3. Sweety Girl

1379 Kata
-Villa Remington Wilbert Baru saja mobil tiba di depan Villa, Axton langsung membawa wanita yang ternyata Reina keluar dari mobil dan pintu Villa sudah dalam keadaan terbuka. Di dalam Villa Kepala pelayan beserta pelayan lain telah menunggu kedatangannya. “Selamat Datang Tuan Axton saya Kepala pelayan Villa ini, panggil saja saya Bibi An”. Sapa kepala pelayan yang bernama Bibi An. “Apa kau tidak melihat ada wanita terluka di tanganku? Berhenti basa basinya, cepat panggil Dokter, siapkan pakaian bersih. Bantu dia untuk membersihkan diri dan siapkan makan malam sekarang juga!”. Tegas Axton, “Baik Tuan, sesuai perintah anda. Tuan, Salah satu pelayan akan mengantar anda menuju kamar tamu”. Jawab Bibi An tegas, meski sebelumnya merasa bersalah karena tidak melihat kondisi yang terjadi. Pelayan bawahan Bibi An datang, "Tuan.. Mari saya antar anda ke kamar tamu". Katanya sopan. Ia berjalan didepan Axton untuk menunjukkan bagian kamar tamu. Dengan setengah panik, Axton segera membawa Reina menaiki tangga. Tepat di samping tangga ada sebuah kamar yang di khususkan untuk tamu tertentu. Tepat dikamar luas dengan ornamen khas, berpadu dengan desain yang terbilang elegan Axton membawa Reina dan membaringkan Reina di kasur agar para pelayannya mengurusnya. Axton yang memperhatikan setiap inci dari gadis yang belum ia ketahui identitasnya melihat ada luka goresan peluru yang cukup dalam. "Wanita yang tangguh! Dia masih bisa bertahan dengan tubuh penuh luka lebam dan goresan peluru. Dia sudah kehilangan banyak darah!". Axton melihat kearah pelayan dengan tatapan tidak bersahabat. "Pelayan! Apa dokternya belum datang juga? Dia sudah kehilangan banyak darah!". Kata Axton meninggikan suaranya. "Pelayan, urus wanita ini. Beri pertolongan pertama sebelum dokter datang!". Perintah Axton yang masih geram. Masih banyak hal yang harus Axton lakukan, dengan perasaan setengah tak tega ia menyerahkannya pada para pelayan. Axton yang melihat kemejanya kotor mengkibas-kibaskan lengan serta kerah bajunya yang terkena darah dan kotoran lumpur. Axton melangkah ke ruangannya yang berjarak satu ruangan. Dibelakangnya Ken menyusul dan menghentikan langkah Axton. “Tuan, saya ingin memberitahu! Sebentar lagi dokter akan tiba di Villa ini. Apakah Tuan ada perintah lain?”. Tanya Ken. “Atur ulang jadwalku untuk besok, tunda semua pertemuan dengan para kolega dan atur di lain waktu, Aku ingin melihat keadaan sekitar. Ohya.. Segera buat koneksi khusus untuk menghubungi markas Dragon Knight, pastikan tidak ada yang curiga. Jangan sampai kita dicurigai di Negara orang!”. “Baik Tuan, saya akan melaksanakannya. Tuan boleh saya berkata jujur? Apakah anda sadar hari ini anda terlihat tidak seperti biasanya? Anda meminta saya mengatur ulang jadwal penting hari esok hanya untuk melihat keadaan sekitar bukankah itu alasan yang terlalu konyol?”. Tanya Ken ragu-ragu, meski niat Ken hanya untuk memastikan asumsinya tapi melihat perangai Axton tidaklah semudah itu. Seketika Axton menatap Ken tajam, antara merasa tersindir dan tidak terima dengan perkataan Ken sedikit memancing emosi Axton yang belum mereda. “Diam kau Ken, jangan coba-coba untuk menebak apa isi hatiku! Terlebih lagi berasumsi hal yang tidak berguna. Aku harap kau mengingatnya baik-baik!”. Tegas Axton. Dari arah tangga seorang pelayan datang bersama dengan Dokter menghampiri Axton. “Tuan, beliau adalah Dokter yang baru saja di hubungi”. “Antar Dokter tersebut ke kamar tamu untuk memeriksa keadaan wanita itu”. “Baik Tuan”. Pelayan tersebut mengantar Dokter menuju kamar tamu. -Di kamar tamu Pelayan mengantar Dokter ke kamar Reina, "Dok, dia adalah wanita yang Tuan selamatkan. Ada yang bisa saya bantu?". Tanya pelayan. Dokter memeriksa kondisi Reina dan memasangkan selang infus padanya. Dengan berbagai alat medis yang digunakan, Dokter membersihkan beberapa luka dan luka goresan peluru dan masang perban di pergelangan tangannya. Beberapa menit berlalu, Axton datang untuk melihat hasil pemeriksaan. “Dok, bagaimana kondisinya saat ini?”. Tanya Axton, dia mendekat ke arah Reina. Dokter yang baru selesai mengobati Reina mengemasi alat medisnya dan mundur beberapa langkah. “Kondisinya cukup memprihatinkan, selain luka lebam serta goresan peluru yang ada di tubuhnya. Kondisi kesehatannya memburuk karena kurangnya suplai makanan bergizi selama berbulan-bulan. Nona ini bahkan mengkonsumsi obat bius dan lainnya dalam jangka panjang. Tapi beruntung tubuhnya kuat, saya akan memberikan resep obat untuk menetralkan efek dari penggunaan obat-obatan yang pernah dikonsumsi”. Papar Dokter. “Lalu kapan dia akan mulai siuman?”. “Seharusnya sebentar lagi, karena kondisinya sudah mulai stabil” “Terima kasih Dok… Pelayan! Antar Dokter keluar”. Perintah Axton pada pelayan yang berjaga di depan pintu. “Baik Tuan”. Jawab si pelayan. “Dokter, mari saya antar ke depan. Resep yang anda tulis bisa anda serahkan ke saya”. Kata pelayan, dia mengantar Dokter ke luar dari kamar tamu. Keadaan kamar mulai sunyi hanya ada Axton yang menemani Reina yang belum siuman dari pingsannya. Axton mulai memperhatikan wajah Reina, ia menyampirkan rambut yang menutupi mata indah Reina. Semakin dalam Axton memandang membuat Axton semakin ingin mengetahui siapa gadis manis yang ada di depan matanya. ‘Lekaslah sembuh Sweety Girls'. Batin Axton, dia mengecup kening Reina sebelum akhirnya meninggalkan kamar. Disaat Axton akan beranjak dari tempat duduknya, tiba-tiba Reina memegang erat tangan Axton. “Jangan pergi, jangan tinggalkan aku sendiri...”. Gumam Reina. Tanpa Reina sadari dia meneteskan air mata. “Sweety girls, apakah kau sedang bermimpi buruk, bahkan sampai meneteskan air mata?” Axton menyeka air mata Reina yang membasahi wajahnya. “Baiklah, aku tidak akan pergi. Tidurlah dengan nyenyak sweety girl”. Axton akhirnya duduk kembali dan membiarkan wanita yang ada disampingnya memegang erat tangannya. Tok.. Tok.. Ken masuk membawa laptop dan dokumen beserta jadwal untuk hari esok. Dia menyerahkan barang yang dibawanya pada Axton. “Tuan, jadwal yang anda minta sudah saya perbaharui. Mengenai pertemuan dengan kolega sudah saya tunda seluruhnya. Dan satu lagi, saya telah menghubungi Markas Dragon Knight. Saya pastikan tidak akan ada yang menemukan lokasi tempat ini. Ada lagi yang ingin Tuan sampaikan?”. Tanya Ken. “Tidak perlu, kau boleh keluar”. Axton membuka laptop untuk melihat data mengenai pemantauan di Distrik B. Tidak lama setelah Reina merasa tenang, Reina yang sudah pingsan selama seharian perlahan membuka mata dan orang yang pertama di lihatnya adalah sosok pria asing yang belum pernah dia lihat. “Dimana aku? Seingatku.. Aku baru saja kabur dan terjatuh ke jurang. Bagaimana bisa sampai di tempat seperti ini?” Gumam Reina. Dia memandang kearah sekeliling. ‘Kamar yang begitu mewah. Dia pasti bukan orang sembarangan'. Batin Reina berasumsi. Axton yang tengah duduk di kursi dengan Laptop di tangannya menghentikan aktivitasnya. Dia melihat ke arah Reina yang terlihat kebingungan. “Kau sudah sadar Nona?”. Reina bangun dari tidurnya untuk bersandar. “Siapa kau? Bagaimana aku bisa ada di tempatmu?. Oh.. Atau jangan-jangan kau juga sama biadabnya seperti pria yang lain?”. Cerocos Reina ketus. Axton meletakkan laptopnya dan duduk diatas ranjang di samping Reina, ia tersenyum melihat tatapan tajam Reina, seolah Reina memiliki daya tarik tersendiri dari setiap tingkah lakunya. “Apakah seperti ini caramu berterima kasih pada penyelamatmu Nona?. Bukankah sikapmu ini terlalu arogan?”. “Dengar! Di dunia ini semua pria b******k! Seenaknya mempermainkan wanita. Memang di mata kalian wanita itu seperti pakaian! Jika sudah bosan seenaknya kalian buang. Benar-benar menjijikkan!”. Umpat Reina dengan emosi berapi-api. “Hnng.. Nona, apa seperti ini caramu berbicara pada seorang pria? Pantas saja semua pria mencampakkanmu. Mulutmu bahkan lebih mematikan daripada bisa'!”. Axton mendekatkan wajahnya tepat di depan Reina hingga membuat Reina tersentak. “Dengarkan baik-baik Nona! Bersikaplah dengan lebih bijaksana. Jika aku pria b******k seperti yang kau bayangkan, Maka aku tidak akan mengelaknya. Tapi untuk saat ini tubuhmu yang terlihat rata, bahkan tidak lebih bagus untuk dipandang sebagai wanita!”. Kata Axton pelan namun penuh penekanan. Sontak Reina mengerutkan kening, dia mendorong Axton ke belakang. Perasaan jengkel keluar begitu saja mendengar perkataan Axton. “Jangan mendekat!!! Kau benar-benar pria b******k” Teriak Reina. ‘Pria kurang ajar ini! Dia bilang tubuh rataku ini bahkan tidak bisa dipandang sebagai wanita! Apakah otakmu perlu aku cuci bersih..!!!’. Batin Reina kesal. Axton tersenyum simpul melihat betapa imutnya wanita yang ada didepannya ketika sedang marah. “Nona manis, aku sudah menyiapkan makan malam untukmu. Turunlah jika kau merasa lapar, aku menunggumu untuk makan bersama”. Sejurus telah Axton keluarkan, ia keluar dari kamar Reina dan membiarkannya sendiri untuk merenungi setiap perkataannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN