Ngidam

1546 Kata
Kehamilan Forza sudah jalan 3 bulan walaupun masih belum begitu terlihat, malam ini Forza Sift malam, “Kenapa Za?” tanya Adit “Lapar dit, pengen Mie goreng yang pedas full sayur minumnya Lemon Tea anget kayanya enak ya.” Kata Forza sambil membayangkan. “Lu ngidam? Mau gue beliin?” “Mungkin, nggak usah dit aku maunya di buatin seseorang.” “Siapa? Eh tuh laki lu datang minta bikinin dia saja kan bapaknya.” “Malam dokter Gavin.” Sapa Adit. “Malam juga Dit, kok sepi pada kemana?” tanya Gavin dan duduk di samping Forza. “Mas Ciko sama mbak Via lagi ke lab, dokter Lily dan anak koass lainnya ada di dalam dok pada konsul kayanya.” Gavin hanya mengangguk mendengar penjelasan Adit. “Mas dokter Dhika ada dimana?” “Di rumah lah, tadi kan dia baru pulang jam 8 kenapa?” “Mas aku ngidam.” “Oya, ngidam apa Mommy pasti Daddy turuti.” Gavin sangat antusias akhirnya istri tercintanya ngidam juga. “Forza ngidam mie goreng full sayuran sama lemon tea anget dok mau saya beliin nggak mau katanya mau seseorang yang buatin.” Timpal Adit. “Oke akan daddy buatin.” “Nggak.” “Loh ko enggak, katanya mommy ngidam? Adit bilang pengin di buatin seseorang?” “Iya dibuatin seseorang tapi bukan kamu mas.” “Terus siapa?” “Aku mau dokter Dhika dan dokter Reno yang buat.” “Apa? Kamu yang benar saja dong Za, sekarang sudah jam 10 lebih Dhika juga pasti sudah tidur, Reno malam ini juga lagi ngesift, mas saja ya yang buatin? Ini kan ngidam pertama kamu jadi harus mas yang bikin, Oke cantik.” Rayu Gavin. “Nggak!” Adit tertawa geli melihat sahabatnya ngambek sama suaminya. “Sayang, mas nggak enak nyuruh mereka berdua ke sini, yang satu baru pulang yang satunya lagi ngesift.” “Ya sudah nggak usah di turuti biarin saja anakmu ileran.” Ciko dan Via datang berjalan mendekat, “Tuh ada mas Ciko gimana kalau mas sama mas Ciko saja yang bikin?” tawar Gavin dan Ciko yang baru datang celingukan bingung namanya disebut. “Nggak! Biarin saja ileran.” jawab Forza kesal. “Oke mas coba hubungi Dhika dan Reno sekarang, Baby Daddy turuti permintaan kamu sekarang jangan nakal sama Mommy.” Gavin mengelus perut istrinya kemudian berjalan menjauh mencoba menghubungi dua sahabatnya. “Ada apaan sih, namaku kenapa tadi di sebut sama suami kamu Za?” tanya Ciko penasaran. “Forza ngidam mie goreng sama lemon tea tapi yang buat dokter Dhika dan dokter Reno yang sering ke sini itu dan dokter Gavin misuh misuh maunya beliau yang bikin.” Jelas Adit. “Serius Za? Kamu minta Dirut Rs ini masak mie goreng?” tanya Via. Forza mengangguk, “Memangnya dokter Dhika sudah resmi jadi Dirut mbak?” “Serah terima secara resmi sih belum, katanya bulan depan pas awal bulan, kamu nggak tahu?” “Nggak mbak, mas Gavin juga nggak cerita mungkin karena belum pasti.” Gavin datang mendekat dan duduk di samping Forza, “Gimana?” tanya Forza “Iya Dhika dan Reno jalan ke sini, mau bikinnya dimana? Dapur IGD apa ke kantin?” “Dapur IGD saja aku malas jalan ke kantinnya.” Gavin mengangguk. “Sabar ya dok, bumil memang gitu hehe.” Kata Mbak Via. “Harus itu mbak Via kalau nggak sabar aku bisa kabur nanti.” “Mulutnya itu loh, suka banget ngomong kabur mom.” Protes Gavin mencolek bibir Forza dan Forza hanya nyengir. “Suka banget kalau lihat dokter sama Forza, best couple selalu romantis, dokter nggak pernah marah dan selalu mengalah benar – benar suami idaman.” Celoteh Mbak Via. “Terima kasih Via sudah memuji saya, besok saya traktir sarapan.” “Via doang dok? Saya enggak?” kata mas Ciko. “Tau nih masa cuman mbak Via, aku istrimu nggak juga?” “Uluuhh uluuhh mommy nomer satu dong, oke kalian bertiga juga besok saya traktir bubur ayam depan Rs.” “Terima kasih dok.” “Eh tuh dokter Dhika sudah datang.” Kata mas Ciko Dhika berjalan mendekat membawa paperbag. “Bumil ngidamnya kenapa nggak dari siang sih kan aku belum pulang.” Kata Dhika “Maaf, penginnya barusan dok dari siang nggak pengin.” Forza nyengir. Dhika mengangguk, “Mau bikin dimana?” “Dapur IGD saja, itu apa dok?” “Bahan mie goreng sama lemon tea, katanya mau full sayur di kantin takutnya sudah pada habis jadi bawa dari rumah.” Jawab Dhika. “Uncle Dhika memang terbaik ya dek, kamu nggak akan ileran karena uncle Dhika akan penuhi keinginan kamu.” Forza mengelus perutnya sambil mengajaknya berbicara, membuat Dhika tersenyum. “Reno mana Vin? Belum nyampe juga dia?” tanya Dhika. “Tuh datang.” “Ya ampun bumil, aku nggak bisa masak ngapain minta aku sih.” Reno datang sambil ngoceh – ngoceh. “Siapa yang minta kakak masak?” tanya Forza. “Noh lakimu tadi di telfon katanya minta masakin mie goreng sama bikin lemon tea.” Reno menunjuk Gavin. “Yang masak bikin mie goreng kak Dhika, kak Reno buat lemon tea.” “Oke, demi keponakan aku buatin, ayo Dhik buatnya dimana.” “Ikuti aku.” “Mas bantuin mereka ya, nggak enak masa duduk di sini.” Kata Gavin. “Ya sudah sana.” “Za, pintar sekali kamu ngidam yang bikin dokter ganteng semua.” Kata dokter Lily berjalan mendekat ke meja Forza. “Kemauan yang di perut dok hehe.” “Nggak nyangka dokter Dhika jago masak ternyata, saya baru tahu.” Forza hanya menanggapi dengan tersenyum. Tak lama tiga pria tampan yang di tunggu – tunggu akhirnya datang juga, “Silahkan menikmati Nyonya, lemon tea ini uncle buat dengan penuh kasih sayang dan cinta untuk keponakan uncle.” Kata Reno menyodorkan gelas berisi Lemon tea hangat. “Ini mie goreng full sayuran sesuai request, harus di habiskan.” Kata Dhika. “Terima kasih duo uncle sudah kolaborasi buatin makan malam, terima kasih juga buat Daddy yang sudah turuti ngidamnya aku.” Kata Forza manja. “Sama – sama mommy, sekarang makan dan habiskan ya.” Gavin mengelus puncak kepala istrinya. “Aku mau di suapi.” “Oke Daddy suapi.” “No, bukan kamu yang suapi tapi kak Dhika dan kak Reno, sini duduk di kanan kiriku.” “Sayang yang benar saja dong kenapa mereka lagi, kan ada mas di sini jadi mas yang suapi kamu oke.” Protes Gavin tak terima kembali tersisih. “Aku nggak mau makan.” “Biarin saja dokter Gavin itukan permintaan bayinya, cuman di suapi nggak minta cium ya Za.” Kata dokter Lily sambil tertawa geli melihat Gavin. “Iya Vin, buang dulu cemburumu emangnya mau anak kamu ileran? Aku sudah belain kesini masa nggak di makan sih, sini aku suapin. Habis ini sudah ya baby uncle mesti balik nggak bisa ninggalin lama – lama.” Kata Reno dan Reno pun mulai menyuapi Forza. “Udah kak kenyang, mau minum kak Dhika.” Dhika pun menyodorkan gelas lemon tea untuk Forza minum. “Habisin mom, kamu mesti makan banyak baru juga berapa suap.” “Nggak mau, sudah kenyang mas buat kamu saja.” “Vin aku balik duluan ya, tinggal dulu ya Za, ponakan uncle jangan nakal di dalam sayang sama mom ya.” Reno segera pergi. “Aku juga pulang ya Vin, besok ada kelas jam 7, Za pulang dulu ya, mari dokter Lily dan semuanya.” Pamit Dhika. “Mari dok, hati – hati di jalan.” “Mas nggak pulang?” tanya Forza. “Nggak, mas di sini saja, kamu tidur sana tuh yang lain sudah pada tidur, ini pakai jaket mas.” “Belum ngantuk mas, di sini dulu liat dua pemain catur nggak profesional lagi tanding.” “Sembarangan nih Nyonya Gavin, kita profesioanal kan Dit?” tanya mas Ciko. “Bumil ngomong apa iyain saja mas, takut di lempar gelas haha.” Jawab Adit. “Adit, nyebelin deh.” “Mommy, sudah.” Gavin mendekatkan kursinya, tangan kanannya merangkul pundak Forza dan menarik ke dalam dekapannya, “Kalau nggak mau tidur di dalam sama yang lainnya, tidur di sini mas peluk biar anget.” Forza mencubit perut Gavin yang terkekeh geli. Tak butuh waktu lama Forza tertidur dalam dekapan suaminya ,”Bumil tidur dok?” tanya Ciko yang di angguki Gavin. “Pindahin ke dalam saja dok, atau di brankar saya pasangin sprei kalau mau.” “Nggak usah mas saya bawa ke ruangan saya saja, kalau butuh bantuan telfon ya nanti saya yang ke sini.” “Siap dok.” Gavin menggendong Forza menuju ruang kerjanya, menidurkannya dengan hati – hati di atas bed ruang istirahatnya dan menyelimutinya. Sungguh Gavin sangat bahagia memiliki istri yang sangat dia cintai dan juga buah hatinya yang tumbuh sehat di rahim Forza. Gavin menyingkap baju Forza, di rabanya pelan sudah terasa walau belum begitu besar, “Sehat – sehat ya sayang, jangan nakal, jangan buat Mommy kesakitan juga, Daddy tunggu kelahiran kamu nak, Daddy sayang kamu dan Mommy melebihi apapun nak.” Gavin mencium perut Forza, menurunkan kembali bajunya dan mencium kening Forza, “Sweet dream Mommy.” Gavin berbaring di samping Forza dan memeluknya.

Baca dengan App

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN