Yasha turun dari punggung kuda itu setelah dia sampai di pulau seberang yang ternyata tempat itu berselimut es seperti pulau di kutub.
Entah mengapa setelah dia turun, kuda itu masih tetap di sana dan tidak pergi seolah menunggunya sampai dia nanti kembali lagi.
"Baiklah, kau bisa menungguku di sini. Aku akan segera kembali," ucap Yasha kemudian mengeratkan pegangannya pada selempang tasnya kemudian berjalan lebih jauh memasuki pulau itu untuk mencari pedang yang menurut peta ada di pulau itu.
"Tunggu. Mungkin saja peta itu akan bisa menunjukkan jalan padaku lagi karena lihatlah tempat ini. Di sini begitu luas. Menjelajahinya seharian tidak akan cukup," ucap Yasha kemudian terlihat mengambil petanya dari dalam tas dan berharap sesuatu muncul di sana. Meski hanya petunjuk kecil sekalipun.
"Ini dia. Tolonglah, kemana lagi aku harus pergi setelah sampai di sini?" ucap Yasha kemudian memperhatikan baik-baik peta yang dipegangnya menggunakan kedua tangan itu.
Tidak terjadi apapun di sana meski setelah beberapa menit Yasha menunggu tapi kemudian tiba-tiba saja peta yang dipegangnya itu lenyap dan hilang secara perlahan menjadi butiran debu.
"Baiklah. Tidak ada lagi petunjuk," ucap Yasha kemudian hanya bisa pasrah dan berniat menyusuri sendiri pulau yang menurutnya misterius itu.
Tidak ada tumbuhan, tidak ada apapun. Hanya ada es dan beberapa bongkahan es retak dan jatuh berserakan dimana-mana.
"Semakin ke dalam terasa semakin dingin. Semoga tidak ada monster di sini," ucap Yasha terlihat terus berjalan sambil memeluk dirinya sendiri.
Yasha berjalan dengan hati-hati karena di sana cukup gelap. Memasuki lorong yang terbentuk dari retakan 2 bongkahan es besar, Yasha merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ada sesuatu yang seperti mengintai di belakangnya sejak tadi.
"Aku bukan manusia es. Ayolah, aku hampir beku karena di sini," ucap Yasha berbasa-basi sebelum akhirnya berlari karena merasa sesuatu mendekat ke arahnya dengan kecepatan luar biasa dari arah belakang.
"Siapapun tolong aku!!!!!!"
Yasha terus berlari dan benar saja sesuatu tengah mengejarnya di belakang. Dia tidak bisa melihat apapun karena gelap. Jadi dia hanya fokus terus berlari sejauh mungkin, meski dia sendiri belum tahu mahluk apa yang sebenarnya sedang menngejarnya itu dan,
"Aaaaaaaaaaa...."
Yasha langsung berteriak saat dia tanpa sengaja jatuh dan masuk ke dalam lubang cukup besar yang dikiranya adalah jebakan.
Yasha tidak mengira lubang itu akan sangat dalam. Entah lubang itu akan membawanya kemana tapi yang pasti sekarang adalah Yasha merasa sangat kedinginan. Sungguh.
Bugh..
Yasha jatuh tersungkur dan tubuhnya terlihat berguling cukup jauh setelah akhirnya lubang perosotan es itu habis. Entah sedang berada di mana dia sekarang.
"Tamat sudah. Aku tidak tahu sedang di mana sekarang. Bagaimana caraku naik lagi nanti? Apakah merangkak lewat lubang ini?" ucap Yasha terlihat menggerutu kesal karena ya, bayangkan saja sudah berapa lama dia bermain di dalam level 9 itu dan kesulitan apa saja yang sudah dihadapinya di dalamnya. Sungguh melelahkan sekali.
Yasha melihat sekelilingnya di sana. Terlihat beberapa tiang es yang tampak cantik untuk menyangga langit-langit es di atas sana. Yasha merasa dia tengah berada di sebuah kastil es raksasa sekarang. Mungkin saja tadi dia masuk lewat jalan rahasia. Bisa jadi seperti itu.
"Lagi pula mahluk apa sebenarnya yang mengejarku tadi? Menyebalkan sekali," ucap Yasha sekali lagi menggerutu kesal sebelum akhirnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.
Meski merasa asing dan takut dengan tempat baru itu karena menurut Yasha, tempat yang besar, itu berarti pasti mahluk yang tinggal di dalamnya juga besar. Sungguh. Jika bukan karena pedang itu dia tidak akan mau datang ke sana.
'Jika aku bersuara sedikit saja di sini, pasti akan menggema sampai jauh ke sana,' batin Yasha dalam hati.
Yasha terus berjalan dengan hati-hati mencari jalan keluar atau apa saja yang bisa ditemukannya di dalam sana karena dia terlanjur terjebak di sana. Mengingat perjalanan menuju ke sana tidak mudah, pasti memang ada sesuatu berharga yang tersembunyi dalam tempat itu.
Yasha langsung bersembunyi saat melihat sesuatu bergerak tidak jauh di depannya. Perlahan Yasha mengintip dari tempatnya bersembunyi itu, berusaha mencari tahu apa yang dilihatnya tadi.
"Astaga...."
Yasha terkejut saat melihat di depan sana ada mahluk raksasa menyeramkan yang tubuhnya ditumbuhi penuh bulu berwarna putih yang tampak keriting tak terurus.
Yasha terlihat menunggu mahluk raksasa itu berbalik agar dia bisa melihat wajah dan tampang depan dari mahluk itu dan ternyata,
"Monster manusia salju? Haruskah aku menyebutnya begitu?" ucap Yasha setelah melihat bagaimana rupa monster itu sebenarnya.
Yasha tidak mengerti apa yang dilakukan monster sebesar itu di sini. Dan dia terus bertanya-tanpa perlukah dia melawan monster itu untuk bisa keluar dari sana?
'Di sini ada monster raksasa dan di sana aku nanti harus berhadapan dengan Leviathan yang ganas juga. Apa tidak ada yang lebih sulit lagi?' batin Yasha dalam hati.
Yasha memperhatikan monster yang berada tidak jauh di depannya itu sekali lagi dengan lebih teliti. Ada sesuatu yang menganggunya di mana terlihat monster itu seperti tidak melihat sekelilingnya dan hanya mengandalkan pendengarannya saja di sana. Dan karena penasaran, Yasha langsung mencobanya untuk memastikan apakah benar anggapannya itu.
Dengan berani Yasha keluar dari tempat persembunyiannya dan kemudian terlihat berjalan mendekati raksasa itu.
Tentu saja Yasha tidak bodoh dan menggunakan dirinya sendiri untuk umpan. Dia melihat sekelilingnya dan menemukan apa yang dicarinya.
Yasha mengambil es batu kecil yang tadi ditemukannya itu dan kemudian dengan percaya diri langsung melemparnya ke arah yang berlawanan dengannya saat ini dan ternyata yang terjadi adalah,
"Sudah kuduga," ucap Yasha senang saat melihat bagaimana moster itu langsung memukul dengan kuat es batu kecil yang dilemparkannya tadi hingga hancur.
Kekuatan monster itu ternyata tidak main-main. Yasha menjadi takut untuk melanjutkan perjalanannya lebih jauh lagi.
"Tunggu. Mungkinkah itu adalah pedang yang kucari?" ucap Yasha terlihat senang saat melihat benda pusaka yang terlihat mengkilap indah tidak jauh dari tempat monster itu berada saat ini.
'Aku tidak mau dan tidak akan bisa jika harus melawannya. Karenanya aku akan diam-diam mengambil pedangnya dan kemudian pergi melarikan diri saja. Namun entah ke mana aku harus melarikan diri nanti tapi, sekarang aku harus mendapatkan pedangnya terlebih dahulu,' batin Yasha dalam hati.
Misinya mengendap-endap pun dimulai.
Pertama Yasha terlihat mengaktifkan mode melayang pada sepatunya terlebih dahulu karena dia tidak mau mengambil resiko dengan berjalan biasa dan akhirnya ketahuan.
Yasha melayang dengan posisi rendah dan dengan hati-hati menuju tempat pedang yang dilihatnya tadi berada.
'Semoga saja dia tidak menyadari keberadaanku,' batin Yasha dalam hati.
Ternyata idenya untuk melayang tadi sangat bagus. Yasha berusaha sebaik mungkin untuk tidak membuat suara sekecil apapun karena sungguh dia ingin segera keluar dari tempat itu.
'Aku bisa... sedikit lagi...' batin Yasha dalam hati.
Nafas Yasha seakan tertahan saat dia sekarang tepat berada di belakang monster itu.
Yasha dengan hati-hati kemudian turun saat kini sudah berhasil mencapai pedang itu namun, dia kembali dibuat bingung harus bagaimana lagi karena ukuran pedangnya ternyata cukup besar dan dia akan kesulitan untuk membawanya nanti.
"Sekarang bagaimana. Aku tidak mau terjebak selamanya di sini," ucap Yasha bingung tapi kemudian dia langsung saja merasa seneng bukan main saat melihat ada sebuah petunjuk di dinding batu es yang saat ini menopang pedang itu.
'Pegang pedang itu dan lihat, apakah kau yang terpilih, atau kau yang terkutuk seperti yang lainnya,'
Yasha tidak mengerti apa maksud sebenarnya dari petunjuk itu tapi setelah melihat sekelilingnya dan memperhatikan dengan baik, ternyata banyak sekali patung batu es berwujud manusia di sana yang Yasha tebak adalah orang-orang terdahulu yang mencoba mengambil pedang itu tapi ternyata tidak bisa.
'Bagaimana bisa game menjadi sedetail ini? Patung es batu? Dia kira aku akan takut setelah melihat patung batu itu?' batin Yasha dalam hati.
Tapi ya, memang benar adanya jika Yasha merasa sedikit takut setelah melihat semua itu. Entah pergi ke mana ra percaya diri yang dimilikinya tadi.
"Aku yakin aku bisa. Coba saja," ucap Yasha kemudian kembali melayang lagi untuk mencoba mengambil pedang pusaka itu tapi,
Entah berasa dari mana, terdengar bunyi suara yang cukup mengganggu dan jelas saja membuat monster itu menjadi kebingungan dan panik.
Yasha sendiri menjadi mengurungkan niatnya dan memilih untuk mencari tahu lebih dulu dari mana dan siapa yang membuat suara-suara itu.
"Astaga! Mereka itu apa? Kenapa banyak sekali?" ucap Yasha terlihat kebingungan melihat sekumpulan mahluk seperti serangga yang berukuran cukup besar muncul dari berbagai penjuru tempat seolah memang datang untuk berkumpul di tempat itu dan mengepungnya dari segala arah.
Yasha merasa kasihan pada monster penjaga pedang itu. Memang benar jika monster itu menakutkan tapi dengan membuat pendengaran monster itu sakit karena suara-suara bising seperti itu adalah perbuatan yang sangat jahat dan tidak manusiawi.
Akhirnya karena merasa kasihan Yasha berniat melawan para serangga itu terlebih dahulu.
"Kurasa aku memiliki s*****a yang bagus untuk mereka semua," ucap Yasha kemudian terlihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan langsung melemparkannya pada kawanan serangga yang mengganggu itu.
Boom
Setelah bunyi ledakan kecil keluar, terlihat asap putih tebal keluar dari benda yang dilemparnya tadi membuat Yasha tersenyum kecil dan merasa senang karena ternyata masih ada benda Cedric yang berguna setelah tadi rumput laut yang dikatakan akan membuatnya bisa bernafas di dalam air itu gagal total. Atau mungkin Cedric sengaja melakukannya agar Yasha menjadi lebih berani dan tidak khawatir saat masuk ke dalam air? Entahlah.
Yasha kemudian melemparkan s*****a yang dimilikinya itu lebih banyak lagi hingga para serangga tadi terlihat terkapar tak berdaya di lantai entah sudah mati ataukah hanya tidak sadarkan diri untuk sementara waktu nanti.
'Ini saatnya. Aku akan mengambil pedangnya dan pergi,' batin Yasha dalam hati.
Yasha kemudian terlihat langsung mengambil pedang itu dan ternyata berhasil dengan mudah meski awalnya dia khawatir akan menjadi salah satu patung es batu seperti yang lainnya.
Tapi sungguh, pedang itu sangat-sangatlah berat hingga membuat Yasha merasa kesulitan untuk membawanya.
Terlihat atap langit-langit bangunan itu mulai runtuh dan Yasha lupa untuk mengantisipasi hal itu. Sekarang dia merasa kesulitan antara berusaha menghindar dari reruntuhan es itu dan menjaga pedangnya agar tetap dalam genggamannya.
"Bagaimana cara pergi dari sini?" ucap Yasha kemudian melihat celah kecil di atap sana dan dia merasa bisa keluar dari sana.
Yasha mengaktifkan mode roket turbo pada sepatunya agar dia bisa terbang ke atas sana bersama pedang yang dipegangnya itu tapi, pedang itu masih tetap terlalu berat, membuatnya naik dengan sangat pelan.
Yasha melihat monster penjaga pedang tadi sudah melarikan diri dengan membuat lubang di lantai es itu dan masuk ke dalam air.
Ternyata bagian bawah tempat itu adalah lautan. Ternyata tempat itu berada dibawah air.
"Oh, tidak. Airnya mulai naik. Astaga! Ayo cepatlah. Kenapa pedang ini terlalu berat?" ucap Yasha terlihat berusah payah membawa pedang itu menuju atas sana. Dan tinggal sedikit lagi akhirnya dia bisa keluar dari tempat itu.
"Jangan bilang sepatuku rusak? Di saat seperti ini? Ayolah!"
Yasha merasa panik saat melihat sepatunya terlihat berkedip seperti akan mati sebentar lagi dan benar saja, sepatunya tiba-tiba mati.
"Aaaaaaaa..."
Yasha berteriak panik karena berpikir akan jatuh lagi ke bawah sana akan tetapi siapa yang menyangka jika ada mahluk seperti kelinci terbang besar yang datang dan dan langsung meraih tangannya di sana.
Akhirnya Yasha selamat.
Yasha menghembuskan nafasnya merasa lega karena mahluk itu menyelamatkannya tepat waktu. Akhirnya setelah perjalanan panjang dia mendapatkan pedang itu sekarang. Sebentar lagi dia akan bisa menyelesaikan level itu. Sekarang tinggal bagian tersulitnya.
Mengalahkan Leviathan.
Bersambung...