Firasat

1105 Kata
“Tolong jika aku nggak ada umur, tolong jagain anak – anak aku Ran walaupun aku tahu jika Forza mampu karena selama ini dialah yang yang paling hebat, melindungi dan juga memenuhi kebutuhan aku dan adik – adiknya, dia juga ikut serta menjaga kedua adinya, dia tulang punggung pengganti Ayahnya. Tapi tetap saja dia gadis yang rapuh yang selalu membutuhkan bahu dan pelukan untuk menenangkannya, sekuat apapun dia di hadapanku dia tetap selalu menangis di dalam kesendiriannya. Ran tolong beri dia pelukan saat dia rapuh, di sini kami tidak mempunyai siapa – siapa.” Fatma menunduk dan menangis, Ranti mendekat dan memeluknya. “Kamu ngomong apa sih Fat, kita akan menua bersama melihat cucu kita lahir kamu masih ingatkan kalau Gavin begitu mencintai Forza sampai dia rela mencintai dalam diam selama 2 tahun lebih. Apa kamu nggak mau lihat Gavin dan Forza menikah, mempunyai anak?” kata Ranti. “Aku ingin sekali melihatnya Ran tapi entah kenapa aku ngerasa kalau nggak lama lagi aku bakal meninggalkan mereka.” Fatma kembali mentitikan air matanya. “Mbak jangan bilang begitu, Braga baru saja bertemu sama mbak jadi mbak Fatma jangan ngomong kaya gitu lagi ya.” kata Braga, dia ikut memeluk Fatma. “Aku ajak kamu makan malam bukan buat sedih begini Fat, aku ngajak ke sini karena ingin meminta Forza untuk kami jadikan menantu, aku dan mas Ardan ingin melamar Forza Fat.” Ranti mengungkapkan niatnya melamar Forza untuk Gavin. “Melamar?” cicit Fatma yang di angguki Ranti. “Aku tahu Forza masih trauma karena melihat pernikahanmu, dia juga belum memikirkan menikah ataupun kebahagiaan dia sendiri tapi aku sudah nggak sabar untuk mengikatnya Fat aku yakin di dalam hati Forza juga sudah ada rasa untuk Gavin tapi ia enggan mengakuinya. Aku mohon Fat jangan tolak lamaranku izinkan aku menjadikan Forza menantuku, aku janji akan membahagiakan dia seperti anak aku sendiri.” ujar Ranti. “Aku senang Fat kamu mau menjadikan Forza bagian dari keluargamu, tapi aku nggak bisa memutuskan karena semuanya tergantung Forza dia yang akan menjalani rumah tangga.” jawab Fatma. “Urusan Forza nanti biar aku yang ngomong, yang penting kamu sudah kasih aku izin.” “Iya silahkan.” Fatma tersenyum. “Bunda, Fahri ngantuk.” Tiba -tiba Fahri datang dan memeluk bunda Fatma. “Kamu ngantuk nak? Sini Om Braga gendong, Om pengen gendong kamu nak dulu Om selalu di gendong Bunda loh.” Kata Braga merentangkan kedua tangannya. “Iya bun?” tanya Fahri. “Iya sayang.” Fatma mengangguk dan Fahri pun mendekat ke arah Braga untuk di gendong. “Ayah!” panggil seorang anak gadiscantik pada Ayahnya. “Hai princess Ayah akhirnya datang juga.” kata Braga. “Ayah gendong siapa?” tanya gadis kecil itu yang terus mentap Fahri. “Ini mas Fahri anaknya Bude Fatma. Mbak Fatma ini anak ke dua Braga namanya Arin, cium tangan Bude nak.” Arin pun mendekat dan mencium tagan bunda Fatma. “Dan ini Arum istri aku mbak, Arum ini mbak Fatma yang aku ceritain itu.” jelas Braga pad istrinya. “Apa kabar mbak Fatma, senang bertemu dengan mbak Fatma.” Arum menyalami tangan bunda Fatma dan juga cipika cipiki. “Alhamdulilah baik, mbak juga senang bisa bertemu denganmu dik Arum.” jawab Fatma. “Fahri, kakak cariin ternyata kamu sudah kesini.” Tegur Firza yang berjalan mendekat di ikuti Forza dan Gavin. “Adikmu ngantuk kak jadi kesini, Firza ini tante Arum istrinya Om Braga salim sayang.” Kata bunda Fatma. “Kalau yang ini anak pertamaku Forza, Forza ini tante Arum salim sayang.” “Cantik dan tampan – tampan anak mbak Fatma, Mbak Ranti ini ko namanya sama ya kaya cewek yang di taksir bang Gavin.” Arum teringat nama gadis yang sedang di incar keponkannya itu. “Emang satu orang tante.” Gavin melirik Forza yang hanya menundukan kepalanya. “Oalah, kamu jadi naksir anaknya mbak Fatma toh. Dunia sempit sekali ya Vin.” jawab Arum. “Bunda pulang.” Rengek Fahri. “Iya nak kita pulang kamu turun dulu dari Om dong kan berat Omnya, mas Ardan, Ranti Braga dan dik Arum kami pamit pulang dulu ya Fahri udah rewel. Terima kasih atas undangan makan malamnya.” “Sama – sama Fatma, kalau aku lagi nggak dinas sepertinya kita mesti adakan kumpul – kumpul lagi seperti ini.” Kata Ardan “Insya Allah mas, anak – anak pamit dulu baru kita pulang.” titah Fatma pada ke tga anaknya. “Kami pamit dulu Mah, Pah, Om dan Tante.” kata Forza. “Iyah sayang.” “Gavin bawa mobilnya nggak usah ngebut ya ingat kamu membawa orang yang sangat berharga buat Om dan mamah kamu.” kata Braga mengingatkan. “Siap Om.” jawan Gavin. Mereka semua keluar restoran dan memasuki mobil, sementara di dalam restoran. “Aku nggak nyangka hidup mbak Fatma begitu menyakitkan, rasanya saat ini juga Braga ingin mencari suaminya dan menghajarnya hingga mati.” Braga sangat emosi saat tahu suami Fatma sudah menyakiti Fatma, wanita yang sudah seperti kakak kandungnya sendiri. “Mbak juga nggak nyangka Ga, kenapa suaminya tega memilih wanita lain demi membesarkan perusahaannya. Padahal perusahaan Ayah mulai bangkrut karena dia yang kelola dan sekarang dengan kurang ajarnya dia mau menjual rumah peninggalan Ayah satu – satunya.” Kata mamah Ranti kesal. “Mbak, sepertinya kita mesti bantu perekonomian mbak Fatma, apalagi Forza kuliah kedokteran yang pastinya butuh banyak biaya.” kata Braga. “Jangankan kita Ga, suami Fatma tiap bulan pasti mengirim uang lewat Forza tapi gadis itu dengan tegas menolaknya bahkan mentransfer balik semua uangnya.” jawab Ranti, mengingat cerita dari Gavin dan Fatma. “Kalau gitu langsung lewat mbak Fatma saja mbak.” kata Arum. “Nggak bisa Rum, karena Fatma hanya bergantung dari Forza kalau tiba – tiba Fatma punya uang pasti Forza curiga.” “Braga kasian mbak, Braga ingat waktu dulu kita susah dan tangan mbak Fatma yang pertama memberikan pertolongan untuk kita, mempertemukan kita dengan Ayah dan Ibu yang menganggap kita anak seperti Mbak Fatma nggak ada yang di bedain. Memangnya Forza kerja apa mba?” “Dia jadi penyanyi di beberapa Cafe, ngajar les bahasa inggris, ngajar les piano dan biola, jadi penerjemah juga. Kadang juga jadi endorsment.” jelas Ranti. “Gavin nggak salah suka sama Forza mba, dia gadis yang kuat.” kata Arum lagi. “Ya makanya mbak nggak mau melepaskan Forza, dia harus jadi menantu mbak seengganya dengan cara itu mbak bisa balas budi sama Fatma.” “Sebenarnya ada cara buat bantuin Fatma mah.” Kata papah Gavin tiba – tiba. “Apa?” tanya Ranti. “Kita mesti lewat kampus dan sekolah, minta tolong Dhika agar Forza dapat keringanan biaya kuliah. Maksud papah kita yang bayar biaya kuliahnya tapi jangan sampai Forza tahu, biar dia taunya Forza dapat beasiswa toh Forza juga anaknya pintar jadi dia nggak akan curiga, kita minta tolong Dhika selaku dekan buat memberikan Formulir beasiswa palsu buat formalitas aja agar Forza nggak curiga. Begitu juga untuk Forza dan Fahri kita lewat sekolahnya langsung.” jelas Ardan panjang lebar. “Braga setuju tuh mas, mungkin pakai cara kaya gitu saja mbak jadi uang hasil kerja Forza bisa di pakai untuk kebutuhan sehari – hari” “Ya nanti coba mbak bicara sama Dhika, sekarang pulang yu udah malam.” kata mamah Ranti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN