Mobil Baru

1234 Kata
Suasana ramai dan hangat di rumah Guntur sore itu. Canda tawa silih berganti terdengar dari arah belakang rumah bercat putih model Jawa klasik. Mereka sangat menikmati makanan yang dikirim dari tetangga depan rumah. Hingga makanan habis pun, semua masih enggan beranjak dari tempat duduk masing-masing, seakan masih mau berlama-lama menikmati kehangatan sore itu. "Kapan-kapan ajak Ibu Ibu, Yang. Biar rame. Pasti keduanya senang," gumam Nayra sambil meraih cangkir teh dari tangan Guntur dan meletakkannya di atas meja. "Yah, menunya jangan pempek. Ibu udah nggak punya gigi lagi. Sudah pake gigi palsu," Nayra tertawa kecil mendengar kata-kata suaminya. Dia membayangkan mertuanya kesulitan makan pempek. "Ganti menu lain kalo gitu. Tapi tadi pempeknya lembut kok. Kayaknya bisa deh ibu kunyah." Guntur mendengus tertawa. Sepertinya Nayra belum bisa move on dari pempek permberian tetangga depan rumahnya. "Kamu sama saja dengan Ayu. Liat tuh, udah berapa banyak dia makan. Masih ngunyah aja dari tadi. Semua sudah pada kenyang, dia masih lanjut." Nayra sebentar menoleh ke arah Ayu yang masih asyik makan pempek. "Ampun, Ayu," ucapnya sambil memegang perutnya yang terasa sesak karena kenyang. *** Malamnya, Ayu sudah rapi dengan piyama tidurnya. Setelah membersihkan muka, dia beranjak menuju kasur. Lalu seperti malam-malam sebelumnya, Ayu mengecek-ngecek akun media sosialnya atau membaca berita yang menarik lewat ponsel. Beberapa menit kemudian, kantuk sudah tidak mampu Ayu hindar. Ayu menarik selimutnya dan memperbaiki posisi tidurnya sambil memejamkan matanya. Tapi entah kenapa, tiba-tiba Ayu mengingat seseorang di tengah kantuknya. Ayu meraih kembali ponselnya. Lalu dia buka aplikasi w******p dan membuka pesan-pesan lama. Lama Ayu tercenung ketika matanya tertuju ke pesan Said. Muncul keraguan di benaknya untuk membuka komunikasi yang dia tutup sebelumnya antara dirinya dan pria tampan itu. *** Akhirnya, Ayu menutup keraguannya dengan melepas ganjalan komunikasinya dengan Said. Ayu: Makasih, Bang. Pempeknya enak Dua menit kemudian... Ayu gelisah. Pesannya belum dibalas. Kini akhirnya Ayu merasakan apa yang Said rasakan. Berlama-lama menunggu balasan itu ternyata sangat meresahkan. Lima menit kemudian, Ayu semakin resah, karena pesannya tidak kunjung dibalas. Ayu memutuskan untuk tidur saja. Namun, baru saja dia menutup matanya, dia merasakan getaran dari poselnya. Said: Sama-sama, Dek. Ayu menelan ludahnya kelu. Balasan yang super pendek menurutnya. Entah kenapa dia ingin melanjutkan pembicaraan dengan Said malam ini. Ayu: Jangan panggil Adek. Ayu kan anak pertama. Ayu Saja. Said: Sama-sama, Yu. Sempat ingin membalas pesan Said dengan emotikon. Tapi Ayu bingung memilih. Akhirnya dia putuskan untuk tidak membalas pesan Said lagi. Said: Sudah jam dua belas. Belum tidur? Ayu: Belum Said: Why? Ayu: Just want to say thanks Said: Why now Ayu: Just remember it just now. Ayu mendekap ponselnya seperti ragu ingin mengungkapkan sesuatu. Ayu: Kenapa Abang buang muka kalo Ayu liat tiap pagi Said: Emang Abang buang muka? Nggaklah Ayu: Iya. Kalo Ayu liat Abang mau pergi kerja, Abang cepat-cepat berpaling. Said: Oh. Itu Abang cuma takut Ayu marah. Ayu: Ayu kira Abang yang marah Said: Mana bisa Abang marah sama Ayu. Ayu sendiri? masih marah? Ayu: Ayu nggak marah, Bang. Cuma, I don't know. Said: Mau pempek lagi atau makanan lain? Ayu: Hm, terserah. Yang penting rasanya enak. Said: Inti Maallemah Ayu: Apaan, Bang? Said: You're the Boss Ayu: Oh *** Guntur terkaget-kaget ketika ke luar dari rumah hendak membuka pintu garasi. Mobil idamannya sudah terparkir cantik di jalan utama depan rumahnya. Nayra yang sedang menyuapi Ayu sarapan didepan rumah ikut heran melihat ekspresi wajah Guntur yang aneh, kaget bercampur senang. "Emang mobil siapa, Yang?" tanya Nayra ke Guntur yang masih terpana melihat mobil mewah hitam mengkilat. "Mobil kita," jawab Guntur lalu mengulum senyum. Kemudian Guntur merogoh sakunya, meraih ponsel. "Haha. Iya. Sudah di depan," hanya itu kata-kata yang ke luar dari mulut Guntur, lalu kemudian dia melangkah tegap menuju mobil barunya. Nayra menggelengkan kepala melihat tingkah suaminya yang seperti seorang anak kecil yang baru mendapatkan hadiah. Guntur mengepal dua tangannya seakan ingin berteriak kegirangan. Tak lama kemudian tampak Said muncul dari rumahnya. Dia juga sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Guntur sambut tetangganya itu dengan hati senang. "Waduuh. Saya jadi nggak enak ini. Sudah dikasih pempek, hadiahnya mobil. Kapan nyampe ini?" Guntur tak kuasa menahan rasa bahagianya melihat penampilan mobil barunya. "Jam tiga pagi. Sengaja saya suruh parkir di sini biar Pak Guntur mudah ngeluarin mobil yang lama," Said kemudian sekilas melirik Ayu yang sedang disuapi Nayra. Dia angkat tangannya ke arah Ayu dan Nayra. Ayu hanya mengangguk tersenyum, lalu kemudian melanjutkan makannya. "Wah. Segera saya transfer kalo begitu. Ini sudah bisa dipake?" "Ya. surat-surat sudah lengkap, Pak. Tinggal cusss," "Trus mobil lama?" "Bapak tinggalkan saja kunci ke saya. Nanti saya hubungi orang dealer ambil mobil Bapak segera." Guntur puas dengan mobil barunya kali ini. Senyum terus mengembang di wajahnya. Begitu pula dengan Said, dia senang melihat ekspresi Guntur pagi ini. "Ayu!" panggil Guntur ke Ayu yang sudah siap-siap pergi ke sekolah. Nayra juga tampak siap-siap mengantarnya. Ada Pak Johan yang sedang mempersiapkan mobil untuk mengantar Ayu ke sekolah. Merasa dipanggil, Ayu pun bergegas mendekati papanya. Sebentar-sebentar matanya melirik ke Said yang tersenyum melihatnya. "Mau diantar Papa atau Mama? Mobil baru nih," tawar Guntur. Ayu sejenak menoleh ke mamanya yang sudah siap mengantarnya. Sepertinya dia ragu memutuskan. Dan tak sengaja matanya tertuju ke mata Said yang mengamatinya dengan seksama. "Papa aja," putus Ayu. Lalu beranjak cepat ke arah mamanya yang masih berdiri di depan pintu rumah. Guntur menghela lega karena tak lama kemudian, dia melihat Nayra memberi kode ok ke arahnya tanda menyetujui Ayu diantar dengan mobil barunya. Pagi itu, ada dua pria yang tersenyum memandang Ayu yang melangkah anggun menuju mobil SUV eropa keluaran terbaru dengan perasaan yang sama. Guntur, seorang Ayah yang sangat menyayangi Ayu dan Said, seorang duda yang juga mulai bertekad ingin menunjukkan kasih sayangnya ke Ayu. Mata Said mengerjap ketika Ayu telah berada di sisi kiri mobil tepat di posisi berdirinya. Dengan sigap Said membukakan pintu mobil untuk Ayu sambil terus menatap wajah Ayu. "Makasih, B…." ucap Ayu ketika Said membukakan pintu mobil untuknya. Said menganggukan kepalanya dan mengedipkan matanya ke Ayu. Dia memahami sikap Ayu yang segan mengucapkan 'Bang' kepada dirinya karena ada papanya saat itu. Said kemudian menutup pintu mobil di sisi Ayu pelan-pelan. "Terima kasih banyak, Said," ucap Guntur yang sudah siap di depan setirnya. Dia tersenyum puas. "Sama-sama, Pak. Saya keluarkan mobilnya ya, Pak," ujar Said sambil memainkan kunci mobil Guntur yang lama. "Ok. All yours..." Said kemudian tersenyum ke arah Ayu yang juga tersenyum ke arahnya. *** Guntur memasang kaca mata hitamnya ketika sudah meluncur ke luar dari gerbang. Matahari pagi itu cukup terik. "Gimana. Ganteng nggak Papa, Yu?" tanya Guntur ke Ayu sambil memainkan kaca mata hitamnya. "Ih, Papa ada-ada aja nanyanya." Guntur terkekeh. Dia semakin pede dengan mobil barunya. "Suka nggak?" Ayu mengangguk mantap. "Keren, Pa." "Tapi besok Ayu diantar Mama ya?" Gantian Ayu yang tertawa sekarang. "Ya iyalah." Guntur amat senang dengan mobil barunya. Biasanya dia menyetir dengan kecepatan yang lumayan tinggi menuju kantornya, pagi ini dia perlambat laju mobilnya seakan enggan ke luar dari mobil baru. Tapi perasaan senang Guntur berubah drastis ketika tiba di depan gerbang sekolah Ayu. Setelah Ayu turun dari mobil, Guntur terus mengamati Ayu yang berjalan semangat menuju gerbang sekolah. Ternyata Ayu ditunggu oleh seorang murid laki-laki yang berdiri di sisi kiri gerbang sekolah. Laki-laki yang wajahnya cakep itu melempar senyum ke Ayu dan meraih tas Ayu serta membawakannya. Guntur ingin sekali menegur anak laki-laki dan Ayu saat itu juga. Tapi dengan cepat dia melirik jam tangannya. Rasanya tidak mungkin dia lakukan sekarang. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN