bc

ISTRI KE TIGA MAS REI

book_age18+
1.7K
IKUTI
17.9K
BACA
forced
single mother
drama
sweet
bxg
city
polygamy
husband
passionate
sacrifice
like
intro-logo
Uraian

Ayunda terpaksa menerima pinangan seorang pria bernama Rei setelah ia ditinggal mati oleh suaminya.

Rei merasa kasihan kepada Ayunda karena harus berjuang sendiri membesarkan ke dua anaknya. Apa lagi anak-anak Ayunda bersekolah di sekolah swasta yang tentu saja membutuhkan biaya besar. Belum lagi cicilan mobil dan rumah yang harus ia pikirkan setiap bulannya.

Namun, apakah Ayunda sanggup menjalani hidup sebagai istri ke tiga?

Apakah ke dua istri Rei sebelumnya mau menerima Ayunda?

Secara fisik, Ayunda memang lebih cantik dan lebih muda dari ke dua istri Rei sebelumnya, Ayunda juga dikenal wanita yang smart dan cerdas.

Apakah Rei mampu bersikap adil terhadap ke tiga istrinya, atau ada yang harus mengalah?

==============

Cover Information

Image : Pixabay (free)

Font : GridArt App

Edit with : Photo Blender App + GridArt App

chap-preview
Pratinjau gratis
Gelap
Jakarta, akhir Maret 2022. Ayunda tersentak ketika sepasang tangan kekar itu tiba-tiba saja melingkar di ke dua pinggangnya. Wanita yang baru saja kehilangan suami pada akhir Januari lalu, segera melepaskan tangan itu dan membalik tubuhnya. “Mas, apa-apaan kamu!” ketus Ayunda. Wanita itu segera menghindar dan menjauh. Pria bernama Reindra yang sudah menaruh hati kepadanya jauh sebelum Rudi—suami Ayunda—meninggal dunia, segera meraih tangan Ayunda dan memasukkan tubuh wanita cantik itu ke dalam pelukannya. “Ayunda, ayolah ... bukankah aku sudah mengutarakan niat baikku tadi siang kepadamu? Aku serius dengan ucapanku itu, Nda. Aku mencintaimu.” Reindra—pria yang sudah memiliki dua orang istri—menyandarkan tubuh Ayunda ke meja mini bar dan berniat melabuhkan bibirnya di atas bibir Ayunda. “Jangan kurang ajar kamu, Mas!” Ayunda seketika mendorong wajah Reindra dari wajahnya dan sekuat tenaga ia meleapaskan tangan kekar itu dari tubuhnya. “Jangan munafik, Nda. Mas tahu, kamu pasti juga merindukannya.” Reindra semakin kalap. Penolakan yang diberikan Ayunda malah membuatnya semakin menggila. Pria itu semakin memaksa bibirnya menyentuh bibir Ayunda. “LEPASKAN AKU, MAS!! kamu pikir aku ini perempuan apa, ha?!” Ayunda terus memberontak. Ia tidak ingin kehormatannya dirampas begitu saja. Statusnya memang sudah menjadi janda, akan tetapi bukan berarti dengan murahnya ia memberikan tubuh kepada siapa saja yang menginginkannya. Apa lagi Reindra, pria yang masih tergolong saudara jauh wanita itu. Pria yang memang selalu memberikan perhatian lebih semenjak suaminya meninggal dunia. “Sudahlah, Nda. Tidak ada siapa-siapa di rumah ini. Apa salahnya kita menikmati yang memang seharusnya bisa kita nikmati. Kesepianmu akan terobati sore ini.” Reindra masih tetap memaksa. Bahkan parahnya, pria itu mulai mengangkat tubuh Ayunda dan membawanya masuk ke dalam kamar. “Lepaskan aku, Mas! Atau aku akan teriak agar warga datang ke sini untuk mengusirmu dari sini!!” Ayunda mulai mengancam. Reindra bukannya takut malah semakin menyeringai. Pria itu menjatuhkan tubuh Ayunda ke atas ranjang dan mulai menatapnya dengan penuh nafsu. “Sebentar lagi kau akan jadi istriku, jadi apa salahnya aku mencicipimu dulu? Anggap saja aku mencicipi masakan sebelum aku resmi membelinya,” seringai Reindra yang langsung menaikkan tubuhnya ke atas ranjang. “Aku belum memberikan jawaban atas pernyataannmu itu. Aku juga belum tentu mau menikah denganmu, Mas. Awalnya aku masih berpikir jika kau adalah lekai yang baik. Tapi apa? Kau malah berniat melecehkan aku sebelum kau menikahiku.” “Hahaha ... Jangan munafik, Ayunda. Ayolah, aku akan berikan rasa hangat itu. Aku tahu, sudah sebulan lebih kau kedingin, bukan?” Reindra semakin menggila. Pria itu segera menarik tangan Ayunda dan kembali mendekapnya dengan erat. Kali ini, bibirnya berhasil menyentuh bibir Ayunda. Ia melumatnya dengan rakus. Ayunda merintih dan berusaha melepaskan semua itu. wanita itu memberontak hingga tiba-tiba ... Tubuhnya terjaga dengan keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Ayunda tengah bermimpi. Ia memimpikan seorang pria tampan yang siang tadi baru saja menyatakan cinta kepadanya. Pria yang memintanya menjadi istri ke tiga. Ayunda terengah-engah. Sekeliling wanita itu tampak gelap. Ternyata sedang ada pemadaman listrik di lokasi tempat Ayunda tinggal. Pantas saja tubuhnya di basahi keringat karena AC kamar itu tidak menyala. Ayunda meraba-raba nakas, mencari sebuah benda. Sebuah ponsel merk terkenal kini ada dalam genggamannya. Reindra yang sudah memberikan. Pertemuan antara dirinya dan Reindra yang berlangsung siang tadi, memang cukup membuat jantungnya berdebar. Reindra menyatakan cinta, Reindra melamarnya dan Reindra juga memberikan beerapa barang mewah untuknya, termasuk sebuah ponsel dari merk ternama yang menjadi idaman setiap insan di dunia. “Bunda ... bunda ....” Lamun Ayunda seketika ambyar. Di tengah kegelapan, Ayunda segera menyeka wajahnya dan menghidupkan senter dari ponsel yang baru saja dimilikinya. Cahaya terang kini mulai mengusai ruang kamar itu. “Bunda, buka pintunya ....” Teriakan seorang gadis terdengar dari balik pintu. “Iya, Sayang ... sebentar!” Ayunda menyibak selimut dan mulai berjalan menuju pintu. Dua orang bocah—Eril, 9 tahun dan Nabila, 7 tahun—segera mendekap tubuh ibunya dengan erat. Mereka tampak sangat ketakutan. Di tangan Eril ada sebuah senter ukuran kecil yang masih menyala. “Bunda, Nabila takut ... Kamar Nabila gelap banget,” isak gadis itu. “Tidak apa-apa, Sayang ... Malam ini kalian berdua tidur sama bunda ya. Bunda akan buka sedikit jendela agar udara dari luar bisa masuk ke dalam, sebab kamar bunda sangat panas.” Eril dan Nabila mengangguk. Mereka berdua pun naik ke atas ranjang dan mencoba memejamkan mata, berharap listrik akan segera menyala atau pagi akan segera tiba. Sementara Ayunda masih saja merenung. Ia memikirkan sikap manis Reindra tadi siang dan juga sikap menyeramkan Reindra yang baru saja menghampirinya di dalam mimpi. *** Flash back. Seperti biasa, Reindra datang begitu saja tanpa memberi aba-aba. Pria itu sudah sangat tampan dan wangi. Ada sesuatu yang ia rencanakan siang ini. Sesampainya di depan pagar rumah Ayunda, Reindra segera menghubungi wanita itu. “Halo, Mas,” Suara lembut seorang wanita membalas dari seberang panggilan suara. “Ayunda, kamu ada di rumah’kan?” “Iya, memangnya kenapa, Mas?” “Tolong segera buka pintu pagarnya. Aku sudah di luar pagar.” “Di luar pagar? Ka—kamu ke sini? Kok nggak bilang-bilang dulu?” Suara Ayunda tampak gugup. “Mau bilang ataupun tidak, apa bedanya? Sudahlah, cepat buka pintu pagar sebelum warga mencurigaiku.” “Iya, Mas!” Panggilan suara itu terputus. Seorang wanita cantik segera keluar dari rumahnya dan berjalan dengan cepat menuju pagar. Wanita yang mengenakan daster rumahan dengan panjang selutut itu, lupa mengganti pakaiannya sebelum membuka’kan pintu pagar. Alhasil, Reindra tentu dapat menikmati tubuh cantiknya lewat daster rumahan tanpa lengan dengan panjang hanya selutut itu. Betis jenjang dan mulus bisa terlihat jelas olehnya. Setelah mobil Reindra masuk sempurna, wanita yang bernama Ayunda Paramitha itu, kembali menutup pintu pagarnya dengan sempurna, lalu ia berjalan menghampiri Reindra. “Maaf, Mas. Mas Rei datang nggak bilang-bilang dulu. Silahkan duduk dulu di dalam, aku ingin berganti pakaian.” Ayunda bahkan enggan mengangkat kepalanya karena sadar pakaian yang ia kenakan terlalu mini. “Nda, tidak perlu—.”Belum selesai Reindra berkata, Ayunda segera meninggalkannya. Wanita itu berjalan cepat, masuk ke dalam kamar dan bergegas mengganti pakaiannya dengan yang lebih sopan. “Maaf kalau sudah membuat mas Rei menunggu,” ucap Ayunda yang baru saja keluar dari dalam kamar. Wanita itu menguncir rambutnya dan mengganti pakaiannya dengan blus lengan pendek dan rok semata kaki. Tampak sederhana, namun sangat cantik dan ayu. “Harusnya kamu nggak perlu ganti baju segala, Nda. Memangnya kamu pikir aku akan ngapa-ngapain kamu dengan pakaian seperti tadi?” “Maaf, bukan begitu maksud aku. Aku hanya merasa pakaian tadi kurang sopan saja.” “Kalau memakainya di depan suami, bagaimana?” Reindra kembali menatap nakal. “Hhmm ... ah, tunggu di sini sebentar, Mas. aku akan buatkan minuman.” Ayunda benar-benar gugup. Pria yang belakangan begitu sering mengunjunginya itu, hari ini tampak sangat segar dan tampan. Wangi tubuhnya pun terasa sangat enak. Ayunda segera melangkah menuju dapur untuk membuatkan minum. Sesekali matanya melirik ke arah ruang tamu yang memang bisa dilihat dari meja mini bar dapurnya. Reindra memang tampak sangat berbeda. Terlihat lebih muda, macho dan tampan. Seketika ia merindukan mendiang suaminya. Pria yang sudah memberikan segenap kasih sayang dan cinta. Pria yang berjanji akan selalu menemaninya hingga tua. Tapi sayang, Tuhan berkata lain. Tuhan mengambil Rudi ketia dirinya belum siap untuk ditinggalkan. Lagi-lagi, mata cantik itu menangis begitu saja.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Tentang Cinta Kita

read
205.0K
bc

Mendadak Jadi Mommy

read
2.3K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
148.9K
bc

PULANG DARI PERANTAUAN

read
3.1K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
146.8K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
282.7K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook