Janji Gavin

1553 Kata
Setibanya di Rumah sakit mereka berempat langsung mendatangi IGD. “Siang sus apa ada korban kecelakaan seorang ibu usia sekitar 50 tahunan dan anak laki - laki usia 8 tahun, mereka korban tabrak lari.” Tanya Dimas pada salah satu suster yang di temui. “Anda keluarganya pak? Pasien ada di sana dan untuk Ibunya segera harus di operasi karena keadaannya kritis.” Jelas suster dan Forza segera berlari ke arah yang suster tadi tunjuk. “Bunda.” Forza menghampiri Bundanya, yang terbaring tak sadarkan diri di bed dan terpasang berbagai alat medis di tubuhnya, di sampingnya ada Firza yang sedang menangis. "Kakak hiks hiks." Forza mendekat dan memeluk adiknya yang terus menangis, Gavin mendekati mereka menggendong Fahri yang kakinya terpasang perban agar Forza bisa mendekati bundanya. "Fahri sama abang dulu ya, jangan menangis." Gavin mengusap air mata Fahri. Forza mendekati bundanya, “Bunda, kenapa bisa kaya gini. Bangun Bun Forza sudah datang, buka mata Bunda sekarang Forza mohon.” Forza menangis menggenggam tangan Bundanya, Gavin mengusap bahu Forza mencoba memberikannya kekuatan. “Istighfar Za, jangan begini... tenang Za.” Gavin menarik tubuh Forza ke dalam pelukannya di sisi kanan karena sisi kirinya sedang menggendong Fahri. “Kenapa bunda nggak mau bangun mas.” Forza menangis di pelukan Gavin. Tak lama dokter datang yang ternyata adalah Reno. “Loh kalian!, siapa Ibu ini?” semua menoleh ke sumber suara. “Beliau Bundanya Forza Ren, gimana keadaannya?” tanya Dhika. “Beliau harus segera operasi, ada Hematoma Subdural . Za apa bunda kamu punya riwayat penyakit jantung?” tanya Reno pada Forza. “Seingat saya nggak punya pak, memangnya kenapa?” “Ada masalah di jantunganya, Aritmia. Tapi saya belum bisa menentukan mana yang harus di prioritaskan terlebih dahulu masih menunggu spesialis jantung karena beliau lagi ada operasi, untung ada kamu Dhik, sebaiknya mana dulu.” Jelas Reno. Dhika memeriksa Bunda Fatma, “Ren untuk jantung masih bisa pakai obat baru nanti pasang chamber pacemaker , kalau menurutku Hematoma yang harus di prioritaskan dulu.” Kata Dhika, Reno mengangguk. “Kalau begitu operasi Bunda sekarang pak, tolongin bunda saya mohon.” Forza menyentuh tangan Reno membuat Gavin tak suka dan cemburu melihatnya. “Akan saya usahakan semaksimal mungkin Za, kamu bantu do’a ya, saya persiapkan dulu semuanya.” Reno menyentuh kedua bahu Forza dan segera pergi. Saat ini mereka bertiga sedang berada di depan ruang operasi, Dhika ikut masuk ke ruang operasi. Tak lama Mamah Ranti, Om Braga dan istrinya datang. “Forza, sayang.” Seru mamah Ranti mendekat dan langsung memeluk Forza. “Mah Bunda mah hiks hiks.” Forza kembali menangis di pelukan mamah Ranti. “Sabar ya sayang, Bunda kamu pasti baik – baik saja bunda kamu wanita paling kuat yang mamah kenal sayang jangan nangis ya kamu harus kuat.” Forza mengangguk. “Om gimana apa sudah tahu siapa yang menabrak bunda?” tanya Forza. Braga mendekat ke Forza kedua tangannya menyentuh bahu Forza, “Belum nak tapi Om janji akan segera menemukan pelaku tabrak larinya, masih di selidiki anggota Om.” jawab Braga memeluk Forza. “Terima kasih Om, maaf Forza merepotkan kalian semua." Kata Forza menunduk karena tak enak merepotkan semua orang. Arum mendekat dan mengelus rambut Forza, “Sayang kamu bicara apa sih, kita nggak merasa direpoti, ingat kamu nggak sendiri karena ada kita semua yang akan selalu di samping kamu.” Forza mengangguk dan melepaskan pelukannya dari Braga, “Terima kasih tante.” Arum ikut menangis dan segera memeluk Forza. “Sama – sama sayang, kamu harus kuat ya kita semua akan selalu ada untuk kamu.” Arum mencium kening Forza. “Kak Forza!.” Teriak Firza yang berlari mendekat ke arah Forza. “Firza!.” Forza merentangkan kedua tangannya dan Firza segera memeluknya. “Apa yang terjadi kak, bunda kenapa?” Braga mendekat dan mengelus kepala Firza, “Bunda sedang di operasi do’akan ya nak.” Fahri mengangguk. “Fahri, kamu nggak apa?" tanya Firza mendekati Fahri yang duduk di kursi roda. " Kaki aku sakit kak." jawab Fahri menangis, Firza segera memeluknya dengan sayang membuat semua yang melihat terharu. "Jangan menangis, calon polisi nggak boleh cengeng." kata Firza menenangkan adiknya. Pintu ruang operasi terbuka, keluarlah Reno dan Dhika. Semua orang mendekat. “Gimana Bunda saya pak?” tanya Forza pada Reno. “Alhamdulilah Operasinya berhasil Za tinggal menunggu Bunda kamu siuman.” jawab Reno. "Alhamdulillah." jawab semua orang berbarengan. “Berikan perawatan terbaik untuk Fatma nak Reno, tante mohon, lakukan apa saja asal dia kembali sehat. Tante mohon nak, Fatma sangat berharga buat tante.” Kata Ranti pada Reno “Reno akan berusaha semaksimal mungkin tan.” Reno tersenyum. Pintu ruang operasi terbuka terlihat Bunda Fatma dibawa keluar dari ruang operasi dengan mata yang masih terpejam. “Bunda.” “Bunda.” “Ya Allah Fatma.” Semua berjalan mengikuti suster yang membawa bed Bunda Fatma ke ruang ICU, sesampainya di ICU mereka hanya bisa melihat Bunda Fatma dari balik kaca. Terdengar suara ponsel, Braga segera menjauh dan mengangkatnya. “Ya katakan.” “....” “Apa benar – benar sudah di pastikan?” “....” “Ya terima kasih, segera lakukan penangkapan, kabari jika sudah di bawa ke kantor.” Braga mematikan ponselnya dan berjalan ke arah ICU lagi. “Ada apa Om? Apa sudah ada perkembangan?” tanya Gavin Braga mengangguk, “Mobil yang menabrak Mbak Fatma sudah di ketahui atas nama Listy wiryawan alias Listy Adhitama.” “APA!” Seru Forza dan Firza berbarengan. “Jadi istri pria itu yang sudah mencelakai bunda, kak Firza sudah nggak bisa lagi menahannya kak Firza mohon izinkan Firza untuk membalasnya.” geram Firza penuh emosi. “Kalian kenal dengan mereka?” tanya Braga “Hendrik Adhitama Ayah mereka Om, dan Listy istri mudanya.” Jawab Gavin dan betapa kagetnya Braga, Braga menggenggam tangannya penuh emosi. “Kak sekarang juga Firza akan kesana, Firza mohon kasih izin Firza kak.” “Kakak nggak izinin kamu kesana, biar kakak yang ke sana. Firza kakak nggak mau terjadi sesuatu sama kamu sebaiknya kamu di sini menjaga bunda biar kakak yang kesana.” “Nggak kak kalau kakak yang di sakiti gimana? Firza nggak mau lihat kakak terluka.” “Abang akan menemani kakakmu, turuti perintah kakakmu Firza biar dia yang kesana. Abang janji akan menjaga Forza dan nggak akan membuatnya terluka sedikitpun.” “Kita langsung ketemu di kantor polisi saja Vin, anggota Om sudah bergerak kesana.” kata Braga. “Setahu aku tante Listy lagi pergi ke Singapura.” kata Dimas tiba - tiba membuat semua orang menatapnya. "Kamu kenal mas?" tanya Dhika. “Listy tante aku dan aku tahu bagaimana sifatnya. Rumahnya juga di jaga banyak bodyguard jadi nggak sembarang orang bisa masuk.” “Kamu serius mas? Dia tante kamu?” Tanya Gavin dan Dimas mengangguk. “Sekarang aku paham Vin, tante Listy pasti sengaja menabrak Bundanya Forza karena dia nggak terima mau di ceraikan Om Hendrik, aku sempat dengar mereka berantem. Om Hendrik bilang mau menceraikan tante Lysti dan rujuk kembali dengan istri pertamanya tapi tante nggak terima. Sumpah Vin aku nggak tahu kalau Om Hendrik bokapnya Forza.” Dimas menjelaskan semuanya. Ponsel Braga kembali bergetar dan Braga segera mengangkatnya. “Ya.” “....” “Segera tutup semua akses keluar, tempatkan juga beberapa anggota di bandara." "...." "Ya aku kesana." “Ada apa lagi Om?” tanya Gavin. “Tersangka kabur, di rumah hanya ada suaminya, menurut keterangan dari pembantu rumah Nyonya Listy pergi membawa koper sebelum suaminya pulang.” penjelasan Braga membuat semua terkejut. "Mas kamu tahu kira - kira kemana perginya dia?" tanya Gavin dan Dimas menggelengkan kepalanya karena memang tak tahu. Saat mereka sedang berbincang tiba - tiba Ayah Forza datang. “Forza?” panggilnnya, dan Forza pun menoleh ke sumber suara. "Untuk apa anda datang kemari?" kata Firza yang langsung berjalan mendekat namun pundaknya segera di tahan Braga. "Tenang nak, jangan emosi." kata Braga, "Ada apa Tuan Adhitama?" tanya Braga. “Saya datang kesini untuk menjemput Fahri." "Anda tidak berhak atas Fahri, apa anda lupa jika anda sudah meninggalkannya sejak dia masih dalam kandungan bunda?” Jawab Firza menggebu. “Aku Ayah kamu juga Fahri, jadi aku punya hak atas kalian.” “Ayah? Ayah macam apa yang tega meninggalkan anaknya juga istrinya yang sedang hamil tua? Saya masih ingat semuanya saya belum pikun.” kata Fahri lagi. “Firza Ayah mengakui kalau Ayah salah, Ayah mohon maafkan Ayah nak, Ayah hanya ingin berkumpul lagi dengan kalian.” “Hanya dalam mimpi saja Tuan, karena hal itu nggak akan pernah terjadi.” kata Forza, dia menarik Firza untuk mundur di belakangnya. “FORZA!!! Ayah selalu sabar menghadapi kamu, Ayah terima semua cacian kamu tapi makin kesini kamu makin tak terkendali. Ayah ingin membawa Fahri karena ingin melindunginya kamu dengar itu.” “Melindungi Fahri dan menyakiti bunda? Bunda lebih butuh Fahri dari pada anda dan saya bisa melindungi Fahri, bukankah selama ini saya yang merawat dan melindungi dia?” “Fahri dalam bahaya Za, mamah kamu mengancam akan menyakiti Fahri.” “Itu masalah yang harus anda selesaikan, menjauhlah dari keluargaku jangan pernah mendekat karena setiap anda mendekat penderitaanlah yang kami dapat. Saya mohon jauhi kami.” “Om biarkan Fahri disini, Bundanya lebih membutuhkannya saat ini beliau masih belum sadarkan diri di ICU?” “Apa maksud kamu mas?” “Tante menabrak Bundanya Forza Om.” “Lysti.” Geram Hendrik mengepalkan tangannya. “Sebaiknya anda bantu tim kepolisian, beritahu kami dimana istri anda berada.” kata Braga. "Saya nggak tahu dimana dia berada, seminggu yang lalu dia pamit akan ke Singapura, saya juga terkejut saat ada polisi ke rumah yang memberi tahu kalau Listy menabrak seseorang tapi saya nggak tahu jika yang dia tabrak Fatma dan Fahri." jelasnya. "Apa anda punya rumah singgah di luar kota?" "Ada, di Bogor dan Yogyakarta." "Apa kami bisa minta alamatnya?" "Tentu bisa." Ayah Forza segera menuliskan alamat rumah singgahnya dan memberikannya pada Braga, "Za sebaiknya Fahri Ayah bawa, di sini nggak aman buat dia, begitu juga kamu dan Firza." “Anda tidak perlu khawatir pak Hendrik Adhitama, saya janji akan menjamin keselamatan mereka, saat ini mereka tanggung jawab saya.” Tegas Gavin. Hendrik diam sejenak, "Baiklah saya percayakan ketiga anak saya pada anda pak Gavin mohon lindungi mereka bertiga setidaknya sampai Listy tertangkap." "Pasti." jawab Gavin mantap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN