●♤♡◇♧●
"Kau tidak bisa pergi ke mana pun, sekarang. Bersiaplah bertemu dengan bos ku," ucap Fang terlihat percaya diri kemudian menyeretnya paksa dengan begitu mudah.
Yasha tidak bisa melakukan apa-apa di sana. Upgrade avatar Fang sungguh luar biasa. Kekuatan pria itu bertambah dan sepertinya orang-orang di dalam organisasi yang sudah merekrutnya itu telah melakukan sesuatu pada anak itu. Mungkin melakukan hal semacam pencucian otak.
Kenapa Yasha bisa menyimpulkan hal seperti itu? Karena Fang yang dilihatnya sekarang bukanlah Fang yang dulu. Fang yang dulu berusaha mencuri perhatiannya dengan berusaha menunjukkan sikap baiknya, tapi Fang yang ini. Fang yang sekarang terkesan lebih licik dan jahat. Yasha benci mengakuinya tapi, ia lebih menyukai Fang yang dulu. Fang yang selalu bertengkar dengan Oroci karena berusaha mendekatinya.
Yasha tidak ingin tinggal diam saja. Ia takut Oroci akan menyusul dan berusaha menyelamatkannya. Ia tidak mau siapapun melibatkan diri dalam bahaya karenanya. Apalagi orang itu adalah temannya sendiri.
"Kau sudah mencari masalah dengan orang yang salah, Fang. Tidak semudah itu untuk menangkapku dan apa tadi yang kau katakan? Aku harus ikut denganmu menemui bosmu? Itu tidak akan pernah terjadi," ucap Yasha kemudian mengambil sesuatu dari dalam inventorinya dan menggunakannya pada Fang.
"Jangan lupakan jika aku lebih baik dalam segala hal dibanding dirimu, Fang," ucap Yasha terlihat percaya diri saat bom penambah gaya gravitasi yang ditempelkan di punggung Fang itu bekerja dengan baik.
Tubuh pria yang awalnya tadi menyeretnya kini terlihat jatuh telentang dan perlahan genggaman Fang pada tangannya mulai terlepas.
"Sejak kapan kau licik seperti ini, Yasha! Lepaskan bom ini dariku!" ucap Fang terlihat kesulitan seperti kura-kura yang tidak berdaya saat tubuhnya terbalik.
"Bukankah kau sudah masuk ke dalam sebuah organisasi yang cukup bagus, sekarang? Minta saja bantuan dari mereka. Jika sebelumnya aku sempat menganggapmu teman meski Oroci selalu menentang hal itu, kini aku tidak akan pernah menganggapmu teman lagi. Sampai bertemu lagi, Fang," ucap Yasha kemudian berlari melarikan diri dari sana dana langsung berpikir untuk menemui Oroci.
'Semoga saja Oroci belum pergi terlalu jauh,' batin Yasha dalam hati.
"Yasha! Syukurlah kau baik-baik saja. Aku baru saja ingin menyusul dan menolongmu bersama mereka," ucap Oroci membuat Yasha langsung melihat wajah satu persatu orang yang sudah berkumpul di sana itu.
"Kau gila, ya! Jangan membahayakan nyawamu demi aku, Oro! Jika terjadi sesuatu padaku, daripada menolongku lebih baik kau melarikan diri dan bersembunyi. Pastikan kau aman dan-"
"Kita adalah teman, Yasha. Kenapa aku tidak boleh dan tidak bisa menolongmu. Tentu saja aku bisa melakukannya. Lagi pula aku tidak sendirian. Mereka adalah para pendukungmu. Mereka saja yang baru mengenalmu merasa tidak rela jika sesuatu terjadi padamu. Apalagi aku," ucap Oroci yang tentu saja membuat Yasha merasa terharu.
Ya, sejak kepergian Pamannya, Yasha kira ia sudah kehilangan satu-satunya keluarga yang dimilikinya. Tapi tidak. Ia memiliki keluarga lebih banyak dari yang dia kira.
