Gladi Bersih

1271 Kata
Gavin Pov Hari ini aku sedang menemani gadisku gladi bersih untuk wisudanya yang akan dilaksanakan lusa, ya setelah melewati drama Skripsi yang membuatnya pusing dan selalu marah - marah padaku akhirnya lusa gadisku bisa mengikuti wisuda, aku bangga dengannya walaupun aku dan ketiga sahabatku memaksa untuk membantu skripsinya tapi dia dengan tegas menolaknya Masih panjang perjalanannya untuk mendapat gelar (dr.) di depan namanya karena dia harus mengikuti Koass, belum lagi mengikuti ujian UKMPPD  (Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter), ada Internship dan pastinya aku juga ingin dia mengambil spesialis, sesuai impiannya untuk menjadi spesialis Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan), jika mau aku juga ingin dia lanjut hingga ke subspesialis Konsultan Fertilitas-Endokrinologi Reproduksi (KFER). Aku bahagia kesabaranku menunggu untuk menghalalkan gadisku akan segera menjadi nyata karena akhirnya dua minggu setelah wisuda kami akan melangsungkan pernikahan, ya gadisku akhirnya mau juga untuk menikah denganku, aku sungguh sangat bahagia. Aku duduk menatap gadisku yang masih berbaris di depan sana bersama teman - temanya juga ada Reno yang mengomando jalannya latihan dibantu beberapa staff lainnya. Setelah menunggu dua jam lebih akhirnya gadisku terlihat berjalan ke arahku bersama Reno dan juga Dhika yang baru saja datang. Gadisku tampak kelelahan tapi masih tetap menunjukkan senyum manisnya untukku, bagaimana aku nggak makin cinta kalau dia selalu membuatku bahagia meski hanya melihat senyumannya saja. "Ini minum dulu." aku memberikan botol air mineral untuknya saat sudah duduk di sampingku, "Cape ya? mau mas pijat." kataku menatapnya yang sedang mengusap keringatnya. “Nggak usah, jangan bikin heboh deh mas males jadi bahan gosip terus.” Jawabnya. “Mereka saja yang nggak ada kerjaan malah gosipin kamu.” kataku, memang benar mereka kaya nggak ada kerjaan saja sukanya bergosip ria. “Ka Dhika kenapa lesu gitu, lagi sakit?” Gadisku malah mengalihkan pembicaraan dengan bertanya pada Dhika, sejak acara pertunangan kami ketiga sahabatku meminta gadisku untuk merubah panggilan menjadi kakak, awalnya Reno mau mas tapi aku menolaknya karena hanya aku yang boleh dipanggil mas olehnya. “Nggak Za sehat ko, sedikit cape saja nyiapin acara wisuda.” Jawab Dhika, “Gimana persiapan kalian, udah berapa persen?” tanya Dhika. “Sudah 90% tinggal fitting baju sekali lagi, sama sebar undangan doang.” Kataku mendahului sebekum gadisku menjawabnya. “Kamu nggak di pingit Za?” tanya Dhika lagi. “Nanti kurang 3 hari kata mamah Ranti, nanti kalau sudah pingitan tolong awasi sahabat kak Dhika ini ya jangan sampai kabur ke rumahku.” “Emang kenapa, kalau mas kangen pasti mas datang lah.” Kataku cuek sambil melipatkan kedua tanganku di depan d**a, persetan sama pingitan jangankan tiga hari, satu hari nggak ketemu saja aku sudah sangat merindukannya. “Nggak boleh, awas kalau kamu ngelanggar aku bakalan kabur ke tempat yang nggak bakal kamu tau.” Lagi dan lagi gadisku selalu mengancam akan kabur setiap aku menolak permintaannya, aku trauma saja saat acara pertunangan tiga bulan yang lalu aku menolak permintaannya agar acaranya sederhana cukup keluarga saja tapi aku justru membuat acara yang meriah di Hotel dan keesokannya dia malah menghilang membuatku gila dibuatnya karena seminggu lebih mencari keberadaannya yang ternyata dia pergi ke Semarang. “Kamu mah nggak seru Za sekarang mainnya ngancam mulu.” Gadisku justru terkekeh mendengar ucapanku. “Lagian Cuma 3 hari Vin, jadi pas ketemu nanti lagi kangen – kangennya.” Kata Dhika. “Nggak usah ngambek gitu nggak pantes sama muka dan umur kamu mas, makan yuk aku laper.” Aku mencebik kesal mendengar perkataan gadisku ini. "Mas belum tua ya, wajah mas saja baby face." kataku tersenyum. "Iyain saja lah dari pada kelamaan." jawabnya sambil berdiri akan melangkah meninggalkanku, tapi aku langsung menarik tangannya hingga ua duduk kembali. "Mas ih, kalau tadi jatuh kelantai gimana." omelnya padaku, aku juga tahu kali mana mungkin membiarkan gadisku terjatuh. "Mas juga nggak akan biarkan kamu jatuh kali Za." Aku lalu mendekatinya dan berbisik, "Kamu lagi periode ya?" Dia mengangguk, "Kamu nembus." kataku yang langsung mendapat tatapan