang dibutuhkannya itu. "Astaga! Ternyata di sini. Karena panik aku tidak bisa melihatnya tadi," ucap Yasha kemudian menyiram air herbal itu pada lengannya dan ya, secara ajaib luka sobeknya langsung menutup dengan sempurna. Sebenarnya air herbal itu merupakan item langka dan tidak mudah untuk mendapatkannya. Q' mengatakan jika itu adalah hadiah setelah memenangkan sebuah game petualangan. Yasha sendiri merasa tidak enak mengambil item itu darinya tapi teman barunya itu mengatakan jika mungkin saja dia akan lebih membutuhkan air herbal itu nanti. Dan benar saja. Air itu berguna sekali untuk Yasha. "Aku harus kembali ke tempat tadi dan membuka gembok penjara pria Vampir itu," ucap Yasha kemudian menyimpan kembali sisa air herbal yang masih cukup banyak itu ke dalam inventorinya kemudian berdiri dan berjalan sedikit cepat menuju penjara yang didatanginya tadi. 'Antara aneh dan melegakan. Si Castil sebesar ini, tidak ada penjagaan yang ketat, membuatku merasa sedikit beruntung karena tidak perlu melawan banyak orang. Entah itu baik atau buruk tapi kita nikmati saja lah,' batin Yasha dalam hati. Yasha berjalan masuk kembali ke tempat yang ternyata pintunya masih tetap terbuka sama seperti yang ditinggalkannya terakhir kali. Yasha berjalan mengendap karena takut ada orang yang memergokinya lagi dan akan menjadi panjang urusannya jika hal itu terjadi. Dan saat melihat sekelilingnya aman, Yasha langsung berjalan cepat menuju sel pria Vampir itu dan membuka gemboknya di sana. "Kau berhasil mengambil kuncinya? Bagus sekali," ucap pria Vampir itu membuat Yasha menatapnya datar dan seolah tidak suka kepadanya. Ya. Mau bagaimana lagi. Dimana-mana pria itu selalu menyulitkannya. Saat hanya menjadi manusia biasa seperti sekarang ataupun setelah menjadi Vampir sekalipun. "Cepatlah. Kita harus pergi dari sini," ucap Yasha kemudian langsung menarik tangan pria itu agar mengikutinya tapi, "Aku harus mengambil sesuatu dulu di dalam kamarku. Ikuti aku!" ucap pria Vampir itu yang tentu saja membuat Yasha merasa semakin kesal karena sikap seenaknya sendiri pria itu yang tidak ada habisnya. Yasha akhirnya dengan perasaan penuh terpaksa mengikuti pria Vampir itu yang entah akan pergi ke mana. Tapi jika diingat-ingat lagi, bukankah orang yang datang ke penjara tadi mengatakan jika pria yang tengah bersamanya itu sudah memberontak pada Raja karena tidak mau menjadi penerus kekuasaannya? Berarti pria vampir itu adalah seorang pangeran. Benar, 'kan? 'Wah... dia pasti sudah gila berkeliaran dengan bebas dan santai seperti itu. Jika dia tertangkap lagi itu akan semakin membuatku kesulitan menyelesaikan misi ini. s**l!' batin Yasha dalam hati. Yasha kemudian berlari mengejar pria Vampir itu dan menangkap tangannya. Setelahnya Yasha menunduk dan mengaktifkan mode tak kasat mata, membuat mereka berdua kini menjadi tak terlihat. "Berjalanlah pelan dan jangan berisik," ucap Yasha pada pria yang masih digenggam dengan erat tangannya itu karena hanya dengan cara seperti itu keduanya menjadi tak terlihat. Jika Yasha melepaskan pegangannya pada pria itu dan kebetulan seseorang melihat Vampir itu berkeliaran di sana, maka habislah sudah. "Sebenarnya benda apa yang ingin kau ambil? Sepenting itukah?" protes Yasha kesal yang tidak mendapat jawaban apapun dari pria Vampir itu. Setelahnya keduanya fokus dan terus berjalan melewati beberapa kali aula besar dan beberapa belokan menyusuri koridor yang menurut Yasha cukup membuatnya bingung. Entah apa ia bisa mengingat jalan kembali nanti. Atau mungkin ada jalan keluar lain selain pintu belakang penjara tadi. Dan setelah lama sekali berjalan akhirnya keduanya sampai di sana. Setelah masuk ke dalam kamar pria Vampir itu, Yasha semakin yakin jika pria itu memanglah seorang pangeran sungguhan. Tapi, kenapa dia memberontak pada ayahnya sendiri? Mungkinkah hanya karena cinta pria itu menjadi tidak terkendali. 'Cinta. Aku hanya mengerti cinta yang kuat itu berasal dari dalam keluarga. Seperti bagaimana cinta yang tumbuh antara aku dan paman. Dia menyayangiku tanpa syarat dan menganggapku keluarganya sendiri, alih-alih membiarkan saja aku mati di dalam pembuangan sampah saat itu,' batin Yasha dalam hati. Pria Vampir itu melepaskan pegangannya secara paksa membuat pria Vampir itu kini menjadi terlihat. Berbeda dengan Yasha yang masih dalam mode tak kasat mata dan memilih untuk mengamati apa yang dilakukan pria itu selanjutnya. "Tunggu? Jadi kau ke sini hanya untuk mengambil sebuah kalung?" ucap Yasha terlihat kesal dan bahkan setengah marah karena ya, bayangkan betapa jauhnya dia berjalan tadi, dari penjara bawah tanah untuk sampai di sana dan ternyata hanya untuk mengambil sebuah kalung saja? Ayolah. "Ini berisi darahku dan juga jimat pelindung. Aku harus memberikannya pada Liona. Agar dia aman dan tidak bisa dilukai oleh siapapun. Aku memiliki firasat buruk tentang dia dan setidaknya kalung ini bisa menjaganya selama aku tidak bersamanya," ucap pria Vampir itu membuat Yasha merasa sedikit terharu karenanya. "Baiklah. Kau sudah mendapatkan apa yang kau mau sekarang ayo kita pergi dari sini," ucap Yasha kemudian memegang tangan pria Vampir itu lagi agar keduanya menjadi kembali tak kasat mata dan ya, Yasha juga berniat mengajaknya kembali menuju penjara bawah tanah tapi, "Lewat sini saja. Ada jalan keluar rahasia di sini," ucap pria Vampir itu kemudian kini bertugas sebagai penunjuk jalan lagi dan berjalan di depan. Yasha sendiri akhirnya hanya bisa pasrah dan mengikuti saja apa yang sudah menjadi rencana dan keinginan pria Vampir itu. Di dalam kisah cinta pria itu, dia tidak bisa membantu apapun kecuali hanya melihat dan menemukan barang-barang yang dicarinya untuk menyelesaikan misi. Dia sudah membantu semampunya dan kini giliran pria Vampir itu melakukan sisanya. Yasha dibawanya memasuki koridor kecil dengan menuruni banyak sekali anak tangga yang entah nanti akan sampai di mana mereka. "Apakah masih jauh?" ucap Yasha yang memang sudah lelah karena terus berjalan. "Tidak. Pintu keluarnya di depan sana," ucap pria Vampir itu kemudian berjalan lebih cepat seolah tidak sabar untuk segera keluar dari sana. Yasha mengerti sekali pria Vampir itu berusaha lebih cepat karena ingin sampai menemui kekasinya, Liona. Tapi dia merasa tindakan pria itu terlalu gegabah dan tanpa perhitungan sekali sejauh ini. Yasha takut keduanya akan tertangkap bahkan sebelum keduanya bisa keluar dari sana. "Pintunya ada di sana!" ucap pria Vampir itu terlihat antusias membuat Yasha merasa lega karena akhirnya keduanya bisa keluar dari sana. "Ayo, jalan lebih cepat lagi," ucap Yasha terlihat tidak sabaran untuk keluar dari sana dan benar saja. Itu adalah pintu keluar rahasia terbukti tidak terlihat satupun penjaga berjaga di sana. Namun di saat yang sama lagi-lagi Yasha merasa aneh dengan hal itu. 'Kurasa ada suatu alasan kenapa para penjaga tidak terlihat di manapun. Ada apa ini?' batin Yasha dalam hati. "Ayo, kita temui kekasihku. Dia sudah menungguku di taman tersembunyi yang hanya kami berdua saja yang tahu tempat itu," ucap pria Vampir itu yang ya, tentu saja dan lagi-lagi Yasha hanya bisa ikut dan menurut. 'Semoga firasatku ini salah. Semoga tidak terjadi apa-apa sampai kami tiba di sana nanti,' batin Yasha dalam hati. Pelarian yang terlihat aman, menurut Yasha sama sekali bukan pertanda baik. Dia lebih suka melarikan diri dengan dikejar banyak penjaga di belakangnya karena memang begitulah harusnya pelarian itu terjadi. Menurutnya pangeran Vampir itu terlalu naif. Bagaimana jika Raja sudah tahu jika mereka melarikan diri dan membiarkan saja keduanya pergi dan barulah nanti Raja akan menangkap mereka setelah keduanya sampai ditempat rahasia itu? Tempat yang katanya hanya Liona dan pangeran Vampir itu saja yang tahu. Bukankah hal itu membuat Raja juga ingin mengetahui letak tempat itu. Untuk membuat putranya menjadi tunduk dan patuh padanya, Raja harus menemukan kelemahan putranya itu untuk bisa mengendalikan pangeran Vampir itu dengan mudah. "Hei. Aku tahu aku mengatakannya terlambat sekali tapi, bagaimana jika kita tidak menemui kekasihmu dulu, sekarang. Aku merasa jika____" "Tidak bisa. Aku harus menemui Liona sekarang atau aku tidak akan bisa menemuinya selamanya," ucap pria Vampir itu masih dengan keras kepala dan tau mendengarkan sarannya membuat Yasha merasa kesal. Tapi lagi-lagi dia tidak bisa berbuat apa-apa. 'Percuma saja. Dia tidak akan mau mendengarkanku. Sekarang yang terjadi biarlah terjadi. Aku tidak peduli,' batin Yasha dalam hati. Memang begitulah seharusnya yang dilakukan penonton, 'kan? Nyatanya Yasha tidak bisa berbuat apapun di sini. Jadi biarkan saja semuanya terjadi sesuai dengan alur ceritanya. "Itu tempatnya. Ayo!" ucap pria vampir itu membuat Yasha langsung menatap ke depan. 'Akhirnya sampai juga. Sebentar lagi aku bisa pergi dari sini. Semoga saja,' batin Yasha dalam hati. Pria vampir itu kemudian melepaskan pegangannya pada tangan Yasha dan kemudian membuka sebuah pintu yang terlihat tertutup rumput menjalar dan memang dari sana luar tidak mungkin ada siapapun yang tahu jika itu adalah sebuah pintu. "Bantu aku mendorongnya," ucap pria Vampir itu membuat Yasha tentu saja langsung membantunya. "Jika pintunya seberat ini, bagaimana kekasihmu bisa masuk?" ucap Yasha lagi-lagi protes karena harus mengalami kesulitan lagi dan lagi. "Dia menggunakan jalan bawah tanah yang pintunya kubuat lebih mudah dibuka," ucap pria Vampir itu membuat Yasha hanya bisa menggeleng tak percaya karena betapa besarnya efek cinta hingga membuat seorang pria menyulitkan dirinya sendiri seperti itu. "Bisakah kau menutup pintunya sementara aku masuk duluan dan mencari kekasihku di dalam?" ucap pria Vampir itu membuat Yasha tidak memiliki pilihan lain selain mengiyakan saja permintaan tolongnya itu. 'Siapa yang sedang jatuh cinta dan siapa yang tersiksa?' batin Yasha dalam hati. Setelah Yasha berusaha sekuat tenaga dan berhasil menutup pintu itu, akhirnya setelahnya Yasha berniat mencari dimana pria vampir dan juga Liona berada saat ini. "Itu mereka. Lebih baik aku mengintip dari sini saja. Toh aku tidak berguna selain hanya sebagi pesuruh yang harus melakukan ini dan itu. Misi ini benar-benar menyebalkan," ucap Yasha merasa kesal sambil terus mengamati Liona dan pria Vampir itu yang tengah berbincang mesra. "Tunggu! Tempat ini dan adegan ini. Ini seperti tayangan yang kulihat di dalam film singkat di Castil tempat pria Vampir itu, 'kan? Berarti sebentar lagi Raja akan datang dan membunuh Liona! Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus melakukan sesuatu ataukah membiarkan hal itu terjadi?" ucap Yasha kemudian mencoba melangkah tapi dia tidak bisa bergerak. Lebih tepatnya kakinya saja yang tidak bisa digunakannya untuk melangkah, seolah itu adalah petunjuk jika leboh baik dia diam saja di sana dan melihat saja apa yang terjadi. Dan saat-saat yang ditunggu itu tiba. Ternyata Raja benar-benar datang ke sana dan berusaha menyerang pria Vampir itu dan Liona langsung berdiri di depannya untuk melindunginya hingga akhirnya Liona lah yang menerima serangan itu dan akhirnya Liona tumbang tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir banyak sekali dari punggungnya. Karena itu kedua kalinya Yasha melihat adegan tragis itu, dia merasa baik-baik saja. Tapi diwaktu yang sama akhirnya Yasha mengerti bagaimana urutan kejadian kisah tragis antara pria Vampir dan juga kekasihnya itu. 'Benar dugaanku. Pelarian aman itu merupakan bagian dari rencana Raja agar dia tahu dimana putranya itu menyembunyikan Liona. Dan di saat yang tepat, Raja langsung datang dan berniat membunuh keduanya secara bersamaan seperti pepatah mengatakan sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Dengan satu umpan rencana yang matang, Raja itu mendapatkan putranya dan juga Liona ditempat yang seharusnya tanpa harus bersusah payah,' batin Yasha dalam hati. Seperti adegan yang pernah dia lihat, pria Vampir itu juga akhirnya bunuh diri. Raja terlihat puas akan hal itu dan kemudian membawa pergi tubuh putranya dari sana menyisakan tubuh Liona sendirian terkapar menyedihkan seolah memang tidak ada yang menginginkan hidup wanita itu. "Akhirnya..." ucap Yasha merasa lega saat kini akhirnya dia bisa kembali melangkah maju. Didekatinya tubuh Liona untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa diambilnya di sana dan dibawanya kembali sebagai syarat untuk menyelesaikan misi ini. Dan benar saja ada sebuah kartu yang tergeletak di sana dan jika dilihat lagi terdapat gambar tubuh Liona yang bersimbah darah. Yasha memutuskan untuk segera pergi dari sana saat sebuah pintu muncul di dekatnya, yang berarti tugasnya di sana sudah selesai tapi, "Pria Vampir itu mencoba memberikan ini padamu dengan susah payah tadi. Setidaknya aku harus memakaikan ini padamu agar keinginan pria Vampir itu terpenuhi" ucap Yasha saat melihat kalung yang dibawa oleh pria Vampir itu tergeletak di tanah begitu saja sepertinya tak sempat untuk diberikan pada Liona. Yasha kemudian terlihat mengambil kalung itu dan memakaikan kalungnya pada Liona dan setelahnya selesai, Yasha langsung kembali berdiri dan berjalan menuju pintu untuk kembali ke Castil dan meletakkan kartu yang sudah didapatkannya itu di tempat yang tepat. 'Apa yang terjadi pada pria Vampir itu, ya? Ke mana raja membawanya pergi? Apakah Raja membawa tubuh putranya dengan maksud untuk membangkitkan pria itu kembali, dan akhirnya memang benar pria itu bisa hidup kembali tapi dengan menjadi sosok Vampir seperti sekarang? Entahlah. Aku penasaran dengan misi ketigaku. Jika kisah cinta ini berakhir di sini lalu, nanti di misi ketiga, apakah aku akan bisa bertemu dengan Liona lagi atau tidak?' Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN