Ingin menangis

1038 Kata
Mendengar Elang yang telah sadar, membuat semua orang sangat terkejut apalagi Nenek Alma meneteskan air matanya karena ia hampir tak percaya, jika cucunya ini telah terbangun dari komanya. Cucu kesayangannya ini, memang telah lama koma dan dirawat di Singapura selama ini. Nenek Alma sangat putus asah karena Elang tak juga sadar dari tidur panjangnya selama tiga bukan, apalagi Elang adalah pewaris tunggal harta kekayaan mendiang putranya. Jika Elang tidak memiliki keturunan atau bahkan istri, semua harta peninggalan akan diserahkan ke Yayasan amal milik keluarga mereka. Saat ini Elang sedang diperiksa oleh Dokter Marco dan mereka semua diminta untuk menunggu diluar. Nenek Alma tersenyum senang dan ia memegang kedua tangan Renata karena tidak menyangka kehadiran Renata dapat membuat Elang sadar. "Terimaksih Cu karena kehadiran kamu, membuat Elang sadar dari koma panjanganya," ucap Nenek Alma menatap Renata dengan tatapan syukur. Nenek Alma hampir putus asah karena selama dua bulan lebih di Singapura Elang tidak menujukkan jika ia akan segera sadar dari Koma. Nenek Alma akhirnya meminta Dokter Marco yang masih memiliki kekerabatan dengannya dan juga merupakan sahabat Elang, untuk membawa pulang Elang. Nenek Alma ingin Elamh dirawat intensif di Kediamannya, agar ia bisa selalu menemui cucu kesayayangannya itu. Nenek Alma tak peduli dengan biyaya yang harus ia keluarkan dengan membawa semua alat medis yang diperlukan untuk merawat Elang dan ia juga mempekerjakan Dokter terbaik untuk merawat Elang. "Nenek sangat berterimakasih padamu!" Ucap Nenek Alma sambil tersenyum haru. Renata bingung harus mengatakan apa, karena ia juga tidak tahu apakah ia harus senang arau sedih saat ini. Nyatanya ia akan tetap menikah dengan Elang sesuai dengan apa yang Elang katakan tadi. Setelah diperiksa oleh Dokter Marco, ternyata kondisi Elang dinyatakan telah benar-benar sadar dan hanya butuh beberapa pemeriksaan lain untuk memastikan kondisi kesehatan Elang. Semua mata saat ini tertuju pada Elang dan terlihat dengan jelas jika Elang saat ini, terlihat kesal melihat keberadaan Dimas didalam ruangan ini. Didalam ruangan ini hanya ada Nenek Alma, Renata, Dimas, Elang dan dokter yang memeriksa Elang sedangkan Risma dan Jil sepertinya tidak diizinkan Nenek Alam untuk ikut masuk kedalam kamar ini. "Jadi Marco, Elang nggak apa-apa?" Tanya Nenek Alma dan ia masih terlihat sangat khawatir. "Tidak apa-apa Nek hanya perlu beberapa pemeriksaan saja, tapi Elang untuk sementara ini mungkin sulit untuk berjalan," ucap Marco membuat Elang menatap sinis Marco. "Iya Nenek tahu, Elang butuh berlatih jalan ya Marco, jadi nanti Nirina bisa menemani Elang berlatih jalan!" Ucap Nenek Alma tersenyum menatap Elang dan ia mengelus kepala Elang dengan lembut. Setiap sang Nenek menujukkan kasih sayangnya kepada Elang didepan Dimas, membuat Dimas ingin segera melenyapkan Elang saat ini juga. Elang mengambil semua perhatian yang harusnya menjadi miliknya. Rasa benci Dimas semakin hari semakin bertumpuk, apalagi semua usaha yang ia lakukan selama ini tak mampu melampaui pencapaian seorang Elang Manggala yang memang terkenal genius sejak kecil. "Nenek akan melakukan apapun agar kamu kembali sehat Elang!" Ucap Nenek Alma. Bagi Nenek Alma Elang adalah pengganti putranya yang telah meninggal, apalagi Elang sangat mirip dengan mendiang putranya. "Iya Nek, Elang membutuhkan perhatian khusus," ucap Marco. "Itu semua tak perlu dan kau jangan berlebihan Marco!" ucap Elang. "Kamu masih ingat dengan aku Lang, berati otak kamu baik-baik saja," ucap Marco mengangkat sudut bibirnya, ketika melihat Elang terlihat sangat kesal padanya. "Lang, kamu itu bangkit dari kematian loh Lang, untung saja ini kamu masih bisa bicara sama aku seperti ini," goda Marco membuat Elang mendengus kesal. Renata hanya mendengar pembicaraan mereka, ia bingung dengan dirinya yang hanya bisa mematung dan mendengarkan saja pembicaraan mereka karena sejujurnya ia tidak mengenal mereka semua. Yang ia kenal hanya laki-laki yang sejak tadi terdiam disudut ruangan ini. Renata tahu jika sejak tadi tatapan Dokter yang memeriksa Elang ini, menatapnya dengan tatapan menilai. "Nirina sudah pulang dan dia tidak akan pergi jauh dari kamu lagi, sekarang kalian harus segera menikah dan memberikan Nenek cicit yang lucu-lucu!" Ucap Nenek Alma membuat Marco yang sejak tadi ingin mengatakan apa benar wanita cantik yang berada disamping Nenek Alma adalah Nirina yang ia kenal. Setahu Marco Nirina tidak akan berpenampilan lembut seperti perempuan ini dan Nirina yang ia kenal sangt glamor hingga selalu memakai pakaian seksi, untuk menujukkan lekuk tubuhnya yang menggoda. "Segera Nek, pernikahan saya dan dia harus dipercepat!" Ucap Elang dengan nada dingin membuat Renata menelan ludahnya. 'Kenapa dia masih tetap mau menikahi aku, pada hal dia tahu aku bukan Nirina,' Batin Renata. "Astaga udah nggak sabar lagi menikah sama Nirina kamu," goda Nenek Alma sambil tersenyum bahagia membuat Dimas mengepalkan kedua tangannya, apalagi Elang sepertinya ingin pernikahan itu segera terjadi. Dimas sangat membenci Elang karena Nirina yang dulu ia cintai pun menyukai Elang, hingga keduanya menjalin hubungan. Dimas sangat beruntung bertemu dengan perempuan yang sangat mirip demgan Nirina namun tetap saja Renata bukan Nirina yang memiliki gestur penggoda yang ia sukai. "Pernikahannya sederhana saja Nek!" Pinta Elang. "Gimana Nirina?" Tanya Nenek Alma. Renata bingung ingin mengatakan apa, ia akhirnya menganggukkan kepalanya dan mengatakan ya dengan terpaksa. "Iya Nek, sederhana saja," ucap Renata. Marco menghela napasnya dan ia sekarang ia tahu jika perempuan ini bukanlah Nirina, tapi seseorang yang sangat mirip dengan Nirina. Nirina tidak akan mau pernikahaannya dilakukan dengan sederhana dan ia pasti ingin pernikahaannya dilakukan dengan mewah, tidak seperti perempaun ini seolah tak memiliki ambisi apapun. Renata hanya bisa diam dan sebenarnya ia sangat ingin memberontak, namun jika ia menyangkal dirinya bukanlah Nirina saat ini, bukan hanya Nenek Alma yang akan murka padanya tapi Dimas. Bagi Renata Dimas sangat mengerikan dan ia sangat menyesal pernah mencintai laki-laki gila seperti Dimas. Renata merasa ia hanya sebatang kara saat ini, ia mengingat bagaimana Muktar Gandawasa yang ia kira adalah Papi kandungnya ternyata bukan Papinya. Kasih sayang Muktar padanya, membuatnya tak pernah berpikir kalau ia hanya anak angkat yang diambil dari Panti asuhan. Terlebih lagi Adiwilaga yang juga sangat menyayanginya dan bersikap overprotektif padanya. Jika Renata menghubungi Adiwilaga Gandawasa atau Muktar Gandawasa, apakah keluarganya itu akan datang menyelamatkannya dan membantunya membatalkan pernikahan ini? Entahlah kenapa sejak Renata tahu ia hanyalah anak angkat, ia merasa kedua laki-laki yang sangat penting dalam hidupnya itu sepertinya akan mengabaikannya, terlebih lagi demi perusahaan mereka. Mungkin benar kalau ia hanyalah alat untuk mendapatkan sejumlah investasi hingga membuat perusahaan Gandawasa tidak bangkrut. Entahlah Renata sangat pusing memikirkan semuanya dan rasanya saat ini ia ingin menangis sejadi-jadinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN