17 : 1st Birthday Keagan

1181 Kata
••• Sedari pagi semua penghuni rumah seakan dibuat kerepotan untuk acara ulang tahun pertama si kecil Keagan. Reya sedang bersiap-siap akan mengambil cupcake di toko kue yang dari seminggu lalu sudah di bookingnya. Acara ulang tahun dengan tema astronomi itu akan diadakan sore nanti selepas ashar. Tidak hanya teman-teman sebaya Keagan saja yang diundang. Melainkan anak-anak yang merupakan teman Radinka di sekolahnya pun turut diundang. "Ayah bunda pamit ambil cupcake sama tart di toko kue yang kemarin ya," Reya meminta izin pada Daffa yang sedang bermain bersama keempat anaknya diruang keluarga. "Yaudah hati-hati ya, sama pak Kasman kan?" "Iya sama pak Kasman," Reya mencium tangan Daffa, lalu mencium pipinya. Dirinya beralih menatap Radinka yang sedang sibuk bermain iPad diatas kursi. "Teteh ikut bunda nggak?" Radinka mendongak, menatap Reya yang sudah rapih dengan blouse berwarna pink pastel dan celana bahan berwarna abu-abu. Sedangkan kerudung nya senada dengan celananya. Kakinya dibalut oleh sandal wedges bertali belakang, membuat penampilan Reya terlihat cantik di mata Daffa. "Bunda mau kemana?" "Bunda mau ambil cupcake sama tart, teteh ikut ngga?" "Ikut bunda!" Radinka langsung menaruh iPad-nya diatas sofa. Menghampiri Reya yang sedang mencium Qila dan Qira. "Ayo pakai sandal buruan," titah Reya. Radinka berlari mengambil sandal jepit berwarna pink lalu memakainya. Radinka menghampiri adik-adiknya lalu menciumi pipi mereka satu persatu. "Dadah dedek kembar! Dadah dedek ganteng!" Setelahnya Reya menggandeng tangan Radinka dan membawanya ke garasi. Sesuai jadwal, mereka akan ke toko kue. ••• Reya menaruh cupcake dan dua tart diatas meja makan. Daffa menghampiri nya lantas memeluk Reya dari belakang. Menciumi bahu wangi perempuan itu. "Sayang ada mbak Tiwi sama Yoona," bisik Reya. Tapi Daffa masa bodoh. Ia tidak melepaskan pelukannya, malah memeluk Reya semakin erat. "Bagus banget itu," komentar Daffa. Reya tersenyum. "Iya dong! Siapa coba yang pilih?" Reya membalikan tubuhnya ke arah Daffa, menangkup pipi prianya sambil menatap mata hitam legam Daffa. Daffa melingkarkan lengannya pada pinggang Reya, netranya menatap bibir dan mata Reya secara bergantian. "Mmm tukang becak?" "Ih bukan! Masa tukang becak!" Daffa tertawa. "Oh bukan, terus-terus siapaa dong?" "Aku!" Cup Reya mencium pipi Daffa cepat. Tangan Reya merambat ke leher Daffa lalu mengalung indah di leher suaminya. Dan tanpa aba-aba, mereka berciuman. Reya meremas rambut Daffa, sedangkan Daffa menahan tubuh Reya agar tidak menyentuh meja makan. Mbak Tiwi dan mbak Yoona yang melihat adegan itu secara live pun menjadi gugup. Kedua gadis itu segera meninggalkan dapur. Namun belum sempat mereka meninggalkan dapur, Yoona menyenggol gelas plastik sehingga gelas itu jatuh dan berbunyi cukup keras. Daffa dan Reya sontak saja menyudahi permainan bibir mereka. "Duh bu, pak, maaf ya. Saya ngga sengaja," sesal Yoona. Daffa memandang Yoona dengan pandangan dingin, sedangkan reya mencengkram kaus Daffa karna malu. "Yaudah ngga papa. Lain kali jangan gitu," peringat Daffa. Mbak Yoona segera mengangguk, lalu mengikuti mbak Tiwi untuk ke belakang. "Kamu sih ih!" Kata Reya. "Kok aku hhm?" Daffa mengusap kerudung Reya dengan sayang. "Ya kamuuuu! Cium-cium aja!" "Hehe, maaf dong. Tapi kamu suka kan?" Reya tersenyum malu-malu. Pun begitu ia tetap mengangguk. Membuat mereka tertawa. Daffa kembali terfokus kepada cupcake dan juga tart yang baru saja diambil oleh istrinya di toko kue.  "Aku boleh minta satu ngga?" Tanya Daffa kepada Reya yang sedang memasukan tart ke dalam lemari pendingin. "Boleh, tapi jangan yang itu ayah. Ini bunda ada satu lagi kok," Reya menyerahkan kotak berisi cupcake itu kepada Daffa. "Ini tart nya cuma satu Bun?" Daffa memandangi tart satu tingkat dengan hiasan planet serta bintang-bintang di depannya. Tangannya memutar kotak itu, lantas tertawa. "Kok lucu sih?" "Iya dong kan aku!" Daffa tertawa. Ia kembali mengambil cupcake, kali ini cupcake dengan hiasan planet mars yang ia makan. "Oiya bun, tadi aku tanya kamu belum jawab euy." "Eh?" Reya mengalihkan tatapannya dari kotak kue jadi menatap Daffa. "Kamu nanya apa ayah? Maaf tadi aku ngga konsen," "Itu tart nya cuma satu? Kita pesen dua kan?" "Iya dua. Yang satunya nanti kata dia. Dianter kesini, soalnya kan tingkat jadi ngga bisa aku bawa tadi." "Oh gitu," Setelahnya, Daffa kembali terfokus pada cupcake ditangannya. ••• Suara tawa dari segerombolan anak-anak kecil terdengar memenuhi pekarangan belakang rumah Daffa dan Reya. Pesta ulang tahun dengan tema astronomi itu benar-benar membuat semua orang yang datang kesini menjadi senang dan terhibur. Daffa, Reya, Keagan, Qila, Qira, dan Radinka memakai pakaian yang sama. Pakaian berupa kostum astronot berwarna putih dan juga helm berwarna putih itu terlihat lucu dimata para undangan yang hadir. Mama Nur, papa Viko, Nara, Farhan, Diffa, dan juga Rayyan ikut memakai kostum astronot. Di tengah-tengah Daffa Reya bersama Keagan dan ketiga putrinya tengah bersiap-siap akan meniup lilin di tart yang memiliki dua tingkat tersebut. Di pojok sana Rayyan sudah memegang kamera mirrorless ditangannya. Siap membidik keluarga Daffa dengan sempurna. Happy birthday to you Happy birthday to you Happy birthday, happy birthday Happy birthday Keagan! "Tiup lilin!" Tiup lilinnya Tiup lilinnya Tiup lilinnya sekarang juga! Sekarangggg Jugaaa Sekarang juga! Dalam hitungan ketiga, api diatas lilin itu padam. Keagan tertawa lebar. Memperlihatkan giginya yang sudah ada enam. Tangannya saling bertepuk, sedangkan reya dan Daffa kompak mencium pipi Keagan di kiri dan kanan. Dan saat itu juga Rayyan membidik kameranya ke arah keluarga itu. "Sip A!" Teriak Rayyan. Acara berjalan sempurna, setelah acara tiup lilin dan pemotongan tart selesai, para tamu undangan di persilahkan untuk duduk dan makan di kursi yang sudah disiapkan.  Radinka berdiri sambil menggandeng tangan mbak Yoona. Ditangannya sudah ada cupcake dengan hiasan planet Merkurius yang sudah tergigit setengahnya. Radinka menggoyang-goyangkan tangannya, membuat mbak Yoona menatap anak majikannya dan berjongkok. "Kenapa teteh?" "Itu mbak, disana ada anak lagi diem. Dia kenapa ya?" Mbak Yoona mengedarkan pandangannya dan berhenti ketika menemukan sosok anak laki-laki berambut pirang sedang terdiam menatap segerombolan anak kecil yang berlari-lari maupun memainkan balon berbentuk planet di sana. Sebelah tangan anak laki-laki itu masuk ke dalam saku jeans nya. "Itu ya teh? Mbak juga ngga tau. Kayanya dia lagi sedih, deh." Yoona menatap Radinka yang terlihat berkaca-kaca. Memang, anak sulung majikannya ini begitu perasa. Radinka menatap mbak Yoona lalu menatap anak laki-laki itu secara bergantian. "Anterin aku ambil cupcake lagi yuk mbak!" "Teteh mau apa?" "Udah ayo mbak anterin aku ajaa!" Radinka menarik tangan Yoona agar mengikuti nya. Anak perempuan dengan kostum astronot itu mengambil satu cupcake dengan hiasan planet Saturnus diatasnya. Setelah cupcake itu berada ditangannya, Radinka menarik mbak Yoona untuk mengikutinya kembali. Dengan langkah pelan namun pasti Radinka mendekati anak itu. Tangannya menyodorkan cupcake kehadapan anak laki-laki pirang itu. "For you!" Anak laki-laki itu memandang Radinka bingung. Sedangkan Radinka menarik tangan anak itu dengan sedikit memaksa. "Take it please! Kata mbak Yoona kamu sedih, bener ngga?" "Nggak!" "Ih boong! Udah ayo ambil! Aku udah ambilin ini untuk kamu!" Anak itu memandang tajam mata Radinka. Sedangkan Radinka hanya mencebikkan bibirnya sambil tetap menyodorkan cupcake ke hadapan anak laki-laki pirang didepannya. "Thanks," Radinka menyunggingkan senyum manisnya. "Urwell!" "Nama kamu siapa?" Tanya Radinka. Anak itu menatap Radinka sambil menggigit cupcake itu dengan lahap. "Arsean Noah Adyatma. Everybody called me Noah, but I dont like that. So you can call me Sean." "Hi Sean! I'm Dinka!" Lalu perkenalan tanpa sengaja itu membawa petaka dikemudian hari. Baik bagi Radinka ataupun Sean. Kita lihat saja nanti. ••••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN