Setelah berhasil kembali Yasha langsung meletakkan kartu yang berhasil didapatkannya itu di meja bundar yang tersedia untuk menyelesaikan misinya itu dan seperti yang terjadi sebelumnya, Yasha melihat sebuah bos langsung muncul dan mengisi lubang itu dan kini terlihat tulisan berbeda di sana.
Blood and Half body.
Yasha merasa lega karena kini tinggal satu lagi misi yang tersisa dan setelahnya dia selesai dengan level 11 yang sungguh menguras pikirannya itu. Emosinya seakan dipermainkan di dalam level ini. Yasha tidak menyukai itu.
"Aku sudah menemukan kepala dan setengah tubuh. Kini tinggal setengah tubuhnya lagi dan aku bebas dari tempat dan level ini," ucap Yasha kemudian melihat jam dinding sebentar di sana.
'Tinggal 3 jam lagi. Aku harus cepat,' batin Yasha dalam hati.
Yasha kemudian terlihat langsung berjalan menuju pintu ke tiga yang terbuka di sana. Itu adalah misinya yang terakhir dan Yasha sangat bersemangat sekali.
"Baiklah. Biar aku cek dimana sebenarnya flamthrower milikku itu. Kenapa dia tidak kembali saat aku sudah berada di sini?" ucap Yasha kemudian membuka inventorinya dan mengecek apakah senjatanya sudah lengkap atau tidak.
"Ternyata flamthrower itu masuk kembali ke dalam inventori. Begitu juga baju perisai itu. Karenanya aku bisa terluka saat menyelesaikan misi tadi. Baiklah. Setelah ini aku akan mulai berhati-hati," ucap Yasha kemudian melangkah masuk ke dalam pintu itu dan ternyata dia kini langsung sampai di sebuah tempat penuh orang yang tengah berdansa bersama pasangannya yang Yasha yakin itu adalah tempat les menari. Melihat ada satu orang pemandu yang berdiri di atas panggung dan sesekali berteriak pada orang-orang di sana.
"Wah... apa misiku selanjutnya berhubungan dengan menari? Lihatlah semua orang ini," ucap Yasha terlihat antusias melihat orang-orang yang menari dengan penuh riang gembira.
Tapi, sebuah pemandangan mengusiknya. Di sana, ada sosok wanita yang terlihat berdiri membelakanginya dan tengah menari sendiri tanpa pasangan yang menemani.
"Siapa dia? Mungkinkah itu Liona?" ucap Yasha kemudian berjalan maju sedikit untuk tahu siapa wanita itu dan benar saja itu Liona.
'Mungkinkah sekarang ini aku sedang berada di dalam ingatan masa lalu milik kedua sejoli itu? Apakah ini adalah scene di mana keduanya bertemu? Menarik sekali,' batin Yasha dalam hati.
Setelahnya Yasha hanya mengawasi Liona dari jauh saja di sana. Sesi belajar menari itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya kelas itu berakhir dan semua orang satu persatu pergi meninggalkan tempat itu. Tersisa Liona saja yang masih menari dengan lincah dan indahnya.
'Aku yakin sebentar lagi pria Vampir itu akan datang. Lihat! Aku benar, 'kan? Kisah mereka sudah seperti di dalam n****+ saja,' batin Yasha dalam hati.
Terlihat sang pangeran masuk ke tempat belajar menari dengan langkah yang terlihat gagah dan berwibawa sekali. Tentu saja. Begitulah seharusnya seorang pangeran. Namun pria vampir itu tidak melakukan apapun. Sejak dia masuk, pria vampir itu hanya terus memperhatikan Liona yang sedang menari di sana.
"Pangeran Carlise! Maafkan hamba karena tidak menyadari kehadiran tuanku di sini. Kalau begitu hamba pamit undur diri," ucap Liona sopan dengan sedikit membungkuk membuat pangeran itu tersenyum melihatnya dan langsung berjalan mendekati Liona di sana.
'Akhirnya aku tahu namanya. Pangeran Carlise. Cukup sulit juga untuk mengucapkannya. Aku akan tetap memanggilnya pangeran Vampir saja,' batin Yasha dalam hati.
"Kenapa ingin pergi? Bagiamana kalau kita menari bersama sebentar?" ucap pangeran itu setelah berada di dekat Liona di sana dan,
"Maafkan hamba tapi____"
"Aku memaksa," ucap pangeran Vampir itu kemudian terlihat langsung meraih tangan Liona dan diajaknya menari bersama di sana.
Lantai yang tadinya hanya berupa tanah berlapis semen secara ajaib berubah menjadi seperti papan catur yang memiliki angka.
"Lihat itu, angkanya menyala! Angka yang dilewati keduanya saat menari menyala. Itu adalah petunjuknya," ucap Yasha kemudian mencoba menghafalkan angka-angka yang menyala itu dengan serius.
Yasha masih tidak tahu apakah nanti dia juga harus menari seperti ataukah hanya berusaha menyalakan angka-angka acak yang menurutnya cukup rumit dan susah diingat itu. Yang jelas misi ini memerlukan konsentrasi tinggi.
Yasha merasa lega karena setidaknya dia tidak harus mengalami pertempuran berat yang memelahkan ataupun takut lagi akan terluka saat menyelesaikan misi ini nanti.
"Mereka pergi. Ini saatnya aku beraksi," ucap Yasha kemudian bersiap untuk melangkah melewati papan catur itu tapi,
Wushhh
Sebuah anak panah melesat cepat kearahnya setelah dia menginjak salah satu papan angka itu, tapi beruntung Yasha bisa menghindar tepat waktu.
"Woah! s**l! Ternyata jika aku salah menginjak papan angka ini maka akan ada jebakan yang siap mendatangiku saat itu juga," ucap Yasha kemudian berjalan lebih hati-hati dan kini terlihat langsung melompat pada papan angka pertama dari urutan-urutan angka yang sudah dihafalkannya tadi.
"Semoga aku menghafalnya dengan benar," ucap Yasha kemudian langsung melanjutkan langkahnya menuju angka selanjutnya dan begitu selanjutnya hingga kira-kira sudah 5 langkah Yasha sudah melakukannya dengan baik tapi, di langkah berikutnya, dia salah menginjak papan angka itu dan,
Sinar laser yang berbentuk garis lurus panjang terlihat menyala dan bergerak dari arah depannya seolah sudah siap memotongnya di sana.
"Melompat atau membungkuk?" ucap Yasha terlihat bingung tapi saat melihat jaring-jaring terlihat terbentuk dibagian atas laser itu membuat Yasha langsung menunduk dan berguling cepat untuk menghindar.
"Syukurlah. Kukira misi ini lebih mudah ternyata lebih sulit. Berapa angka selanjutnya tadi, ya. Aku lupa," ucap Yasha merasa bingung sambil terus mengamati angka-angka itu sekali lagi.
"Oh, aku tahu! Kali ini harus berhasil!" ucap Yasha terlihat antusias dan kemudian memulai melompati papan angka itu dari awal.
Terdengar alunan nada saat papan angka itu menyala dan itu cukup memudahkan Yasha yang memang mudah sekali lupa.
"Selesai! Aku berhasil!"
Yasha tersenyum senang karena dia sudah berhasil menyalakan semua papan angka itu dengan benar dan setelahnya sebuah sinar menyorotnya di sana dan bersamaan dengan itu sebuah kartu jatuh dengan gerakan lambat dari atas sana.
"Ini dia. Kartu terakhir," ucap Yasha setelah berhasil meraih kartu itu dan terlihat, kartu itu bergambar kaki Liona dan juga pangeran Vampir yang tadi menari bersama.
"Selesai sudah. Aku harus segera kembali," ucap Yasha kemudian berjalan menuju pintu yang sudah sejak tadi muncul di sana dan masuk ke dalam sana begitu saja.
Yasha berlari menuju meja besar ditengah ruangan itu dan meletakkan kartu itu di cetakan terakhir yang tersisa dan setelahnya sama seperti sebelum-sebelumnya sebuah box muncul dan mengisi ruang kosong yang ada di sana.
Half body and Happiness.
Begitulah tulisan yang ada di dalam box itu.
"Lengkap sudah. Lalu sekarang apa lagi?" ucap Yasha kemudian menunggu akan sesuatu yang mungkin saja terjadi tapi tidak ada apapun yang terjadi dan itu membuatnya tertipu.
"Aku sudah bersusah payah menyelesaikan misi ini jadi tidak mungkin semuanya akan sia-sia, 'kan?" ucap Yasha terlihat kesal dan tidak sabaran tapi tiba-tiba pria Vampir itu datang entah dari mana kemudian menarik tangannya dan diarahkannya tangan itu ke tengah-tengah meja besar itu dan,
Slashhh
Pria Vampir itu menyayat telapak tangannya hingga beberapa tetesan darah jatuh tepat di pusat meja itu dan setelahnya hal ajaib barulah terjadi.
's**l! Setelah tadi sudah membuatku menjadi pesuruhnya dengan mengumpulkan semua kotak itu, sekarang dia menggunakan darahku juga untuk membangkitkan kekasihnya. Dia kejam sekali,' batin Yasha dalam hati.
Terlihat meja bundar itu bercahaya dan tetesan darah milik Yasha tadi mengalir mengikuti ukiran meja yang ada di sana dan setelah menunggu cukup lama, akhirnya muncul sosok wanita cantik yang terbentuk dari kumpulan cahaya bulan yang masuk ke dalam ruangan itu dari langit-langit kaca yang ada di sana. Dan juga kotak-kotak yang berhasil dikumpulkannya itu terlihat menguap dengan indahnya turut menyempurnakan dan melengkapi tampilan luar dan dalam tubuh wanita itu.
"Aku tidak percaya apa yang kulihat ini. Ini seperti sihir," ucap Yasha terlihat terpukau dengan kejadian yang ada.
Setelah tubuh wanita itu terlihat sempurna, Yasha bisa melihat jelas Liona yang cantik kembali di sana. Namun wajah dan matanya terlihat berbeda. Tentu saja. Dia sudah menjadi Vampir sekarang.
"Pergilah secepatnya sebelum dia menjadikanmu makanan pembukanya," ucap pria Vampir itu berbisik padanya dan yang membuat Yasha bingung adalah dia harus pergi ke mana.
'Apakah jalan keluarnya adalah pintu utama? Benar! Lihatlah pintu itu terbuka,' batin Yasha dalam hati.
Yasha tanpa pikir panjang langsung berlari menuju pintu itu dan karena ia tahu Vampir bisa menyusulnya dengan cepat, karenanya Yasha langsung mengaktifkan mode roket pada sepatunya dan akhirnya dia berhasil sampai di sana dengan selamat.
Sekali lagi Yasha melihat ke belakang di mana pangeran Vampir dan kekasihnya itu tengah berpelukan mesra. Yasha merasa bangga pada dirinya sendiri karena berhasil menyatukan dua sejoli itu kembali bersama, mengingat ia juga melihat sendiri bagaimana perjuangan pasangan itu untuk bisa bersama.
'Meski sedikit berbau Thriller, tapi kisah ini sepertinya berakhir dengan happy ending,' batin Yasha dalam hati.
Setelah melanjutkan jalannya untuk keluar dari sana, kini Yasha sudah tiba di level selanjutnya dan lagi-lagi arena di dalam level itu menyuguhkan hutan lebat.
"Aku save dulu, sebelum melanjutkan perjalanan game ini," ucap Yasha kemudian berjalan menuju tempat save dan menyimpan progres game nya di sana.
"Apakah aku harus melanjutkan perjalanan ini atau tidak?" ucap Yasha terlihat bimbang harus terus melaju untuk menyelesaikan level 12 sekalian atau berhenti sebentar.
"Sebaiknya aku kembali sebentar dan melihat apakah Oroci dan yang lainnya akhirnya menemukan satu orang tambahan lagi atau tidak," ucap Yasha kemudian membuka pintu dan akhirnya dia keluar dari dalam game.
"Yasha! Disini!"
Teriakan Cyberops yang terdengar khas membuat Yasha bisa langsung mengenalinya dan setelahnya Yasha tentu saja langsung menghampiri teman baru yang sudah dianggapnya sebagai adiknya sendiri itu.
"Sedang apa kalian disini?" tanya Yasha saat melihat teman-temannya itu sibuk melihat-lihat banyak sekali kertas di sana.
"Ada banyak sekali kandidat yang mencalonkan diri untuk bergabung dengan geng kita dan itu membuatku juga mereka berdua bingung," ucap Oroci membuat Yasha mengangguk pelan tanda mengerti.
"Maksudku adalah kenapa tidak membawa semua ini ke markas dan kalian bisa melihat-lihat di sana. Kenapa masih di sini? Jika aku tidak salah, sudah cukup lama sejak aku pergi, 'kan? Apa kalian sengaja menungguku?" ucap Yasha mencoba memastikan dan benar saja. Terlihat ketiga temannya itu tersenyum lebar tanda jika memang benar adanya seperti itu. Mereka semua sengaja menunggunya.
"Kami tidak ingin terjadi apa-apa padamu. Kau aset paling berharga di sini. Kami tidak masalah jika harus menungguimu seperti ini. Ini bukan pekerjaan sulit," ucap Q' yang kini giliran menjawab pertanyaannya.
Akhirnya Yasha tidak bisa menjawab apapun lagi. Semua orang terlihat mencoba mendukungnya dengan cara masing-masing jadi, alih-alih menegur perbuatan teman-temannya itu, Yasha membiarkannya saja mereka melakukannya karena toh, dia merasa menjadi lebih bersemangat karenanya.
"Jadi katakan apakah kalian sudah menemukan kandidat yang bagus?" tanya Yasha yang kali ini terlihat serius.
"Entahlah Yasha. Semua orang memiliki keahlian masing-masing tapi, ada satu orang yang cukup membuat kami tertarik. Dia seorang wanita dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Kau masih ingat legenda pembalap wanita yang memecahkan rekor tahun lalu? Setelah lama tak terdengar namanya, rumor mengatakan dia kembali bermain game. Kurasa kita harus mencari tahu tentangnya lebih banyak. Dia akan berguna untuk tim kita nanti," ucap Oroci membuat Yasha mengangguk mengerti.
"Siapa namanya? Aku lupa," tanya Yasha yang benar-benar lupa dan tentu saja Oroci langsung menjawab.
"Amethyst. Namanya Amethyst,"
Bersambung...