"Sungguh! Kau membuatku ingin menangis, Oro. Terima kasih karena sudah peduli padaku, ya," ucap Yasha terlihat menunduk malu dan seolah sengaja menyembunyikan wajahnya yang terlihat terharu dan ingin menangis itu.
"Terima kasihnya nanti saja. Kau harus melanjutkan game nya dulu sekarang, kawan. Kau terlalu lama offline dan waktu kita semakin sedikit. Tidak ada orang yang bisa menyelesaikan game ini selain dirimu," ucap Oroci dan semua orang yang ada di sana juga terlihat mengangguk setuju membuat Yasha ikut mengangguk dan,
"Baiklah. Ayo!" ucap Yasha kemudian akhirnya berjalan duluan diikuti orang-orang yang tadi berniat menyelamatkannya itu di belakangnya.
"Tapi jelaskan satu hal padaku, kenapa selama aku pergi kau terlihat masih tetap di level 3? Seharusnya kau sudah naik level 4, 'kan? Apa yang membuatmu lama?" tanya Yasha kemudian sambil terus berjalan membuat Oroci akhirnya mau tak mau tentu saja menjawabnya demi memuaskan rasa penasaran temannya itu.
"Seperti yang kau lihat Fang saja gagal di level 3 meski dia menggunakan teknologi canggih sekalipun saat bermain game ini. Aku sendiri merasa takut akan gugur juga. Jadi aku berniat menunggumu datang untuk menanyakan bagaimana caranya kau bisa bertahan hingga sejauh ini," ucap Oroci membuat Yasha tertawa kecil dan,
"Kita bisa bicarakan hal itu nanti. Sekarang ayo kita masuk ke dalam game bersama-sama," ucap Yasha kemudian sudah bersiap berjalan ke arah cahaya yang diatasnya tertulis namanya itu tapi,
"Kami akan menunggumu di sini dan memastikan kau aman sampai selesai," ucap Oroci yang terlihat membuat semua orang mengangguk setuju.
"Baiklah. Aku akan masuk, sekarang," ucap Yasha kemudian dia berdiri di bawah cahaya yang bertuliskan namanya itu dan sedetik kemudian tubuh Yasha menghilang.
Yasha sampai di tempatnya terakhir kali saat ia sampai di level 4 dan keadaan di sana tetap sama. Langit terlihat cerah dan bunga-bunga raksasa terlihat bermekaran indah. Jangan lupakan para lebah yang beterbangan di atas sana.
Melihat isi level 4 ini, mengingatkan Yasha pada sebuah film garapan Disney yang entah apa judulnya. Dia seperti manusia mini di sana.
"Apakah aku bisa melewati mereka tanpa ketahuan? Bukankah ukuranku kecil sekali dari atas sana. Mereka pasti tidak akan menyadari kehadiranku di sini," ucap Yasha kemudian terlihat mencoba melangkah dan melewati kebun bunga raksasa itu dengan tetap hati-hati dan waspada.
"Semoga tidak ada hewan lainnya di sini. Dan jika pun ada aku mohon jangan muncul dan mengejutkanku. Aku benci saat-saat seperti itu," ucap Yasha sendiri sambil melihat sekelilingnya merasa takut.
Ya, bayangkan saja kau ada di dunia mahluk raksasa dan kau adalah satu-satunya hal yang kecil di antara semua itu. Bukankah menyeramkan. Bahkan membayangkan jika salah satu bayang bunga di sana tumbang saja, pasti akan membuat siapapun bergidik ngerti karena ukuran satu tangkai bunga itu seukuran pohon tinggi dan besar yang sudah berumur puluhan tahun.
"Apa itu seperti yang kupikirkan? Aku harus mengambil kunci yang ada di dekat ratu lebah di atas sana itu? Sungguh? Apakah tidak bisa lebih sulit lagi? Bagaiamana bisa aku melawan ratu lebah? Aku hanya sendirian sedangkan dia bisa dengan mudah memanggil pasukannya untuk membunuhku dengan mudah. Bagaimana ini?" ucap Yasha terlihat kebingungan di sana.
Yasha terlihat beristirahat sebentar dengan duduk bersandar pada akar-akar besar tanaman di sana. Ia mengecek isi inventorinya berharap sebuah ide muncul setelah melihat-lihat sebentar.
"Banyak s*****a yang sudah kugunakan dan perjalananku masih panjang. Aku tidak bisa membuang-buang senjataku lagi. Pasti ada sebuah cara untuk melewati level ini tanpa harus menggunakan s*****a dan melawan mereka," ucap Yasha sendiri terlihat berpikir keras di sana.
Yasha melihat ke atas. Ia melihat bagaimana arus lalu lalang lebah raksasa itu dan Yasha langsung bisa menyimpulkan sesuatu setelah memperhatikannya beberapa saat.
"Para lebah ini, seperti prajurit yang bertugas mengumpulkan madu. Aku tahu ini hanya dunia game tapi, pasti akan ada saatnya para lebah ini beristirahat, 'kan? Apakah aku harus menunggu saat malam untuk mengambil kunci itu? Tidak. Aku tidak punya waktu sebanyak itu," ucap Yasha kemudian terlihat kembali berdiri dan langsung mengeluarkan s*****a pisau nya. Ya. Berjaga-jaga saja siapa tahu akan ada mahluk lainnya yang tiba-tiba muncul di depannya.
Yasha terlihat berhenti saat menemukan aliran sungai yang tidak begitu besar dan juga tidak bisa disebut kecil. Ia memperhatikan kemana aliran sungai itu akan pergi dan meski samar, Yasha yakin bisa melihat pintu diujung sungai ini.
Itu berarti ia bisa menggunakan sungai ini nanti untuk sampai ke pintu yang akan membawanya ke level selanjutnya.
"Kurasa aku memiliki sebuah ide yang bagus," ucap Yasha kemudian terlihat dengan percaya diri menyeberangi sungai itu untuk sampai ke seberang.
Tanpa membuang banyak waktu, Yasha terlihat langsung mencoba mendekati ratu lebah yang terlihat seperti duduk dengan santai di sebuah singgasana tak jauh dari tempatnya itu.
Tapi mengetahui singgasana itu terletak di ruang terbuka, membuatnya ragu untuk melangkah lebih jauh karena pasti dia akan ketahuan sebelum sampai di dekat ratu lebah itu nanti.
"Apakah aku harus menggunakan penyamaran? Tidak. Menyamar seperti apapun mereka akan melihatku sebagai manusia. Lalu aku harus apa," ucap Yasha bingung sambil melihat ke sekelilingnya siapa tahu ada sebuah petunjuk yang bisa membantunya melewati game ini.
Dan saat melihat ke bawah, benar saja jika ada sebuah petunjuk yang memang sangat dibutuhkannya apalagi dalam kondisi terjrpit seperti ini.
"Kau akan tertangkap jika mereka melihatmu sebagai ancaman, tapi bagaimana jika tidak?"
Yasha terlihat bingung. Bahkan petunjuk pun harus diberikan di saat-saat seperti ini dengan kata-kata yang sepenuhnya adalah teka-teki.
"Jika terlihat... Oh, aku tahu!"
Yasha kemudian terlihat langsung menyetel sepatunya menjadi invisible dan jadilah dirinya saat ini menjadi tidak terlihat atau bisa dibilang menjadi kasat mata.
Dengan perasaan antusias Yasha langsung berjalan cepat menuju singgasana ratu lebah itu dan berfokus pada satu tujuan saja. Ia akan langsung mengambil kunci itu dan berlari sejauh mungkin setelahnya berharap para lebah itu tidak akan menyadari keberadaannya.
Tinggal selangkah lagi ia sampai dan bisa meraih kunci yang dibutuhkannya itu tapi, terasa ada yang tidak benar di sini. Entah mengapa Yasha berpikir jika tidak mungkin dia bisa mendapatkan kunci itu dengan mudahnya.
"Apa saat aku mengambil kunci ini sesuatu akan terjadi?" ucap Yasha terlihat ragu dan takut apalagi saat ini ia berada tepat di depan ratu lebah yang ukurannya lebih besar dari lebah biasa lainnya.
'Sudahlah. Daripada berlama-lama lebih baik aku ambil saja kuncinya,' batin Yasha dalam hati.
Yasha perlahan mengulurkan tangannya dan langsung mengambil kunci itu dengan mudah tapi, setelahnya sebuah hitungan mundur 15 detik muncul di tempat kunci tadi berada.
"s**l!"
Yasha langsung berlari dari sana sebelum hitungan mundur 15 detik itu selesai. Ya, membayangkan apa saja yang akan terjadi setelah hitungan mundur itu selesai membuat Yasha merasa takut.
Sayangnya sepatunya hanya bisa digunakan untuk satu kekuatan saja. Jika bisa, Yasha pun ingin mengaktifkan mode sprintnya saat ini.
"Ayolah, cepatlah. Setidaknya aku harus sampai di hutan bunga raksasa lagi. Atau aku akan mati jika mereka melihatku di tempat terbuka seperti ini," ucap Yasha terlihat terengah dalam pelariannya dan bersamaan dengan sampainya di hutan bunga raksasa, hitungan mundur 15 detik tadi juga terlihat berhenti dan kemudian terdengar seperti alarm kebakaran berbunyi memekakkan telinga memenuhi segala arah.
"Jadi bagaimana aku harus ke pintu sekarang, sementara para lebah itu terlihat bersiaga mencariku," ucap Yasha kemudian terlihat berlari dan memilih masuk ke dalam air karena satu-satunya menghindari lebah adalah dengan masuk ke dalam sana.
Meski tidak tahu apakah dia sudah melakukan hal yang benar sejauh ini, tapi Yasha berharap semua yang dilakukannya dengan penuh kerja keras itu tidak akan menjadi sia-sia nantinya.
Ia ingin tujuannya tercapai. Ia ingin semuanya berakhir dengan baik.
'Aku memang bukan seorang jenius seperti Mark dan aku juga bukan seorang pemberani seperti Pamanku tapi dengan sifat baik, semua hal yang terasa sulit akan bisa terlewati dengan mudah,' batin Yasha dalam hati.
Aliran sungai terlihat membawanya sampai ke ujung dan sekarang Yasha tepat berada di depan pintu. Yasha memunculkan sedikit kepalanya dari dalam air berniat untuk melihat apakah situasi di sana cukup aman untuknya keluar sekarang.
"Kurasa ini aman," ucap Yasha kemudian keluar sepenuhnya dari dalam air dan langsung membuka pintu itu menggunakan kunci yang tadi sudah dicurinya itu.
"Ayolah, jangan tersangkut di saat-saat menegangkan seperti ini," ucap Yasha terus berusaha membuka kunci pintu itu dan, berhasil.
Tapi nampaknya seekor lebah raksasa mengetahui keberadaannya di sana.
"Tidak! Ayo cepat keluar dari sini. Kenapa pintunya terasa berat sekali," ucap Yasha berusaha mendorong pintu sekuat tenaga dan berhasil. Dia berhasil masuk ke dalam sana dan menutup pintunya dengan cepat membuat sengatan lebah itu tertancap dan menembus pada pintu.
Yasha menelan ludahnya melihat kejadian itu. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika sampai lebah itu berhasil menyengatnya.
"Pasti akan terasa sakit jika sampai aku telat sedikit saja," ucap Yasha terlihat lelah dan memutuskan untuk menyimpan progres game nya terlebih dahulu di tempat save dan memilih untuk beristirahat sebentar.
"Tempat apalagi ini?" tanya Yasha sambil melihat sekelilingnya dengan teliti dan serius.
"Ini semua asap ataukah kabut? Aku tidak bisa membedakannya," ucap Yasha kemudian terlihat berdiri dan berniat menelusuri tempat itu sebentar.
Tapi baru saja melangkah Yasha langsung dapat melihat hal menurutnya mustahil ada di sana tapi entah bagaimana sosok itu kini berdiri dengan begitu gagah di depannya membuat Yasha merasa ingin memeluk pria itu tapi, ia tahu semua itu tidaklah nyata.
"Celaka! Ini hutan halusinasi,"
Bersambung...