●♤♡◇♧●
"Jangan bilang itu rumah hantu?"
Yasha terlihat sedikit takut saat mencoba menerka-nerka ada mahluk apakah di dalam rumah itu. Pikirannya melayang ke mana-mana dan hanya hantu yang menurutnya cocok dalam situasi seperti ini.
"Aku tahu jaman ini sudah sangat modern dan mustahil kami mempercayai adanya hantu saat ini tapi tetap saja, jika kau diharuskan berhadapan langsung dengan mahluk menyeramkan dan tak kasat mata seperti itu bukankah akan wajar jika perasaan takut itu menyerangmu. Itu adalah emosi dan perasaan yang tidak bisa kau kendalikan. Adrenalin yang ada di dalam tubuh akan langsung bereaksi saat tekanan dan detak jantung naik secara tiba-tiba. Apa kau ingin membuatku gila dan mati muda, Mark?!!!! Ayolah. Buat game yang lebih menyenangkan sedikit. Seperti melawan kelinci misalnya," ucap Yasha kemudian memilih untuk bersantai dulu sebentar karena sungguh, dia merasa haus sekali di dunia nyata sana.
"Aku harus segera menyelesaikan level ini dan pergi offline dulu sebentar. Aku butuh tidur. Sungguh," ucap Yasha kemudian berusaha bangun dan berjalan menuju rumah yang memang terlihat baik-baik saja dari luar tapi, siapa tahu apa yang ada di dalamnya nanti.
Yasha berjalan perlahan sambil sesekali bersandar pada batang pohon yang dilewatinya itu karena ia merasa sangat letih.
Dan beruntung Yasha memilih untuk beristirahat beberapa kali pada batang pohon itu karena dengan begitu akhirnya ia menemukan petunjuk untuk melewati level ini.
"Ketepatan waktu. Kau harus menyelesaikan misi tepat pada waktunya atau sesuatu yang buruk akan terjadi,"
Awalnya Yasha merasa bingung saat setelah selesai membaca petunjuk itu. Namun, semakin dipikirkan, hal itu hanya membuatnya pusing jadi Yasha memutuskan untuk menghadapinya saja dari pada hanya terus memikirkannya tapi tidak menemukan jawaban pada akhirnya.
Kini Yasha sudah sampai di dekat anak tangga yang akan membawanya menuju pintu utama rumah itu dan baru saja berhasil menaiki satu anak tangga rumah itu, suara berdecit yang menandakan jika tempatnya berpijak itu cukup rapuh, membuat Yasha semakin yakin jika rumah itu memanglah rumah hantu seperti perkiraannya awalnya.
"Baiklah. Yang harus kuingat adalah harus menyelesaikan misi dengan cepat," ucap Yasha kemudian terlihat percaya diri berjalan menuju pintu utama rumah itu dan membukanya begitu saja tanpa ragu.
"Wowww!!!"
Yasha langsung menutup kembali pintu itu saat suara teriakan seorang wanita terdengar begitu menyeramkan bersamaan dengan dibukanya pintu rumah itu tadi.
Yasha menjadi ragu apakah harus masuk dan melanjutkan perjalanannya ini sementara dia sendirian saja di sini. Bukan takut, hanya saja mungkin suasana di sana tidak akan begitu menyeramkan jika saja dia bersama seseorang di sana.
"Begini saja. Aku akan masuk tapi pintunya akan kubiarkan terbuka. Jadi jika terjadi sesuatu aku akan lari keluar dari sini. Ya, ide bagus," ucap Yasha terlihat sedikit lega karena menemukan sebuah cara yang mungkin saja akan bisa menyelamatkannya nanti.
Tanpa membuang waktu lagi Yasha akhirnya memberanikan diri membuka pintu rumah itu lagi dan kali ini dengan sangat lebar juga tak lupa memastikan pintu itu tidak akan bisa tertutup lagi, baru kemudian akhirnya dia memberanikan diri melangkah masuk ke dalam rumah itu.
Tapi,
"s**l! Buka pintunya!!!"
Yasha terlihat menggedor pintu yang baru saja tertutup sendiri itu dengan kasar, berharap pintunya akan bisa dibuka tapi ternyata tidak. Sekarang Yasha terkunci di dalam sana.
"Celaka! Aku tidak mau mati di sini,"
Yasha mulai masuk ke dalam rumah itu sambil melihat sekelilingnya takut tiba-tiba hantu akan muncul dan menyerangnya.
