Part 26. Epic Battle

2847 Kata
Yasha sepertinya sampai di sana tepat waktu dan terlihat monster penjaga pedang itu semakin kewalahan menghadapi Leviathan itu. "Kuharap kau percaya padaku. Tolong bantu aku mengalahkannya. Setidaknya biarkan aku menumpang padamu sebentar hingga setidaknya sepatuku kembali berfungsi. Semoga saja," ucap Yasha pada kuda yang ditunggangginya itu dan terlihat kuda itu menjawabnya dengan sedikit berjingkrak di sana. "Bagus. Dan kau kelinci baik, bukannya aku menganggapmu remeh tapi, aku tidak ingin kau terluka jadi lebih baik sekarang bersembunyilah di tempat yang aman untuk sementara waktu sampai aku selesai, ya," ucap Yasha yang nampaknya kelinci itu mengerti akan ucapannya karena setelahnya kelinci itu terbang menjauh dari sana. Setelah kepergian kelinci tadi Yasha langsung menatap pedangnya yang kini setelah tadi digabungkannya bersama busur dan panah menjadi lebih ringan dan mengeluarkan kebiaruan. Yasha ingin mencoba sesuatu dan dengan berani dia langsung menunjuk naga itu dengan pedangnya dan sebuah tembakan seperti laser langsung mengenai Leviathan jahat itu membuatnya yang tadi tengah sibuk melilit dan seperti ingin membinasakan monster penjaga pedang itu, kini menjadi menatapnya marah dan menjadikannya sasaran utama serangannya yang selanjutnya. 'Benar, 'kan? Busur dan anak panah tadi masih memiliki andil di sini. Setelah keduanya bergabung kini s*****a ini bukan hanya berfungsi sebagai pedang. Tapi juga bisa menembak. Itu karena anak panahnya,' batin Yasha dalam hati. Yasha sudah bersiap seandainya Laviathan itu memang mengejarnya setelah ini. Dan benar saja, Leviathan itu terlihat marah dan Yasha langsung berlari menjauh dari sana bersama kuda yang kini sudah bisa dengan mudah diajaknya bekerja sama. Kuda itu seperti mengerti isi pikirannya. Keduanya sudah lebih dari pada teman. Kini mereka bisa dikatakan sudah menjadi partner sejati. "Ayo. Kita pasti bisa mengalahkannya bersama," ucap Yasha kemudian mengangkat tinggi pedangnya dan sudah siap jika saja Leviathan itu menyerangnya dan benar saja. Ular setengah naga itu terlihat seperti hendak menyemburkan sesuatu ke arahnya tapi, Yasha sudah tahu harus bagaimana. Diarahkannya pedang yang tengah dipegangnya itu ke depan, bermaksud untuk menjadikan pedang itu sebagai perisainya. Dan tindakannya itu sudah benar. Terlihat pedang itu menyerap serangan yang Leviathan tujukan padanya itu dengan baik. Dan setelah dirasa itu adalah kesempatan yang bagus untuk menyerang balik, Yasha kemudian terlihat menggerakkan pedangnya seperti sedang menebas sesuatu dari jauh dan benar saja perkiraannya, setelahnya terlihat sebuah cahaya laser keluar setelah dia melakukan gerakan itu dan berhasil melukai Leviathan jahat itu meski tidak memberikan efek yang berarti. Leviathan itu lebih kuat dari perkiraannya. "Sebenarnya bagaimana cara mengalahkan mahluk ini. Astaga!" Yasha kembali mengajak kuda yang ditungganginya itu menjauh dari sana dan mencari tempat aman, saat melihat Leviathan itu mulai bergerak kembali. Yasha terlihat kembali berpikir bagaimana sebenarnya cara membunuh Leviathan itu sebenarnya. Dia sudah mendapatkan pedangnya jadi apalagi sekarang. "Cedric bilang Leviathan itu akan muncul dan seharusnya muncul besok saat bulan purnama, 'kan? Berarti ini seharusnya belum waktunya dia muncul. Jika aku benar, Leviathan itu seharusnya dalam keadaan lemah sekarang. Lebih baik mengalahkannya sekarang daripada besok. Tapi bagaimana caranya?" ucap Yasha terlihat kebingungan dan di sisi lain juga dia tak menyangka saat melihat monster penjaga pedang yang tadi hampir saja kalah, kini terlihat bisa bangkit lagi setelah tadi menepi dan beristirahat di karang besar yang ada di sana. Terlihat sekali sorot penuh dendam dan amarah mata monster penjaga pedang itu. "Kurasa akan ada pertempuran sengit setelah ini. Kita pergi saja sebentar ke tepian sambil berpikir bagaimana cara mengalahkan Leviathan itu," ucap Yasha pada kuda itu dan setelahnya kuda itu terlihat menurut dan membawanya kembali ke pantai. Suara geraman dari monster penjaga pedang itu terdengar menggema kuat dan seram dari arah belakangnya membuat Yasha langsung menoleh ke belakang untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata geraman tadi adalah tanda jika monster penjaga pedang menantang Leviathan itu untuk bertarung secara jantan. Dan pertarungan itu dimulai dengan monster penjaga yang melemparkan batu karang yang cukup besar ke arah Leviathan jahat itu. Yasha langsung turun begitu kuda itu sudah membawanya kembali ke pantai dan siapa yang menyangka ternyata Cedric masih berada di sana. "Kumohon maafkan aku. Ketamakan membuatku menjadi buta untuk sejenak dan lupa tentang apa yang terpenting di sini. Kaulah yang terpilih. Hanya kau yang bisa menyelamatkan kami. Betapa lancangnya aku sudah berani berpikir untuk bisa menggantikan posisimu begitu saja," ucap Cedric pada Yasha sambil terlibat membungkuk dengan sangat rendah di sana. Melihat itu Yasha rasanya ingin sekali marah karena mengingat jika dia hampir saja mati karena tidak bisa bernafas saat berada di dalam lautan tadi tapi, tetap saja itu sifat manusiawi. Siapa saja bisa menjadi tamak dan menjadi kalah oleh nafsu. "Sudahlah, Cedric. Lupakan hal itu. Sekarang lebih baik kita memikirkan bagaimana cara untuk menyingkirkan Leviathan jahat itu. Kau bilang dia harusnya muncul besok, 'kan? Tapi lihatlah nyatanya dia sudah kembali. Apa kau membohongiku lagi?" ucap Yasha terlihat masih kesal karena ya memang begitu adanya. Dia tidak bisa melupakan hal yang sudah dilakukan Cedric padanya begitu saja dengan mudah. "Tidak-tidak. Sungguh. Aku mengatakan hal yang benar. Mungkin Leviathan itu muncul karena merasa pedang itu sudah berpindah dari tempat penyimpanannya. Konon katanya, pedang itu memiliki hubungan erat dengannya. Karenanya hanya pedang itu yang bisa digunakan untuk melawan Leviathan itu," ucap Cedric menjelaskan membuat Yasha melihat sekali lagi pedang yang dipegangnya itu dengan serius. "Entah mengapa aku merasa pedang ini tidak berguna. Apakah aku harus benar-benar mengalahkan Leviathan itu dulu di dalam level ini? Tidak bisakah aku langsung kabur seperti saat melawan katak dulu?" ucap Yasha terdengar pelan hampir seperti berbisik dan tentu saja membuat Yasha tidak bisa mendengarnya dengan jelas. "Apa kau barusan mengatakan sesuatu? Bagaimana kalau kita mencoba sebuah cara? Terdengar sulit tapi siapa tahu berhasil. Lihat dibawah rahang Leviathan itu. Ada sebuah cahaya di sana, bukan? Menurutku itu adalah titik lemah Leviathan itu dan itulah jalan keluar kita," ucap Cedric membuat Yasha menatapnya tak percaya. "Maksudmu kita harus menyerangnya dari dekat? Aku? Sendirian? Kau bermaksud membunuhku untuk yang kedua kali, ya?" protes Yasha karena menurutnya ide Cedric itu terdengar konyol. Meskipun sebenarnya dia ingin sekali mencoba untuk mempercayai rencana Cedric itu, karena memang benar jika ada sebuah cahaya yang terlihat dibawah rahang Leviathan itu. Entah benar atau tidaknya rencana itu, Yasha tidak akan tahu apakah rencana itu akan berhasil atau tidak jika tidak mencobanya. "Sebenarnya aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya menyarankan sebuah cara saja dan jika kau tidak setuju maka baiklah kita cari cara lainnya. Lagi pula aku juga berpikir itu terlalu berbahaya," ucap Cedric membuat Yasha meliriknya sebentar merasa bersalah karena sudah berkata kasar padanya tadi. "Maafkan aku. Entah mengapa aku masih merasa kesal padamu. Rasanya sulit sekali untuk bisa mempercayaimu lagi," ucap Yasha akhirnya mencoba menenangkan hatinya karena amarah dan rasa benci tidak akan membantu sama sekali dalam situasi ini. "Aku mengerti dan aku paham benar. Jadi sudahlah. Aku____" Roaaaarrrr Suara geraman seseorang seperti tengah kesakitan membuat perhatian Yasha dan Cedric langsung teralihkan dan langsung melihat ke arah sumber suara itu. "Lihat! Gloom itu akan mati jika kita tidak segera menolongnya!" ucap Cedric membuat Yasha juga menjadi tak kalah panik. "Tapi pedang ini tidak berguna. Aku sudah mencobanya dan Leviathan itu tidak terpengaruh sedikitpun," ucap Yasha merasa bingung dan melihat ke sekelilingnya andai menemukan sesuatu yang berguna. "Sebentar lagi pagi. Akan semakin sulit mengalahkannya karena cahaya dibawah rahangnya itu tidak terlihat jelas lagi. Pasti ada sebuah cara untuk mengalahkannya," ucap Cedric yang ya, membuat Yasha menyadarinya juga. Waktu itu saat siang hari, dia tidak bisa melihat cahaya di bawah rahang Leviathan jahat itu. Jadi sisa waktu yang merupakan kesempatan satu-satunya dia untuk bisa mengalahkan Leviathan itu tinggal sedikit lagi. 'Aku tahu harus cepat. Tapi bagaiamana cara mengalahkannya? Apa yang harus kulakukan terlebih dahulu?' batin Yasha dalam hati. Yasha terlihat mengangguk pasti sebelum akhirnya kemudian langsung naik kembali ke atas kuda air itu dan, "Aku akan berusaha mendekatinya dan menyerangnya dari jarak dekat. Semoga aku bisa dan kali ini berhasil," ucap Yasha dengan tekad penuh yang sudah bulat. Yasha mengajak kuda itu untuk kembali membawanya ke tengah laut mendekati Leviathan itu lagi. "Kita harus lebih berani lagi. Kita harus mendekat ke arah kepalanya," ucap Yasha pada kuda itu agar mau membawanya lebih dekat kepada Leviathan itu. Yasha terlihat jahat sekali saat ini. Ya, dia sengaja memanfaatkan situasi di mana Leviathan itu terlihat sibuk dengan monster penjaga pedang yang oleh Cedric dipanggil Gloom tadi. Sebenarnya ingin sekali rasanya Yasha menolong Gloom itu terlebih dahulu daripada menggunakannya sebagai pengalihan perhatian seperti ini tapi, jika rencananya berhasil maka dia juga bisa menyelamatkan monster itu juga dengan rencana yang dibuatnya itu. 'Maafkan aku, Gloom. Tinggal sedikit lagi. Bertahanlah sebentar lagi,' batin Yasha dalam hati. Yasha kemudian terlihat hampir sampai di dekat kepala Leviathan itu tapi, siapa yang menyangka jika ternyata posisinya sudah diketahui duluan. Leviathan itu terlihat marah dan terlihat membuka mulutnya lebar. Setelahnya sebuah cahaya menyembur dari dalam mulutnya itu dan tentu saja membuat kuda yang ditungganginya berjingkrak keras karena terkejut dan membuat Yasha tanpa sengaja jatuh ke laut. Yasha yang jatuh ke laut juga dengan cepat kembali berenang ke permukaan dan ketika melihat apa yang terjadi pada kuda air yang sudah seperti temannya sendiri itu sontak saja itu membuatnya merasa marah bukan main. Kuda air tadi kini sudah membeku dan menjadi es. Pasti karena tadi terkena serangan Leviathan itu. "Tidak!! Apa yang sudah kau lakukan pada temanku?!!" Yasha berteriak merasa tidak terima dan kehilangan di saat yang bersamaan di sana. Dan setelah melihat semua itu, kini dia tahu apa perannya di dalam level itu dan kenapa dia tidak bisa langsung kabur menuju level selanjutnya saja seperti yang pernah dilakukannya saat itu. Di sini terdapat banyak orang yang menggantungkan hidup kepadanya. Jika dia pergi begitu saja tanpa mengalahkan Leviathan itu, maka semua orang akan menjadi korban keganasan mahluk jahat itu. Entah berhasil atu tidak, entah selamat atau tidak. Yasha bersumpah akan terus mencoba mengalahkan Leviathan itu dengan mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaga yang dimilikinya. Dan saat baru saja Yasha ingin bersikap berani, Leviathan itu lebih dulu membuatnya merasa down dengan cara yang jahat sekali. Yaitu dengan mematahkan leher Gloom yang memang tubuhnya sudah tidak bisa bergerak sama sekali karena terlilit kuat oleh ekor Leviathan jahat itu. Gloom itu kini sudah tiada dan tubuhnya terlihat langsung tenggelam begitu saja menuju dasar lautan saat Leviathan itu melepaskan lilitannya. Sekarang Leviathan itu terlihat menatap Yasha sebagai satu-satunya musuh yang tersisa. Yasha sendiri yang tidak siap menerima serangan karena masih berkabung atas kepergian Gloom yang menurutnya sudah mati sia-sia karena sikap egoisnya yang sudah dengan sengaja memanfaatkannya sebagai umpan itu, langsung merasa terkejut saat kini tubuhnya sudah melayang tinggi di udara. Leviathan itu mengangkat tubuhnya tinggi dan menjadikannya sebagai sasaran selanjutnya. Yasha tentu saja tidak tinggal diam saja. Dia mencoba melepaskan diri dengan menggunakan pedang yang masih dipegangnya dengan erat di tangannya itu. Dan karena masih merasa marah dengan perbuatan Leviathan jahat itu pada teman-temannya, akhirnya dengan berani Yasha melukai mata kiri Leviathan itu dengan menusukkan pedangnya tepat ke arah mata mahluk besar dan mengerikan itu dengan perasaan penuh dendam dan amarah. Siapa yang menyangka jika perbuatannya itu cukup membuat Leviathan itu tersiksa dalam kesakitan yang luar biasa. Dan karena perbuatan terburu-burunya itu, Yasha juga akhirnya menerima akibatnya dengan instan. Terlihat Leviathan itu langsung mengeratkan lilitan terhadap tubuhnya membuat Yasha sungguh merasa kesakitan dan hampir tidak bisa bernafas. Mengetahui Yssha sudah dalam keadaan lemah dan tak berdaya di dalam genggamannya, Leviathan itu kemudian terlihat langsung membuang tubuh Yasha cukup keras ke dalam laut. Yasha yang merasa tulang tubuhnya remuk dibeberapa tempat akhirnya hanya bisa pasrah saat kini dia tenggelam menuju kedalaman lautan tanpa bisa bergerak sama sekali. Saat tubuhnya semakin tenggelam dan turun menuju dasar lautan yang tak berujung itu, Yasha masih bisa melihat bayangan Leviathan jahat itu yang nampaknya merasa hebat dan senang karena sudah mengalahkan semua musuhnya di atas sana. Perlahan Yasha menutup matanya karena merasa itu adalah saat-saat terakhirnya. Dia akan tamat di level ini. Dan jika dia ingin kembali, maka dia harus mengulang gamenya dari level satu lagi, nanti. Tubuh Yasha masuk semakin dalam dan rasa dingin air laut seakan memeluk tubuhnya dengan erat dan enggan melepaskannya. Yasha yakin setelah ini dia akan keluar dari game itu karenanya Yasha tidak berusaha lagi untuk melakukan apa-apa. Kini dia hanya menunggu. "Yasha..." Mendengar suara Pamannya yang samar membuat Yasha kembali membuka matanya. Dia melihat sekelilingnya dan ternyata Pamannya berada di sampingnya, tengah menggenggam erat tangannya dan ikut tenggelam bersamanya. Yasha tersenyum kecil melihat itu. Dia tidak menyangka di saat-saat seperti ini Yasha merasa bersalah karena menjadi tidak berdaya dan menyerah begitu saja. Padahal dia sudah berjanji pada Pamannya untuk memenangkan game ini secepatnya. Hitungan mundur menuju ledakan bom masih terus berjalan di dunia nyata sana dan jika dia harus mengulang dari awal bermain game itu, Yasha tidak yakin bisa menyelesaikannya tepat waktu dengan waktu yang tersisa. "Ini bukan salahmu. Kau juga hanya manusia biasa. Kau bukan pahlawan super, Nak. Kau sudah berjuang sekuat tenagamu dan aku bangga karenanya. Kau menemukan banyak teman baru di sini, 'kan? Kau ingin menolong mereka semua tapi tetap saja hasil akhirnya tidak ada yang tahu. Kau sudah melakukan yang terbaik. Jadi jangan merasa sedih. Kau harus kuat," Mendengar ucapan Pamannya itu, Yasha merasa hatinya lebih baik dari sebelumnya. Kesedihan di dalam hatinya sedikit berkurang dan senyum kecil seketika terukir dibibirnya. 'Sekali lagi maafkan aku, Paman,'batin Yasha dalam hati. Mata Yasha kembali terlihat sudah hampir tertutup rapat dengan sempurna tanda kesadarannya akan hilang sebentar lagi tapi, entah itu halusinasinya saja ataukah kenyataan, samar-samar Yasha melihat kelinci terbang yang menolongnya saat itu berenang cepat menuju ke arahnya di sana. Dan tubuh Yasha yang tadinya tenggelam menuju dasar laut, perlahan naik karena kelinci itu menarik tubuhnya kembali menuju permukaan. Penglihatan Yasha semakin buram. Dia tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya khayalannya saja. Tubuhnya sakit dan pikirannya terasa penuh. Dia sudah tidak peduli lagi bagaimana nasibnya di dalam level itu. Dia sudah berusaha dan inilah saatnya untuk menyerah. "Bangunlah!! Kami masih membutuhkanmu di sini! Ayolah!" Yasha mendengar suara-suara samar memanggilnya dan dengan sekali pukulan keras dari tangan seseorang tepat di dadanya, Yasha langsung bangun dan tersadar setelah memuntahkan banyak sekali air laut di sana. "Syukurlah. Ini. Minum ini," ucap Cedric terlihat menyodorkan sebuah botol kecil yang di dalamnya terdapat sebuah cairan yang entah untuk apa apa itu. Yasha meminumnya tanpa bertanya apapun. Dan siapa yang menyangka jika efek dari ramuan yang diminumnya sungguh luar biasa. Sakit yang dirasakannya tadi menghilang. Dia bahkan merasa lebih bugar dari sebelumnya. "Efek ramuan ini tidak lama. Anggap saja ini kesempatan keduamu untuk bisa mengalahkannya. Kau mendekatlah dari arah kiri. Sementara aku akan mengalihkan perhatiannya," ucap Cedric terlihat menawarkan bantuan tapi, "Tidak. Jangan. Itu terlalu berbahaya. Aku tahu harus melakukan apa," ucap Yasha kemudian terlihat berbicara sesuatu pada kelinci terbang itu sebelum akhirnya berdiri dan terlihat sudah siap bertarung lagi. "Ayo," ucap Yasha pada kelinci yang tadi sudah diminta untuk membawanya mendekat sedekat mungkin kepada Leviathan jahat itu. "Di sini. Jatuhkan tubuhku di sini," ucap Yasha kemudian membuat kelinci itu melepaskan pegangannya dan membuat Yasha kembali jatuh masuk ke dalam laut. Yasha sengaja membiarkan dirinya tenggelam dan melihat gerak gerik Leviathan itu dari bawah sana. Dan saat merasa waktunya sudah tepat, Yasha langsung menghidupkan mode roket turbo pada sepatunya dan berhasil. Tubuhnya melesat terbang kembali ke permukaan dan Yasha sudah mempersiapkan rencana ini baik-baik. Ya, saat Cedric menyelamatkannya tadi, Yasha melihat sepatunya kembali hidup yang berarti dia bisa menggunakan sepatunya itu lagi. Yasha bersyukur karena semuanya hal baik terjadi di waktu yang tepat. Yasha memegangi erat pedangnya dan setelah dia keluar dari air, dia terus melesat dengan cepat dan seperti rencana awalnya dia langsung menusukkan pedangnya itu ke arah rahang Leviathan jahat itu hingga kepalanya terlihat terbelah menjadi dua bagian. Tubuh Leviathan itu terlihat bergerak ke sana kemari seperti cacing kepanasan sebelum akhirnya tubuhnya mengeluarkan cahaya dan hancur menghilang menjadi butiran-butiran kecil cahaya yang tersebar dimana-mana. Yasha langsung terbang kembali menuju permukaan untuk menemui Cedric dan kelinci terbang yang nampak tengah menunggunya kembali sejak tadi. "Kau berhasil, Pangeran. Aku bangga padamu," ucap Cedric memeluknya erat dan Yasha membalas pelukannya karena bagaimanapun, Cedric sudah membantunya banyak sekali selama ini. Dan setelah Cedric, kini giliran kelinci terbang yang dengan antusias langsung melompat ke dalam pelukannya membuat Yasha dan Cedric tertawa karena tingkah lucunya. "Hari sudah pagi," ucap Cedric membuat Yasha melihat ke arah laut di mana terlihat matahari terbit dengan indahnya. Yasha menurunkan kelinci itu di tanah dan memilih untuk menikmati suasana matahari terbit di sana dengan maju beberapa langkah ke depan. Yasha tidak percaya dia berhasil. Dia sudah sampai sejauh ini dan akhirnya tidak perlu kembali mengulang game dari level 1 lagi. Ya. Dia bersyukur karenanya. Yasha langsung membalikkan badannya karena ingin berterima kasih pada Cedric dan kelinci tadi yang sudah banyak membantunya tapi, dia tidak menemukan siapa-siapa di sana. Cedric dan kelinci itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Kini justru Yasha melihat sebuah pintu yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini dan itulah saatnya. Saatnya dia pergi menuju level selanjutnya. Yasha berjalan menuju pintu dan membukanya dengan mudah. Setelah masuk ke dalam sana, Yasha langsung menyimpan progres gamenya di tempat save seperti biasa. Tubuh Yasha seketika luruh karena ingatannya masih penuh dengan apa yang sudah dilaluinya di dalam level 9 hingga untuk sampai level 10 ini. 'Mereka adalah karakter game yang sangat nyata. Aku tidak akan melupakan mereka. Sampai kapanpun,' Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN