Said menggigit bibirnya. Ini saingannya. Fahira cukup diplomatis. Said mengusap kepalanya, berusaha mencari kata-kata tepat untuk membuat Fahira agar tidak berharap lebih jauh dari dirinya. “Well. Saya nggak mau ngasih harapan untuk kamu. Maaf. Ini bukan kehendak saya. Ini kehendak Baba saya.” Fahira memperbaiki letak duduknya sambil terus memandang wajah Said seakan-akan ingin menghipnotis Said dengan wajah mulusnya yang cantik. Said buru-buru menundukkan pandangannya. Dia semakin tahu bahwa Fahira perempuan ambisius. “Apa Mas nggak takut melawan kehendak orang tua Mas?” tanyanya sedikit menggurui. “Dua kali saya menuruti kehendak Baba saya. Dua kali saya gagal. Saya nggak mau gagal untuk ketiga kalinya. Lagipula saya belum mau menikah,” jawab Said tegas. Fahira menghela napasnya.