"Lebih baik aku membawa s*****a untuk berjaga-jaga," ucap Yasha kemudian terlihat mengecek inventorinya tapi entah bagaimana bisa semua senjatanya menghilang. Tak tersisa satu pun.
"Apa-apaan ini?!!"
Yasha sungguh dilanda kebingungan yang bertubi-tubi, sekarang. Semua senjatanya hilang dan dia terkurung di dalam rumah berhantu itu. Bagaimana sekarang dia bisa keluar? Apa kira-kira misi yang harus dilakukannya di sana?
"Woooo... jangan mengejarku!"
Yasha langsung saja berlari ketakutan saat melihat sosok hantu anak perempuan terlihat muncul tiba-tiba dari dalam tembok tepat di sampingnya. Hidung dan dahinya yang penuh darah membuat hantu anak perempuan itu terlihat semakin menakutkan.
Yasha berlari masuk lebih dalam lagi ke dalam rumah berhantu itu dan entah dia akan pergi ke mana. Yang jelas sekarang dia berniat sembunyi dari hantu anak perempuan yang mengejarnya tadi. Itu pun jika bisa.
"Wooooo... ada dua? Sungguh?"
Yasha langsung berbalik dan berlari ke arah lain saat di depannya tiba-tiba muncul hantu wanita yang sudah cukup dewasa, dan Yasha mengira wanita itu adalah ibu dari hantu anak perempuan yang tadi ditemuinya pertama kali.
"Ke mana aku harus pergi sekarang?"
Yasha terlihat kebingungan saat kini ia sampai di ruangan yang sepertinya adalah kamar anak-anak. Yasha mengedarkan pandangannya ke sekeliling berusaha mencari petunjuk dan di sana, di atas meja belajar terdapat sebuah bingkai foto yang memperlihatkan potret keluarga bahagia yang terdiri dari ibu, ayah, anak perempuan dan satu lagi anak laki-laki.
"Benar dugaanku. Yang tadi itu Ibu dari anak perempuan tadi. Tapi kenapa kondisi hantu-hantu tadi terlihat mengerikan. Hantu anak tadi terlihat terluka di kepalanya dan sang ibu, terluka pada bagian perutnya. Apa yang sudah terjadi pada rumah ini? Dan siapa yang melakukannya?" ucap Yasha kemudian langsung meletakkan bingkai foto yang tadi sempat diambilnya kembali ke tempatnya.
Merasa tidak ada lagi yang bisa dilihatnya di sana, Yasha tentu saja berniat keluar dari kamar itu tapi, tepat saat dia berbalik, seorang anak laki-laki terlihat menghadang jalannya kemudian memberikan sesuatu padanya.
"Apa ini?" ucap Yasha terlihat ketakutan tapi meski begitu, dia memberanikan dirinya untuk mengambil benda yang disodorkan anak laki-laki itu padanya.
"Sebuah tape lama? Apakah kau ingin aku melihat isi tape ini? Oh... kurasa aku tadi melihat ada pemutar tape di ruang tengah," ucap Yasha kemudian berjalan perlahan meninggalkan ruangan itu.
Sepanjang perjalanan menuju ruang tengah, Yasha berjalan dengan penuh waswas karena takut hantu lainnya akan muncul yang mengejutkannya.
Semua anggota keluarga itu sudah muncul dan menunjukkan diri padanya tapi, dimana ayah yang berada di dalam foto yang dilihatnya tadi? Kenapa ayah tak terlihat dimana-mana? Apakah sebenarnya ayah lah yang menjadi dalang dari semua kejadian tragis yang menimpa keluarga ini?
"Ini dia. Semoga aku mendapatkan jawabannya setelah menonton isi tape ini," ucap Yasha kemudian terlihat memasukkan tape itu ke pemutar tape dan sebuah tayangan langsung muncul di televisi jadul yang terhubung dengan pemutar tape itu.
Ternyata isi tape itu adalah acara ulang tahun si anak laki-laki tadi. Terlihat anak laki-laki tadi sedang merayakan ulang tahunnya yang ke 5 bersama kakak dan ibunya.
Yasha bingung kenapa si ayah selalu tidak ada dimana-mana? Apakah si ayah ternyata selingkuh atau mungkin,
"Astaga!! Apa itu?"
Di dalam rekaman itu terlihat ayah pulang dan masuk ke dalam rumah saat baru saja acara perayaan ulang tahun itu sampai pada tiup lilin. Tapi, belum sempat anak laki-laki itu meniup lilinnya, sebuah kejadian tragis terjadi dan semua itu dilakukan oleh ayah mereka.
Pesta ulang tahun berubah menjadi p*********n keluarga. Entah mengapa si ayah bisa melakukan itu tapi dari rekaman itu Yasha bisa melihat ada yang tidak beres dengan sang ayah saat pria itu pulang dan masuk ke dalam rumah. Ada sesuatu aneh dan janggal terjadi di sini. Tapi apa itu?
Tayangan di tape itu tiba-tiba berhenti setelah memperlihatkan adegan sang ayah yang melempar kamera itu cukup jauh hingga rusak.
Tapi meski tayangan video tadi sudah berubah menjadi layar putih seperti kehilangan signal, nyatanya tulisan yang diyakininya adalah sebuah misi yang harus diselesaikannya di level ini tiba-tiba muncul di sana.
'Make a birthday party for Dion,'
Tulisan di dalam televisi itu muncul dengan jelas sekali dan berwarna merah karena sepertinya ditulis dengan darah. Misi itu seperti pesan kematian menurutnya. Apakah nanti dia akan mati jika tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik dan tepat waktu? Entahlah.
"Arrrgghhh..."
Televisi itu meledak secara tiba-tiba membuat Yasha merasa kesakitan karena tidak sempat menghindar.
"Happy birthday, Dion... happy birthday, Dion.."
Entah mengapa suasana di dalam rumah itu menjadi semakin horor dengan adanya suara nyanyian ulang tahun dari si ibu dan anak perempuan tadi untuk sang adik. Ditambah lagi terlihat jam dinding tua berbunyi terus menerus dan tidak bisa berhenti.
Ding dong...
Ding dong...
Yasha terlihat bingung harus melakukan apa dulu tapi, suara si ibu terdengar samar seperti berbisik padanya dan berusaha memberinya petunjuk.
"Fourteen ballons..."
Yasha langsung mengambil balon yang ada di meja tak jauh darinya itu dan langsung meniupnya tanpa pikir panjang hingga jumlah balon itu mencapai empat belas buah seperti yang dibisikkan oleh ibu tadi.
"Cake..."
Yasha terlihat langsung berlari menuju dapur untuk mencari kue yang mungkin disimpan keluarga itu di dalam kulkas.
Tapi tidak ada. Kue yang dicarinya tidak ada di dapur.
"Kue tempatnya di dapur, 'kan? Lalu aku harus mencarinya ke mana lagi?" ucap Yasha bingung dan terlihat berpikir sebentar.
"Apa mungkin ibu dan anak itu membawa kuenya berjalan-jalan mengelilingi rumah?" ucap Yasha akhirnya memutuskan untuk mencari kue itu ke seluruh penjuru rumah karena tidak ingin membuang waktu.
Yasha mengelilingi seluruh rumah, mulai dari kamar utama yang menurutnya adalah kamar ibu dan ayah tapi tidak ada juga di sana. Kemudian berlanjut pada kamar anak laki-laki tadi tapi tidak ada juga di sana. Juga kamar anak perempuan tadi tapi tidak ada juga di sana.
"Sebenarnya di mana mereka meletakkan kue itu?" ucap Yasha terlihat bingung kemudian memutuskan untuk mengecek ruang tengah sekali lagi.
Karena terlalu frustasi, Yasha akhirnya mengecek laci-laci lemari meski tahu mustahil kue itu ada di sana.
Tapi saat melewati lorong menuju pintu utama, Yasha melihat sebuah kotak kecil tergeletak di lantai, membuatnya yang penasaran langsung mengambilnya dan membukanya begitu saja.
"Akhirnya. Kue ketemu," ucap Yasha senang kemudian berlari kembali ke ruang tengah dan meletakkan kuenya di meja.
Dan entah bagaimana bisa di meja yang tadinya kosong itu kini terdapat lilin berbentuk angka 5, korek api, piring dan pisau untuk memotong kue juga tak lupa topi ulang tahun.
"Aku tahu. Pasti aku harus memakai topi ini. Seperti ini. Lalu meletakkan lilinnya di atas kue. Dan tugas terakhirku adalah menyalakan lilin ini," ucap Yasha kemudian meraih korek api dan bersiap menyalakan lilin di atas kue itu tapi,
Suara gergaji mesin terdengar dari arah belakangnya membuat Yasha langsung berbalik dan terlihat seorang pria dengan kepala yang sudah terpenggal setengah, berjalan mendekatinya dan seperti berusaha melukainya dengan gergaji itu.
Yasha dengan cepat tentu saja menghindar. Dia berulang kali mengumpat karena level ini terasa tak adil baginya. Dia tidak diperbolehkan memakai s*****a sementara lawannya memiliki s*****a.
"s**l. Andai aku memiliki s*****a. Pasti akan lebih mudah," ucap Yasha kemudian terlihat terus menghindar dari sosok ayah yang ternyata berubah menjadi monster itu.
"Bentuknya sangat menjijikkan. Aku harus bagaimana agar bisa mengalahkannya. Aku ingin keluar dari rumah berhantu ini," ucap Yasha masih terus berlari dengan tetap membawa korek api ditangannya karena tadi dia belum sempat menyalakan lilin kue ulang tahun.
Yasha melihat sekeliling berusaha mencari sesuatu yang bisa digunakannya sebagai s*****a tapi tentu saja dia tidak menemukan apa pun karena ya, memang apa yang bisa kau temukan di dalam rumah keluarga biasa? Basoka? Pistol? Shotgun? Tentu saja tidak ada s*****a semacam itu.
Di tengah kebingungannya, Yasha akhirnya menemukan sebuah cara yang mungkin bisa menyelamatkannya dari kejaran monster ini.
Perapian.
Perapian di dalam rumah itu cukup besar dan Yasha lihat tadi ada banyak sekali kayu di dekatnya. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari cela dan kesempatan untuk menyalakan perapian.
Melihat monster itu mengejarnya dengan kecepatan yang lambat, Yasha akhirnya memutuskan untuk mempermainkan monster itu dan sengaja memancingnya menuju sisi rumah lain dengan menggunakan kecepatan sprintnya. Beruntung sepatunya masih berfungsi di dalam level itu.
"Bagus. Kini saatnya," ucap Yasha kemudian terlihat kembali ke ruang perapian tadi dengan cepat dan langsung menyalakan perapian itu tapi, entah mengapa ia merasa sedikit kesulitan.
"Ayolah... cepat. Dia sudah kembali ke sini," ucap Yasha terlihat terus berusaha menyalakan perapian itu dan akhirnya. Dia berhasil.
"Kemari kau monster jelek!"
Yasha terlihat percaya diri di sana karena ia yakin sekali rencananya akan berhasil.
Monster itu terlihat mengangkat tinggi gergaji mesinnya dan bersiap melukainya tapi, Yasha langsung berpindah dengan cepat ke belakang monster itu dan langsung mendorongnya ke dalam perapian yang terlihat berkobar.
"Akhirnya. Tamat sudah riwayatmu!" ucap Yasha merasa lega saat melihat tubuh monster itu terlahap habis oleh api.
Mengingat tugas menyiapkan pesta ulang tahun tadi belum selesai, Yasha langsung kembali ke ruang tengah tapi, ternyata di sana para hantu ibu dan anak tadi sudah berkumpul bersama dan seperti sedang menunggunya.
"Aku akan menyalakan lilinnya sekarang," ucap Yasha kemudian menyalakan lilin dan terlihat para hantu itu tersenyum padanya.
"Selamat ulang tahun, Dion. Aku akan meniup lilinnya untukmu," ucap Yasha kemudian meniup lilinnya dengan perasaan bahagia membuat para hantu tadi berpelukan dan tersenyum padanya.
Yasha mengira itu adalah tanda terima kasih para hantu itu padanya. Dan sedetik setelahnya para hantu itu menghilang dan di sofa tempat mereka duduk tadi terdapat sebuah kunci yang diyakini Yasha adalah kunci rumah itu.
"Akhirnya... aku bisa keluar dari sini," ucap Yasha senang kemudian berlari menuju pintu dan membuka pintu itu menggunakan kunci yang ditemukannya tadi.
Berhasil.
Yasha langsung melangkah keluar dan ternyata pintu itu langsung membawanya ke level selanjutnya.
Yasha langsung menyimpan progress gamenya di tempat save seperti biasa dan kemudian melihat sekelilingnya sebentar.
"Aku lebih suka melawan monster di tempat terbuka seperti ini. Syukurlah aku sudah keluar, sekarang,"
Bersambung...