●♤♡◇♧●
"Celaka! Ini hutan halusinasi,"
Yasha terlihat langsung mundur dan bayangan pamannya tadi seketika menghilang. Itu berarti tempatnya berdiri sekarang adalah tempat yang aman. Tentu saja. Dia berada tepat di depan pintu penghubung level.
Yasha terlihat mencari petunjuk di sekelilingnya dan ketemu. Di sebuah batu besar terdapat tulisan yang tentu saja masih tetap berupa teka-teki seperti yang sebelum-sebelumnya.
"Rasa takutmu akan membawamu ke dalam bencana dan kematian,"
Yasha tidak tahu apa maksud petunjuk itu tapi, bisa saja dibalik bayangan halusinasinya saat ia menyusuri hutan kabut itu nanti, akan ada monster yang sudah bersiap untuk menyerangnya dengan menggunakan momen dimana dia sedang lengah.
"s*****a bagus untuk melawan para monster yang mungkin saja bisa menggigit. Pedang saja," ucap Yasha kemudian mengambil s*****a pedang dari dalam inventorinya dan setelah memantapkan hatinya, akhirnya ia mulai melangkah masuk ke dalam hutan kabut itu.
"Yasha..."
Mendengar suara pamannya yang memanggilnya, Yasha berusaha untuk tidak terkecoh dan tetap mengendalikan pikirannya agar selalu fokus. Tapi tidak semudah yang terdengar. Tentu saja itu adalah hal yang sangat sulit. Apalagi sekarang, Yasha dalam posisi sangat merindukan pamannya itu.
"Yasha... aku di sini..."
Yasha yang awalnya berhasil mengendalikan dirinya, entah mengapa kali ini ia terlihat sedikit terpengaruh dan tanpa sadar kakinya melangkah sendiri untuk mencari pamannya itu tapi,
Tiba-tiba saja terdengar suara tawa anak kecil di mana-mana membuat Yasha akhirnya tersadar dan langsung memasang sikap siaga.
"Aku benci suasana horor seperti ini," ucap Yasha kemudian terlihat melihat sekelilingnya berjaga-jaga jika ada monster yang menyerangnya dari arah berlawanan dan benar saja, sebuah boneka berbentuk anak kecil langsung melompat ke arahnya mendarat tepat di wajahnya membuat Yasha langsung saja terlihat panik.
"Menyingkir dariku!"
Yasha berusaha melepaskan boneka menyeramkan itu dari wajahnya tapi boneka itu berhasil mencakar wajahnya terlebih dahulu hingga meninggalkan bekas luka sebelum akhirnya boneka itu melepaskan diri darinya.
"Hei! Kau sama sekali tidak memiliki sopan santun! Setidaknya bertanggung jawablah karena sudah melukaiku seperti ini!" protes Yasha dengan sedikit berteriak sambil mencari keberadaan boneka yang sudah melukainya tadi.
Yasha merasa level ini lebih horor dari perkiraannya. Dia harus cepat keluar dari sana bagaimanapun caranya.
"Yasha..."
Mendengar suara pamannya lagi, akhirnya Yasha memutuskan untuk kembali berjalan menyusuri hutan kabut itu. Ia harus menemukan cara menuju level selanjutnya secepatnya.
Di tengah kabut itu Yasha seperti melihat bayangan pamannya yang sepertinya menuntunnya ke suatu tempat.
Dan lagi-lagi ditengah perjalanannya, Yasha kembali mendengar suara anak kecil yang tertawa lagi namun, kali ini suara itu terdengar lebih keras membuat Yasha merasa lebih takut dari sebelumnya.
"Kenapa bentuknya berupa boneka anak kecil? Aku jadi tidak bisa melukainya. Tapi jika aku diam saja, maka aku akan mati konyol, nanti," ucap Yasha sendiri kemudian bersiap-siap untuk menghadapi boneka anak kecil itu dan kali ini ia akan berusaha untuk tidak akan membiarkan boneka menyeramkan itu melukainya lagi.
Yasha melihat sekelilingnya dan memasang pendengarannya dengan baik kali ini. Dan saat mendengar suara mencurigakan dari arah samping kanannya, Yasha langsung berbalik dan lebih dulu menghunuskan pedangnya pada boneka itu sebelum boneka itu bisa meraihnya.
