Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Reindra yang tadinya sibuk di ruang kerjanya, kini keluar dari ruang kerja itu. Ia harus mengisi perutnya dengan makan malam. Semenjak ia pulang lagi ke rumah istri pertama, ia belum dihidangkan sepiring makanan pun oleh Nela. Hanya segelas kopi yang sudah disguhkan oleh sang ART untuk dirinya. Sementara istri pertamanya itu terkesan tidak peduli. Lagi-lagi, pikiran Reindra ada pada Ayunda. Dua malam menikmati makan malam bersama keluarga barunya, membuat batin Reindra sangat tenang dan nyaman. Reindra sampai di meja makan. Ia tidak menemukan siapa pun di sana selain sang ART yang tengah menata makan malam. “Ibu mana?” tanya Reindra pada sang ART. “Barusan pergi, Pak,” jawab sang ART. “Pergi? Pergi kemana?” “Maaf, Pak. Ibu nggak bilang perg