Jakarta, kediaman Ayunda. Ayunda sangat kaget ketika dirinya mendapatkan telepon dari pihak sekolah. Pihak sekolah menyuruh dirinya untuk menghadap kepala sekolah besok pagi karena Eril baru saja menampar seorang murid perempuan di sekolah itu. Ayunda terhenyak di atas kursi kebesarannya seraya memegang kepalanya yang mulai berdenyut. “Ada apa, Bu? apa ada masalah?” tanya Meli—asisten Ayunda. “Eril …,” jawab Ayunda dengan suara lirih. “Ada apa dengan Eril, Bu?” “Ia baru saja menampar temannya di sekolah. Aku disuruh menemui kepala sekolah besok pagi.” “Menampar temannya? Maaf, Bu. Meli yakin pasti temannya itu yang mengusilinya lebih dahulu. Meli yakin kalau Eril tidak akan melakukan hal itu tanpa ada yang memancingnya. Eril itu anak yang baik, bahkan sangat baik. Ia juga ramah dan t