"Oke, satu sudah beres. Ternyata mudah saja menangani mereka," ucap Yasha merasa bangga pada dirinya sendiri.
Yasha kemudian terlihat berjalan kembali dan mencoba menerka-nerka ke mana kira-kira bayangan pamannya tadi pergi. Dia terus berjalan sampai akhirnya sampai di tempat yang terlihat seperti sebuah pemakaman, membuat Yasha merasa takut setengah mati.
Yasha berpikir pasti keberadaan makam itu tidaklah hanya untuk hiasan semata.
"Biarkan aku melihat apa yang ada di sana terlebih dahulu barulah kalian para monster bisa muncul setelahnya. Oke?" ucap Yasha mulai mengasihani dirinya sendiri karena terlihat menyedihkan.
Ya, memangnya siapa lagi yang akan berbicara pada angin ditengah pemakaman seperti itu selain dirinya? Astaga! Game itu benar-benar akan membuatnya menjadi gila sebentar lagi.
Yasha terlihat berjalan ke tengah area pemakaman itu dan melihat sesuatu yang terlihat bercahaya dari sebuah lubang yang tercipta di tanah itu dan setelah tahu apa yang ada di dalam lubang itu, Yasha merasa sangat bingung hingga rasanya ia ingin kembali saja ke pintu tadi dan memilih untuk melawan lebah saja.
"Paku sebesar ini? Untuk apa paku ini?"
Belum sempat mencari tahu lebih jauh tentang paku besar yang ditemukannya itu, tiba-tiba suara anak kecil terdengar lagi dan kali ini Yasha merasa itu bukan berasal dari satu boneka anak kecil saja.
"Bagus sekali. Melawan satu saja aku merasa kesulitan apalagi kini ada banyak seperti itu,"
Melihat banyaknya boneka anak kecil yang bangkit dari dalam pemakaman itu, Yasha kemudian terlihat mencari pedangnya yang tadi diletakkannya di tanah tapi, pedangnya tiba-tiba saja menghilang entah ke mana.
"Kau hanya butuh s*****a yang kau pegang itu untuk menemukanku. Aku adalah pemegang kuncinya. Jadi temukan aku,"
Suara tawa anak kecil kemudian terdengar sebagai penutup dialog itu seolah boneka itu memang sengaja mengejeknya.
Yasha tidak habis pikir dengan tantangan level kali ini.
Setelah sebelumnya dia menjadi pembunuh monster raksasa, kini dia turun kasta menjadi pembunuh anak-anak kecil.
"Yasha... aku di sini..."
Baru saja Yasha akan mulai menyerang boneka-boneka yang terlihat mengepungnya itu, dia kembali mendengar suara pamannya yang memanggilnya lagi.
Karena tidak ingin fokusnya terpecah dan membuat semuanya menjadi sulit, Yasha memutuskan untuk menyelesaikan semua satu persatu lebih dulu.
"Kemari kau boneka jelek!"
Yasha terlihat dengan bersemangat langsung menyerang boneka yang mengepungnya itu dan saat ia mencoba menusuk bonekanya dengan paku besar yang dipegangnya itu, boneka itu menghilang bahkan sebelum dia bisa melukainya entah bagaimana caranya.
Seperti namanya. Hutan halusinasi akan membuatmu frustasi hingga nanti akhirnya kau akan menyerah sendiri.
Tapi Yasha tidak berniat menyerah dengan mudah. Yasha terus melakukan hal yang sama pada boneka lainnya. Ia mencoba menusuk boneka itu satu persatu tapi tidak ada satu pun boneka yang berhasil dilukainya seperti saat dia menggunakan pedang tadi. Paku yang dipegangnya itu seperti tidak berfungsi dan seolah apa pun yang Yasha lakukan sejak tadi hanyalah sia-sia saja. Dia hanya membuat avatarnya lelah dengan membuang tenaga percuma.
"Yasha..."
Suara Pamannya kembali terdengar dan kali ini Yasha berusaha untuk menenangkan dirinya sebentar dan memilih untuk memejamkan matanya. Mencoba mencari solusi untuk masalah yang ada di depannya itu.
Ia tidak bisa membuang-buang waktu seperti itu. Ia harus segera pergi dari sana dan secepatnya mencapai level selanjutnya.
"Aku tahu kau ada di sekitarku hanya saja kau membuat penglihatanku tidak bisa mengenalimu dengan benar. Kau mungkin mengira aku terlalu lemah untuk bisa membunuhmu tapi percayalah, kelemahan itu cukup untuk melawan dan membuatmu tiada sebentar lagi," ucap Yasha kemudian membuka matanya dan langsung berfokus untuk mendengarkan suara seperti bisikan seseorang yang setelah memejamkan matanya tadi, dia yakin itu adalah sebuah mantra sihir yang membuatnya melakukan hal konyol dan gila.
Semua yang ada di depannya itu palsu. Para boneka yang mengepungnya itu hanya bayangan yang bertugas mengendalikan pikirannya dan membuatnya bingung. Kali ini Yasha tahu harus melakukan apa setelah menemukan sumber suara bisikan seperti mantra sihir tidak jauh dari tempatnya itu.
"Selamat tinggal!"
Yasha langsung melemparkan paku yang dipegangnya pada batang pohon yang berada di samping kirinya karena dia yakin suara itu berasal dari sana. Dan benar saja.
Setelah paku itu tertancap. Sosok seperti penyihir berwajah mengerikan muncul dan tersenyum padanya membuat Yasha menatap penyihir itu baik-baik sebelum akhirnya melangkah mundur untuk menghindarinya karena penyihir di depannya itu terlihat seperti ingin meraihnya dan mungkin mencoba melukainya.
Tubuh penyihir yang tersenyum sambil menahan sakit tadi langsung berubah jadi abu membuat Yasha tentu saja merasa puas.
"Yasha..."
Bersamaan dengan hancurnya tubuh penyihir itu, suara pamannya terdengar kembali dan kali ini terasa sangat dekat membuat Yasha langsung melihat sekelilingnya dana mencari keberadaannya.
"Pedangku kembali," ucap Yasha senang dan mengambil pedangnya yang berada di tanah itu tapi,
Saat hendak mengambil pedangnya beberapa akar pohon terlihat langsung muncul dan melilit tangannya mencoba membuat Yasha tidak bisa mengambil pedangnya itu. Kini hanya tinggal satu tangannya yang masih bebas bergerak.
Sementara Yasha bingung melepaskan diri dari akar-akar pohon itu, nyatanya penyihir lain langsung datang dan menyerangnya tiba-tiba dari belakang membuat Yasha merasakan sakit yang luar biasa.
"Bagus. Setelah penyihir pembaca mantra kini penyihir yang agresif. Bagaimana aku bisa menyerangnya sekarang sedangkan tanganku terlilit seperti ini?" ucap Yasha terlihat bingung tapi tentu saja tidak kehabisan akal.
Yasha tidak sengaja melihat paku besar yang digunakannya untuk membunuh penyihir tadi ternyata berada tak jauh darinya. Akhirnya Yasha langsung berusaha meraihnya dengan kakinya yang masih bebas. Dan meski sangat kesulitan dalam usahanya itu karena penyihir tadi masih terus menyerangnya dari berbagai arah, akhirnya Yasha bisa meraih dan mendapatkan paku itu kembali menggunakan tangannya yang lain.
"Pergilah menyusul saudaramu tadi, penyihir jelek!"
Yasha langsung menancapkan paku yang berhasil dipegangnya itu tepat pada mata penyihir yang sejak tadi menyerangnya itu dan kejadian serupa terjadi. Tubuh penyihir itu terlihat hancur seketika dan akhirnya lilitan akar pohon yang melilit tangannya itu terlepas membuat Yasha merasa sedikit lebih lega.
Yasha langsung mengambil paku yang jatuh setelah tubuh penyihir tadi benar-benar hancur yang nantinya dia pikir akan berguna sebagai s*****a dan kemudian setelah merasa lebih baik akhirnya dia langsung melanjutkan perjalanannya kembali.
"Ayo muncullah kalian para penyihir jelek!"
Yasha yang mengira jika semua keadaan sudah baik-baik saja dan ia bisa langsung pergi menuju level selanjutnya, nyatanya lagi-lagi para penyihir satu persatu kembali dan menyerangnya lagi hingga kira-kira setelah Yasha berhasil membunuh 10 penyihir lainnya dan merasa sangat kelelahan karenanya, tidak ada lagi penyihir yang datang lagi.
Tubuh Yasha ambruk dan jatuh ke tanah karena terlalu lelah dan dia merasa sudah tidak sanggup lagi melanjutkan perjalanan ini.
Dia melihat jam tangan yang dipakainya dan daya tahan tubuhnya lagi-lagi kembali menurun. Biasanya di saat seperti Yasha akan offline sebentar dan membiarkan avatarnya itu beristirahat tapi, jika kau berhenti ditengah game seperti ini maka progresmu akan hilang. Yasha tidak mau harus kembali dan melawan para penyihir itu lagi untuk kedua kalinya nanti. Menurutnya itu terlalu merepotkan.
"Yasha... bangunlah, Nak. Kau bisa. Kau bisa melakukannya,"
Suara pamannya terdengar kembali dan kini terdengar berbeda membuat Yasha akhirnya mencoba bangkit mendengar suara pamannya yang selalu dan terus menerus menyemangatinya itu selama masih hidup.
"Aku bisa. Aku bisa,"
Yasha memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya namun, saat mencoba berdiri dia berulang kali jatuh ke tanah.
Yasha yang merasa membutuhkan penopang untuk berdiri akhirnya mengambil batang pohon kecil yang berada tak jauh darinya itu sebagai alat bantu berdiri.
Tapi meski akhirnya berhasil berdiri, Yasha terlihat hanya mampu berjalan pelan dan terseok-seok di setiap langkahnya.
"Ke mana aku harus pergi? Dimana pintu menuju level selanjutnya?" ucap Yasha bingung saat hanya melihat patung batu saja di sekelilingnya. Dan tidak ada pintu sama sekali.
"Kurasa patung-patung ini adalah sebuah teka-teki. Dimana petunjuknya, ya?" ucap Yasha melihat sekelilingnya dan benar saja ada sebuah petunjuk di sebuah batu lagi untuk menyelesaikan teka-teki patung batu itu.
"Seseorang yang haus akan kekuasaan akan berakhir menderita di dalam kesendirian,"
Yasha sebenarnya tidak begitu mengerti dengan maksud teka-teki itu tapi akhirnya dia langsung mencoba memutar patung-patung yang ada dengan cara coba-coba saja.
Ada 4 patung yang terlihat membentuk pola segi empat di sana. Awalnya Yasha berpikir untuk memutar patung-patung itu hingga nanti akan saling berhadapan tapi, semakin dilihat, akhirnya Yasha tahu harus memutar patung itu menjadi bagaimana.
Dan berhasil. Yasha memutar patung itu dengan posisi saling melihat punggung satu sama lain dan sementara itu dia yang kini berada di tengah-tengah patung itu langsung saja merasa terkejut saat bebatuan tempatnya berpijak terbuka dengan cepat dan membuatnya lagi-lagi jatuh menaiki perosotan lagi seperti yang terjadi saat dia berhasil melewati level satu.
Namun berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini pendaratan Yasha terlihat tidak begitu mulus karena dia langsung jatuh tersungkur di rerumputan dan tentu saja itu terasa sakit.
"Tempat save. Akhirnya aku menemukanmu!" ucap Yasha antusias dan kemudian memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya sebentar dengan berbaring di dekat tempat save itu setelah menyimpan progress game nya.
"Dimana ini?"
Yasha melihat sekelilingnya dan hanya ada beberapa pepohonan dan juga sebuah rumah yang terlihat bagus dari luar. Tapi mendengar suara-suara aneh yang berasal dari dalam rumah itu membuat Yasha tentu saja tahu jika apapun yang terlihat di dalam game ini tidaklah memiliki arti yang sama.
"Jangan bilang itu rumah hantu?"
Bersambung...