PROLOG
Said Hassan Youdha dengan tenang menandatangani surat menyurat kesepakatan cerai untuk kedua kalinya di kantor pengadilan, setelah sebelumnya bercerai dari Suha Qasim, mantan istri pertamanya. Berbeda penyebab perceraian sebelumnya yang disebabkan campur tangan keluarga pihak istri yang selalu ingin tahu masalah keluarganya, kali ini penyebab perceraiannya adalah dirinya diisukan berselingkuh dengan sekretaris pribadinya, Tari, yang selalu menemaninya ke mana pun dia pergi, khususnya ke luar negeri.
Hawa Rahman sudah tidak tahan mendengar berbagai isu serta hasutan dari teman-temannya untuk segera mengajukan perceraian terhadap suaminya, daripada harus menahan sakit hati luar biasa.
Dan, perceraian yang kedua ini membuat keluarga besar sangat menyesalkan sikap Said yang hanya diam dan tidak berusaha memperbaiki pernikahannya.
"Kamu benar-benar membuat Baba malu, Said! Mau taruh di mana muka Baba di depan keluarga besar Youdha dan Kyai Luthfi! Enggak ada sejarah di dalam keluarga besar kita yang bercerai. Ini kamu malah melakukannya dua kali! Apa mau kamu? Kenapa kamu enggak berusaha memperbaiki hubunganmu dengan Hawa?" marah Batara Adimas Youdha, Baba Said beberapa hari sebelum sidang putus cerai dilaksanakan.
Said diam saja. Entah apa yang berkecamuk di dalam pikirannya.
"Aku enggak melakukan apa-apa, Baba,” lirih Said sangat pelan.
Meski pelan, Adimas mendengarnya. Lalu dengan wajah masam dia lemparkan berlembar-lembar gambar-gambar yang menunjukkan bukti-bukti perselingkuhan Said dan sekretarisnya.
Said memejamkan matanya. Sekujur tubuhnya lemas seketika. Dia tidak bisa membantah lagi. Untuk apa membantah dan membela diri, pasti babanya tetap memarahinya.
"Untuk apa lagi Baba menunjukkannya ke aku? Aku sudah mantap bercerai."
"Inta Kadzib! Istaghfirillah!!" pekik Adimas dengan wajah memerah. Dia yakin Said hanya berkilah dan berdusta.
"Tu'minu Bisshhuro?" balas Said yang heran akan sikap babanya yang malah mempercayai gambar-gambar tersebut.
"Baba lebih percaya foto ini daripada kamu! Kamu bilang tidak melakukan apa-apa? Ha? Sudah jelas kamu menghabiskan waktu berdua di hotel itu. Apalagi? Menyesal Baba menyerahkan pendidikan kamu ke Ammi Abbas! Diplomat sia-sia kamu, Astaghfirullah!!"
Adimas benar-benar gusar melihat wajah anak keduanya itu. Rema Hassan, istrinya terus mengusap-usap bahu suaminya berusaha menenangkan.
"Sudah, Mas. Sabar. Kita pulang saja," ujar Rema seraya menarik lembut lengan suaminya untuk segera pergi dari rumah anaknya itu. Wajah keduanya menunjukkan penyesalan yang amat mendalam.
Said lalu meraih foto-foto yang bertebaran di atas lantai kamarnya. Diamatinya foto-foto dirinya bersama Tari, sang sekretaris pribadi.
Sebenarnya tidak ada yang aneh di foto yang terlihat diambil dari CCTV. Hanya foto-foto seorang atasan dan sekretaris yang menghabiskan waktu di sebuah ruang kerja. Tapi yang sangat 'tragis' adalah sebuah foto yang menunjukkan Tari yang hanya memakai bathrobe sedang berbincang dengan dirinya yang hanya memakai celana pendek dan baju kaus di sebuah kamar hotel. Tampak Tari memegang file holder duduk di hadapannya yang sedang memegang ponsel.
Said geram. Dia remuk foto-foto itu dan membuangnya ke tong sampah di sisi meja kerjanya.
"Syirk," decak Said kesal sambil menggelengkan kepalanya, menilai babanya yang lebih mempercayai foto-foto daripada dirinya.
Said menghela napas lega merasa memang lebih baik bercerai saja daripada terus menerus diintai Hawa. Percuma meneruskan pernikahan yang selalu dihantui ketidakpercayaan.
***
Terlahir dari keluarga keturunan Arab yang masih memegang teguh budaya perjodohan dengan sesama keturunan Arab, di umur dua puluh dua tahun, Said sudah dijodohkan dan kemudian menikah dengan Suha Qasim, anak dari saudara sepupu Batara Adimas Youdha. Baba Said ini merupakan keturunan Jawa Palembang Arab, yang lahir dan besar di perkampungan arab Al-Munawwar, Palembang, sebelum pindah ke Tangerang. Memiliki yayasan pendidikan asrama yang cukup terkenal di Tangerang. Lalu mama Said, Rema Hassan adalah wanita keturunan Mesir Polandia, yang keluarganya masih memiliki hubungan kekerabatan yang cukup dekat dengan seorang kiyai yang amat disegani, Kyai Luthfi Kamil.
Said yang berwajah tampan bak artis timur tengah ini adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya Saif, sudah diberi kepercayaan sebagai salah satu pengurus utama yayasan keluarga, juga sekaligus tenaga pengajar dan konsultan pendidikan di berbagai sekolah internasional di Jakarta. Adiknya, Sarah, merupakan istri dari Fathan Ahmad Hanif Abbas, seorang calon pemimpin pondok pesantren yang sekarang masih dipimpin oleh Kiyai Luthfi Kamil.
Tidak seperti dua saudaranya yang lahir dan dibesarkan di Tangerang, Said lahir dan besar di Palembang hingga menginjak usia lima belas. Dia dibesarkan oleh keluarga pamannya yang tidak memiliki keturunan, yang merupakan pengusaha sawit yang kaya raya di Palembang.
Pindah ke Tangerang karena pamannya berpulang. Beruntungnya Said, dia mendapat separuh lebih harta dari mendiang pamannya tersebut.
Sekolah di yayasan keluarga tentu banyak keuntungan. Said yang cerdas, mampu menamatkan sekolah SMA-nya hanya dalam waktu dua tahun saja. Lalu meneruskan kuliah di Monash University, Melbourne, mengambil jurusan Hubungan Internasional. Dengan bekal ilmu yang dia dapat dari sana, mengantarkan Said menjadi salah satu diplomat termuda di Kementerian luar negeri. Apalagi dia sangat lihai berbahasa Inggris, Arab dan sedikit Ibrani, menambah kemudahan baginya untuk diterima di departemen yang sangat bergengsi ini, di usianya yang sangat muda, 21 tahun.
Namun, di balik berbagai sisi wah Said, tetap saja ada sisi yang tidak mengenakkan. Setelah kira-kira setahun bekerja sebagai diplomat, Said dijodohkan dengan Suha Qasim, 19, seorang perempuan muda cantik yang juga merupakan keturunan Arab. Mereka pun menikah, namun tidak lama, hanya tiga bulan saja. Said sengaja membuat istrinya tidak tahan dengan dirinya dengan mengumbar kemesraan dengan perempuan lain. Said tidak menyukai istrinya yang sering mengadu permasalahan inti keluarga ke keluarga besar dan kadang juga ke orang lain. Said digugat cerai istrinya.
Tidak sampai satu tahun menduda, Said kembali dijodohkan dengan Hawa Rahman, perempuan yang lebih tua dua tahun darinya, seorang pengusaha perhiasan, juga keturunan Arab. Said yang kerap ke luar negeri mengundang kecurigaan Hawa. Apalagi Hawa sering dihantui penyebab perceraian suaminya yang selalu dikait-kaitkan dengan perempuan. Hawa yang curiga lalu memasang intel kemana suaminya pergi. Hingga akhirnya dia mendapat kabar dari salah satu temannya yang merupakan teman satu kantor Said, bahwa Said kerap berduaan dengan sekretaris sekaligus ajudan pribadinya yang cantik, Tari namanya.
Tari yang sudah menikah dan memiliki satu anak ini ternyata menyukai Said. Tari sering curhat dengan temannya yang juga teman Hawa, mengatakan bahwa dirinya sering diajak Said untuk berhubungan intim, khususnya jika dalam menjalankan tugas di luar negeri.
Kerap bertengkar disebabkan satu permasalahan yang sama, Said apatis. Tidak lagi memperdulikan Hawa. Said sangat kecewa karena sudah berusaha berulangkali meyakinkan bahwa dirinya tidak melakukan hal yang dituduhkan, bahkan sudah memecat Tari, yang memfitnahnya. Hawa yang lelah, akhirnya menggugat cerai Said. Said menduda untuk kedua kalinya di usianya yang cukup muda, 24, setelah kurang lebih satu tahun menikah.
***
Suatu hari, Said berkunjung ke yayasan pendidikan keluarganya yang berada di Ciputat, Tangerang. Said yang sedang duduk di kantor administrasi ini sedikit terperangah melihat tiga orang yang berkunjung ke sekolah yang dipimpin oleh kakaknya yang bernama Saif; seorang gadis muda tinggi yang sangat cantik lagi kemayu yang ditemani laki-laki dan perempuan yang mengaku sebagai pasangan suami istri.
"Boleh kita minta biodatanya Dik Ayu? Buat laporan," ujar staff administrasi setelah melayani berbagai pertanyaan yang dilontarkan Farid dan Tata yang menemani Ayu.
Ayu mengangguk sambil menerima pena yang disodorkan staff berkerudung itu. Lalu dengan santai dia menulis biodata dirinya berikut alamat dan nomor ponsel pribadinya.
"Terima kasih, Dik. Semoga apa yang telah kami jelaskan memuaskan," ucap staff itu penuh harap agar Ayu kembali lagi ke sekolah yang cukup megah itu.
Said yang jantungnya berdetak sangat cepat ketika memandang wajah Ayu dari kejauhan, bergegas memotret data diri Ayu setelah memastikan Ayu dan sepasang suami istri itu ke luar dari kantor.
Said terkejut bukan main saat membaca alamat rumah gadis menawan itu yang tertulis di buku tamu. Ayu adalah anak tetangganya.
Bersambung