horor darinya, aku tersenyum mengangguk. "Kalian ngapain bisik - bisik sih." kata Reno. "Nggak apa, kalian duluan saja nanti kita nyusul." kataku. "Kenapa nggak bareng? tadi Forza bilang sudah lapar." Jawab Reno lagi. "Ngga bisa." kataku kesal. "Iya nggak bisanya kenapa?" tanya Reno lagi. "Forza nembus nggak mungkin kan aku boarkan dia jadi bahan tontonan mereka semua yang di depan." Aku akhirnya bicara jujur. Aku melirik gadisku yang saat ini menundu, aku tahu pasti dia malu karena aku berterus terang pada kedua sahabatku. "Sorry, tapi kalau kelamaan disini yang ada makin banyak kali Vin, memangnya mau nunggu sampai kapan karena Aula nggak mungkin sepi." kata Reno lagi, benar juga kalau kelamaan di sini maka akan makin banyak nembusnya, Aula juga belum tentu satu atai dua jam bakal sepi. "Aku ambil jaket dulu di ruang kerjaku untuk menutupi, kamu cari buat gantinya Vin biar Forza ditemani Reno." kata Dhika yang langsung aku jawab dengan anggukan. " Kamu di sini dulu sama Reno ya mas beli ganti dulu." kataku, diaoun mengangguk. aku dan Dhika pergi keluar Aula. Setelah mendapatkan semua yang gadisku butuhkan, aku sekarang menuju ruang kerja Dhika karena tadi Reno mengirim pesan kalau mereka sudah berada di ruang kerja Dhika. "Forza dimana?" tanyaku saat sudah berada di dalam ruang kerja Dhika karena gadisku tak terlihat. "Ada di kamar istirahat aku, ketuk saja pintunya." jawab Dhika, aku pun mengangguk berjalan menuju kamar istirahat Dhika dan mengetuk pintunya. Tak lama gadisku membuka pintu kamar. “Ni yang, buruan sana ganti sudah mas belikan semuanya luar dalam." kataku tersenyum menggodanya dan gadisku langsung cemberut kesal, dia menerima paperbag pemberianku dan langsung menutup pintu. Aku berjalan mendekati ketiga sahabatku dan duduk di samping Dhika, "Mau makan apa Vin, kita mau dekivery?" tanya Reno. "Nggak tahu, aku nunggu Forza saja dulu barangkali minta pulang." Reno pun mengangguk. Pintu kamar Dhika terbuka dan keluarlah gadisku, aku menatapnya yang sedang berjalan mendekatiku, aku menggeser dudukku agar dia duduk di sampingku karena sofa yang aku duduki bisa untuk tiga orang. Gadisku pun duduk di sampingku, aku memeluk pinggang gadisku membuatnya menatapku, aku mengedipkan mata kananku kembali menggodanya. Gadisku mendengus, aku suka ekspresi wajahnya saat aku goda. "Ekheem ada orang kali di sini, seakan dunia milik kalian berdua saja." kata Dimas membuat aku dan gadisku menolwh ke arahnya. "Tahu nih, asik bener kalian berdua. Ini jadinya mau makan apa?" tanya Reno. Aku menatap gadisku, "Mereka mau delivery makanan, kamu mau apa?" tanyaku. "Samain saja mas." Jawabnya, "Samain Ren." kataku pada Reno yang dijawab dengan anggukan kepala. Menunggu makanan datang kami saling bergurau membicarakan apa saja, aku tahu ketiga sahabatku sedang berusaha agar bisa lebih dekat dengan gadisku karena gadisku masih malu - malu pada mereka. "Za pulang kita ke butik ya." kataku. "Ngapain? fiting terakhirkan seminggu lagi mas." “Kebaya wisuda, kamu belum beli 'kan?” tanyaku karena setahu aku gadisku ini belum membelinya. “Nggak usah beli aku punya kebaya yang baru dipakai sekali.” Jawabnya. “Ini kan wisuda kamu Za masa nggak beli yang baru sih, kita ke butik ya pulang dari sini.” “Nggak usah mas, aku nggak mau awas saja kalau kamu maksa aku pastikan pernikahan kita di undur 5 tahun lagi.” Jawabnya yang sukses membuatku terkejut, apa tadi katanya? di undur 5 tahun? Oh noo jangan sampai. “Astagfirullah Za, kali ini ancamannya ngeri amat sih, mas nggak mau sampai di undur.” protesku sambil menyentil dahinya, dan dia mengaduh kesakitan sedangkan ketiga sahabatku malah tertawa puas sekali, Reno sampai memegang perutnya. “Aww sakit mas, kamu belum nikah sudah KDRT.” Jawab gadisku. "Makanya ini bibir kalau ngomong yang benar jangan asal keluar." kataku sambil menunjuk bibirnya yang selalu menggodaku. "Iisshh nyebelin kamu." Aku tersenyum melihatnya ngambek, andai saja ketiga sahabatku nggak ada di sini pasti sudah aku peluk dan aku lumat bibirnya yang cerewet itu. Makanan datang kami pun makan dengan di selingi obrolan, gadisku masih tetap diam membisu, dia masih ngambek aku sengaja membiarkan, nanti saja saat sedang berdua akan aku keluarkan semua rayuanku.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN