Part 19. Level Eight : Big Frog

1773 Kata
"Apakah mungkin ini adalah lendir sapi raksasa?" Sepertinya Yasha sudah kehilangan akalnya karena kepala terbentur dengan keras di level sebelumnya. Tidak mungkin tantangan game itu akan menggunakan jenis hewan yang mudah seperti itu. Harusnya ia ingat bagaimana sulitnya level-level yang dilaluinya, sebelum akhirnya bisa mencapai level 8 itu. "Tapi melihat banyaknya genangan air di sekitar sini, membuatku yakin jika bukan sapi yang tinggal di sini. Ya.. karena sapi suka daerah subur yang ditumbuhi rerumputan hijau lebat di mana-mana," ucap Yasha kemudian mulai melangkah maju ke depan untuk melihat lebih jauh lagi sebenarnya tempat apa itu. Seperti biasa Yasha kembali disuguhkan pemandangan hutan lebat tapi hutan kali ini sedikit berbeda. Hutannya terasa lembab dan banyak cairan aneh di mana-mana. "Firasatku buruk tentang ini. Lebih baik aku menyiapkan senjataku saja, sekarang," ucap Yasha kemudian membuka inventorinya dan mengambil s*****a yang menurutnya cukup kuat. Shotgun dengan damage yang cukup besar. Yasha melihat ke sekelilingnya memastikan semuanya aman sebelum akhirnya memutuskan untuk berjalan masuk lebih jauh ke dalam hutan itu. Yasha terlihat bingung sebenarnya apa tantangan di dalam level 8 itu. Kenapa dia tidak bisa menemukan petunjuk ataupun tanda-tanda mengenai mahluk apa yang akan dilawannya di dalam level ini. "Capung? Kenapa banyak capung di sini?" ucap Yasha terlihat bingung dan memutuskan untuk mengikuti ke mana capung itu akan pergi. Karena Yasha tidak memiliki ide lagi. Dia tidak memiliki petunjuk apa pun jadi, dia harus membuat petunjuknya sendiri sekarang. Capung itu terlihat terbang secara berkelompok. Dan saat Yasha mengikuti para capung itu, terlihat ditengah jalan kerumunan itu memisahkan diri menjadi 2 kelompok yang terlihat terbang ke arah yang berbeda. "Aku harus mengikuti yang mana sekarang?" ucap Yasha bingung saat harus memutuskan tapi, dengan cepat akhirnya Yasha mengikuti kelompok capung yang terbang ke arah kanan. "Semoga keputusanku benar," ucap Yasha meyakinkan dirinya sendiri. Yasha terus mengikuti kelompok capung yang terbang cukup cepat itu. Beberapa kali dia memang sempat tersandung dan jatuh karena akar-akan pohon, juga jangan lupakan tentang genangan air yang membuat tanahnya licin. Yasha beberapa kali terpeleset jatuh karenanya. Tapi Yasha tidak menyerah begitu saja. Dia yakin capung-capung itu akan memberinya sebuah petunjuk. Dan benar saja. Yasha langsung berhenti dan bersembunyi di belakang pohon besar saat melihat kawanan capung yang tadinya terbang bebas di langit tiba-tiba hilang setelah melewati batang pohon yang berada sekitar satu meter di depannya itu. Yasha merasa ragu, haruskah dia memastikan ke sana ataukah dia akan menunggu saja mahluk apa pun itu keluar dari sana. "Aku membawa s*****a jadi, aku akan mengeceknya sendiri saja," ucap Yasha kemudian terlihat bersiap untuk pergi ke depan sana dan mengecek sendiri apa yang sebenarnya terjadi pada capung tadi. Sebenarnya Yasha merasa takut untuk mencari tahu mahluk apa yang berada di balik bebatuan besar itu tapi, Belum sempat Yasha maju ke depan sana dan melihat mahluk apa itu, nyatanya mahluk itu lebih dulu memperlihatkan dirinya dan percayalah, Yasha sama sekali tidak mengira jika mahluk yang sedang coba dicari tahunya itu ternyata sejak tadi sudah berada tepat di depannya. Yang Yasha pikir tadi adalah bebatuan, itu adalah merupakan badan besar dari mahluk itu yang kelihatannya saja tampak seperti bebatuan. Terlihat mirip sekali. "Oh tidak, katak! Aku benci mahluk itu," ucap Yasha panik dan kemudian berniat melarikan diri dari sana tapi dengan cerobohnya dia menginjak ranting kayu kering menimbulkan suara yang cukup membuat perhatian katak itu langsung berpusat padanya. Melihat katak itu terlihat tertarik padanya dan hendak menjulurkan lidahnya seperti memiliki niat untuk memakannya, Yasha tentu saja tak tinggal diam saja dan langsung mencoba menghindar sebelum katak itu nanti berhasil menangkapnya. "Maafkan aku, tapi aku sama sekali tidak memiliki keinginan untuk masuk ke dalam perut katak selama seumur hidupku," ucap Yasha kemudian mengarahkan shotgunnya ke arah katak itu dan, Duar Yasha menembak punggung katak itu dan berhasil membuat katak itu terlihat kesakitan. "Bagus! Ini baru level yang menyenangkan. Akhirnya aku bisa menggunakan s*****a untuk mengalahkan lawanku," ucap Yasha senang kemudian menyetel sepatunya menjadi mode melayang karena dia merasa akan kesulitan untuk melawan katak itu jika dia tetap berjalan di tanah. Bayangkan saja jika Yasha jatuh saat bertarung dengan katak itu nanti, pasti katak itu akan dengan mudah mengalahkannya. "Ayo kita kalahkan katak raksasa ini. Semoga hanya ada satu katak saja karena peluruku terbatas," ucap Yasha kemudian terlihat menghindar saat katak itu kembali akan menangkapnya dengan lidahnya. Yasha terlihat senang bisa mempermainkan katak itu. Saat berhasil menghindar, Yasha langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk kembali menembak katak itu lagi agar katak itu bisa cepat dikalahkannya. "Wooo... apa yang akan dilakukannya? Apa dia memiliki kekuatan spesial? Celaka! Sepertinya iya," ucap Yasha panik saat melihat tubuh katak itu membesar seperti akan meledak dan benar saja. Setelah tubuh katak itu membesar tadi, katak itu terlihat mengeluarkan cairan menjijikkan yang diarahkan kepadanya, membuat Yasha tentu saja langsung menghindar dan beruntung dia bisa melakukannya dengan tepat waktu. "Wah... kurasa aku bisa tamat jika terkena cairan itu," ucap Yasha saat melihat apa yang terjadi pada beberapa batang pohon di belakangnya. Ya, setelah terkena cairan yang dikeluarkan oleh katak tadi, beberapa pohon di sana terlihat meleleh dan hancur hingga tak bersisa. Tentu saja Yasha takut jika nasibnya akan sama seperti pohon-pohon itu. Yasha harus melakukan sesuatu. Dia harus mengalahkan katak itu lebih dulu, sebelum katak itu nanti berhasil melukainya dan perjalanannya di dalam game hanya sampai di sini saja. "Tidak bisa. Usahaku sudah sejauh ini jadi aku tidak akan membiarkan siapa pun menghalangi jalanku untuk terus maju," ucap Yasha kemudian membuka inventorinya dan mengambil sesuatu dari sana. Dinamit. Yasha menyetel waktu pada dinamit itu sebelum kemudian dilemparkan dinamit itu ke arah katak itu dan setelahnya Yasha langsung terbang menjauh dari sana agar tidak terkena efek ledakan dinamit itu dan, Booom Terdengar suara ledakan di sana, dan setelah dirasa aman, Yasha langsung kembali berniat mencari tahu apakah rencananya dengan dinamit tadi berhasil digunakannya untuk mengalahkan katak tapi, "Dimana katak itu? Jika dinamitnya berhasil mengenainya maka___" Yasha lebih dulu menghindar saat merasakan ada suara mencurigakan dari arah belakangnya dan benar saja, ternyata katak itu lebih cerdas dari yang dia kira. "Aku lupa jika katak bisa melompat. Pasti dia tadi menghindar dari dinamit yang kulemparkan padanya. Boleh juga," ucap Yasha kemudian terlihat mendekati posisi katak itu dan menembakkan shotgun lagi ke arahnya. Yasha terus menembak katak raksasa itu setiap ada kesempatan. Tapi dia juga berpikir cara itu terlalu lama. Jadi dia memikirkan ide lain, bagaimana caranya agar katak raksasa itu bisa dikalahkannya dengan mudah. "Katak itu memiliki permukaan kulit yang basah. Kurasa aku tahu harus mengalahkannya dengan cara apa," ucap Yasha kemudian mengeluarkan sebuah s*****a baru dari dalam inventorinya di sana. Senjata laser pembeku. "Semoga ini berhasil," ucap Yasha kemudian terlihat langsung menembakkan s*****a itu pada katak raksasa itu dan yang terjadi adalah, Benar saja tubuh katak itu langsung membeku tapi, setelahnya Yasha langsung menembak katak itu menggunakan shotgun miliknya dan berhasil. Tubuh katak itu hancur seketika dan Yasha merasa lega karenanya. "Syukurlah," ucap Yasha merasa lega dan terlihat berniat turun karena mengira dia bisa melanjutkan perjalanannya menuju level selanjutnya setelah mengalahkan satu katak raksasa itu tapi tidak. Ternyata datang katak raksasa lainnya dan kini tidak hanya satu. Tapi banyak sekali. Terlihat berkerumun di bawah sana seolah siap menyerang Yasha kapan saja. Yasha tentu saja mengurungkan niatnya untuk turun dan akhirnya memikirkan cara bagaimana mengalahkan semua katak raksasa itu secara bersamaan sedangkan tadi untuk mengalahkan satu ekor saja dia merasa kesulitan. "Tunggu! Apa itu sebuah pintu? Tidak terlihat jelas karena jauh sekali dari sini," ucap Yasha saat melihat sesuatu di kejauhan sana. Membuatnya beratanya-tanya apakah yang dilihatnya memang benar adalah benda yang memang dicarinya atau bukan. Yasha melihat ke bawah sekali lagi dan terlihat para katak itu mengubah arah sasarannya yang sebelumnya tadi terlihat sudah bersiap menyerangnya, kini semua katak itu terlihat berfokus pada sasarannya masing-masing di sana. "Apa yang akan mereka lakukan? Kenapa menyerang pohon?" ucap Yasha bingung saat para katak itu terlihat bersiap memuntahkan cairan mematikan mereka hingga membasahi pohon dan membuat pohon itu mati satu-persatu. "Tunggu! Aku melihat kilauan di sana. Apakah itu kunci untuk menuju level selanjutnya? Celaka!" Yasha terlihat panik dan langsung melesat terbang untuk mengambil kunci yang terdapat pada batang pohon yang jaraknya sekitar 15 meter dari tempatnya itu. Terlihat batang pohon itu juga mulai rusak dan mati seperti yang lainnya karena terkena cairan mematikan katak besar itu, yang dengan cepatnya tersebar ke berbagai tempat karena katak itu menyebarkannya dengan cara melompat ke sana kemari dengan pandainya. "Tidakkkkk!!!!!" Yasha berusaha meraih kunci yang terdapat pada batang pohon itu dan beruntung dia bisa mendapatkan kuncinya tepat waktu. Tapi kini di sekelilingnya sudah tidak ada apa pun untuk tempatnya berlindung. Ternyata itulah tujuan para katak itu. Membuat Yasha tidak memiliki tempat berlindung dari racun lagi, dengan begitu para katak itu akan dengan mudah menyerangnya. Yasha panik. Ia tidak tahu harus melakukan apa dan bagaimana sekarang. Karena merasa tidak memiliki pilihan lain, Yasha langsung saja terbang ke sana kemari bermaksud untuk melarikan diri tapi katak itu selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Pikiran Yasha benar-benar buntu. Dia merasa terpojok sekarang. "Oh, itu dia!" Yasha mengingat sesuatu yang mungkin saja adalah jalan keluar dari permasalahannya ini. Yasha langsung menghidupkan mode berpindah tempat pada sepatunya dengan cepat dan ia memikirkan sebuah tempat. Wushhh Yasha terlihat sampai tepat di depan pintu yang dilihatnya dari kejauhan tadi dan tanpa membuang banyak waktu lagi, Yasha langsung berusaha membuka pintu menuju level selanjutnya itu tapi ia merasa kesulitan. "Oh tidak! Mereka datang! Bagaimana bisa mereka tahu aku di sini?" ucap Yasha saat melihat di kejauhan sana para katak terlihat melompat-lompat cukup tinggi menuju ke arahnya dengan cepat. Yasha yang terlihat terlalu panik, membuat kunci yang dipegangnya itu jatuh tanpa sengaja. Dan saat hendak mengambil kunci yang jatuh itu, ada sebuah tulisan singkat di bawah yang Yasha yakini sebagai kata sandi untuk membuka pintu itu. Setelah mendapatkan kuncinya kembali. Yasha langsung mencoba membuka pintu itu sekali lagi dan kali ini dilakukannya dengan benar. "The ending of the wold is in my hand," Klik Pintu itu akhirnya berhasil dibukanya dengan mudah setelah dia mengucapkan kata sandi itu dan Yasha tentu saja langsung masuk dan menutup pintu itu rapat. "Itu tadi hampir saja," ucap Yasha terlihat terengah. Tubuh Yasha merosot jatuh terduduk di lantai. Ia lelah sekali. Setiap level yang di dalam game ini seolah mengajaknya menuju kematian. Entah mengapa tapi Yasha merasakan bahaya di dalam game ini begitu nyata. Entah mengapa Mark membuat game ini? Apa tujuan pria itu sebenarnya dan mengapa? Yasha sungguh ingin tahu semua itu. Yasha yakin dia akan menemukan jawabannya jika dia bisa menyelesaikan game ini. Karenanya dia tidak boleh menyerah dengan mudah. Game ini harus bisa diselesaikannya secepatnya. 'Aku tidak terlalu yakin apakah bisa melakukan hal itu atau tidak tapi, aku akan terus berusaha untuk bertahan hidup sampai akhir level ini,' Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN