Ayunda sudah masuk ke ruang rawat inap. Sudah setengah jam wanita itu sadar, tapi ia masih saja terdiam. Selain memang tidak atau belum ada yang bertanya, Ayunda pun masih enggan untuk bercerita. Ia masih berusaha menutupi kejadian yang sebenarnya. “Bagaiamana perasaan kamu sekarang?” tanya Reindra. “Aku baik, Mas. Oiya, bagaimana keadaan calon bayi kita? Dia baik-baik saja’kan, Mas? Aku tidak keguguran’kan?” Reindra tersenyum, ia membelai lembut puncak kepala sang istri, “Alhamdulillah, kamu dan calon bayi kita baik-baik saja. Doktr sudah memberikan obat penguat kandungan dan juga obat untuk menghentikan pendarahannya.” Reindra mencium punggung tangan Ayunda. “Sudah jam berapa, Mas?” “Hampir jam dua siang. Memangnya kenapa, Sayang?” “Aku belum shalat zuhur.” “Sayang … Kamu itu seda