Perdebatan

1777 Kata

Sang ART menyuguhkan sarapan untuk sang majikan. Reindra menatap secangkir teh dan seporsi roti panggang selai kacang itu dengan penuh selera. “Bi, apa ibu menerima tamu beberapa hari belakangan?” tanya Reindra sebelum menikmati sarapannya. “Iya, ada, Pak.” “Siapa saja?” “Ada mbak Sifa dan ibunya.” “Sifa dan ibunya? Untuk apa mereka ke sini?” “Maaf, Pak. Kalau masalah itu bibi kurang tahu. Bibi juga tidak mencari tahu karena bukan urusan bibi juga. Bibi takut nanti ibu malah marah sama bibi kalau bibi mencari tahu.” Sang ART menunduk sopan. “Owh, ya sudah … Tidak masalah kok, Bi. Silahkan kembali bekerja. Saya akan menikmati sarapan ini.” “Baik, Pak.” Reindra mulai menikmati sarapannya dengan nikmat tanpa terusik sama sekali dengan sikap Nela. Ia bahkan menghabiskan teh hangat dan

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN