Keesokan harinya Letty mulai menjalankan rencananya, dia memulainya dengan mendaftarkan dirinya ke NYU.
Tidak banyak yang harus Letty siapkan, selain berkas untuk di bawa ke kampus dan mendaftar sebagai mahasiswa baru di New York University.
Letty bangun pukul 8 pagi untuk mulai bersiap. Dia memilih memakai skinny jeans dan t-shirt hitam bersama sepatu boot hak tinggi berwarna hitam. Rambutnya di biarkan terurai kemudian Letty memoles make up simple.
"Selesai." Letty siap menjalankan harinya. Setelah merasa dirinya siap. Letty berkaca sekali lagi untuk memastikan penampilan tetap cantik dan seksi dan yang terutama adalah tidak memikat perhatian orang banyak.
"Perfect," ucap Letty pada bayangan kaca di depannya. Letty mengambil tas selempang beserta beberapa berkas dalam map berwarna hitam berisi data dirinya. Terakhir, Letty mengambil kaca mata hitamnya dan dengan percaya diri Letty mulai melangkahkan dirinya ke luar.
"Sebaiknya aku naik taksi saja, mobilku sudah pasti akan menarik perhatian di sana," batin Letty.
"Selamat pagi nona Van Der Lyn," sapa seorang housekeeper yang bekerja di apartemen Letty. Letty merasa senang walau baru dua hari dia tinggal di sini semua orang yang bekerja di apartemen ini memperlakukan Letty seperti tuan puteri, tidak beda dengan pelayan di rumah besarnya.
"Selamat pagi, tuan ...." Letty berusaha membaca papan nama milik housekeeper tersebut.
"Oh, perkenalkan nama saya Simon," ucap pria setengah baya itu yang di balas dengan senyum anggun Letty.
"Maaf, tuan Simon, saya harus beregas. Selamat melanjutkan pekerjaan anda," ucap Letty sambil pamit dan melangkah keluar.
Letty bergegas ke lift. Dia nenekan tombol ground. Lift berjalan cepat dan hanya hitungan detik, Letty sudah tiba di lantai dasar apartemen. Pintu lift kemudian terbuka, Letty bergegas keluar. Dia di sambut dengan hangat oleh dua orang wanita yang bekerja di tempat reservasi beserta seorang bellboy yang berdiri di samping pintu keluar.
Tidak butuh waktu lama bagi Letty untuk mendapatkan sebuah taksi. Letty menyebut nama New York University dan kemudian supir taksi pun mulai menjalankan mobilnya. Kurang lebih sepuluh menit Letty sudah tiba di depan NYU. Letty menyerahkan beberapa lembar dolar untuk membayar ongkos taksi beserta tip untuk si supir lalu Letty bergegas menuruni taksi dan mulai melangkah ke arah pintu masuk universitas.
Tidak ada siapapun yang mengenalinya. Dia juga tidak mengenal siapapun di sini, tidak bahkan teman-teman di sekolahnya sekalipun. Lagi pula, siapa siswa lulusan Avenue world school yang memilih NYU sebagai universitas mereka? Hanya Letty satu-satunya siswa lulusan sekolah menengah atas paling bergengsi New York yang mau mendaftar ke NYU. Tapi itu semua tidak ada artinya bagi Letty, lagi pula ini hanya bagian dari rencana Letty.
"Damn! Dimana tempat pendaftarannya," umpat Letty dengan setengah suaranya. Tanpa basa-basi Letty pun bertanya pada seorang pria yang sepertinya adalah mahasiswa di universitas ini.
"Permisi," Letty memanggil seorang pria di hadapannya. Pria itu sedang asik mengutak-atik ponselnya entah apa yang sedang di lakukannya sehingga dia tidak mendengar seorang gadis sedang menyapanya.
Letty membuang muka dengan malas. Sebenarnya dia juga tidak ingin mengulangi perkataanya namun dia juga tidak ingin bertanya pada orang lain selain pria jangkung di hadapannya.
"Ehem!" Letty berdehem bermaksud memberi isyarat pada pria di hadapannya bahwa di hadapannya sedang berdiri gadis cantik yang butuh pertolongan.
"Kau butuh sesuatu?" ucap pria itu dengan santai namun tidak sekalipun mengangkat kepalanya dan melirik mahluk cantik di depannya.
"Ya. Aku sedang mencari ruangan tempat pendaftaran untuk mahasiswa baru. Bisa kau tunjukan tempatnya? ucap Letty dengan menahan nada bicaranya agar tidak terdengar sarkastik.
"Di sebelah sana," ucap Pria itu sambil mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah sebuah lorong yang hanya di lewati dua sampai tiga orang. Letty mengikuti arah tangan pria itu menunjuk.
"Terima kasih," ucap Letty.
Tidak ada balasan, akhirnya Letty pun melangkah meninggalkan pria yang hampir membuat dirinya kesal. Letty berjalan menyusuri lorong sepi itu berharap menemukan yang dia cari
Letty memperhatikan satu persatu pintu ruangan tersebut dan akhirnya dia menemukan tulisan 'Ruang Tata Usaha' Letty bernafas lega setelah membacanya, ternyata pria dingin itu tidak bohong. Dia kemudian mengetuk pintu beberapa kali dan setelah mendapat jawaban Letty masuk ke dalam ruangan mendapati seorang wanita bertubuh gempal dengan kacamata segi empat sedang duduk sambil menikmati secangkir teh hangat dan beberapa potong kue di mejanya.
"Permisi," ucap Letty saat memasuki ruangan tersebut.
Wanita bertubuh gempal yang memakai pakaian seperti seorang manajer perusahaan itu melirik Letty dari balik bulu matanya sebelum berucap
"Silahkan duduk, nona" ucap wanita setengah baya bertubuh gempal itu pada Letty, sambil membenarkan posisi duduknya. Setelah dia merasa nyaman dengan posisi duduknya dia kembali menatap Letty dengan wajah datar tanpa ekspresinya. "Silahkan, nona. Jelaskan siapa anda dan untuk apa anda kemari."
"Sebelumnya saya ucapkan selamat pagi Ms. Courtney," Letty berhasil membaca papan nama milik wanita di depannya sebelum mengambil tempat duduk di depan wanita itu. "Saya Letichia Van Der Lyn dan saya berniat mendaftar ke New York University"
"Si-siapa Van Der?" ucap Ms. Courtney dengan wajah kagetnya, seakan tidak percaya dengan perkataan gadis di depannya.
"Iya, saya Letty Van Der Lyn. Ini berkas saya silahkan di baca," ucap Letty sambil memberikan sebuah map berisi data dirinya pada Ms. Courtney yang masih tertegun di tempatnya.
Dengan sedikit ragu Ms. Courtney menerima berkas milik Letty, dengan sedikit keberanian juga Ms. Courtney mulai meneliti data diri Letty. Betapa kagetnya Ms. Courtney saat membaca data diri Letty, di situ tertera dengan jelas bahwa gadis di hadapannya adalah anak dari Fredricksen Van Der Lyn dan Elena Cardenaz. Dia menelan salivanya saat mengetahui bahwa gadis di hadapannya memanglah anak seorang miliuner.
"Ehem." Kali ini giliran Ms. Courtney yang berdehem untuk memperbaiki sikap dan duduknya. Courtney menutup map milik Letty dan menaruh kedua tangannya di atas map.
"Well," Ms. Courtney menggeleng pelan. "Katakan nona Van Der Lyn, apa yang membuatmu berpikir untuk mendaftar ke kampus sederhana ini?"
"Kurasa alasanku seperti mahasiswa baru yang lainnya, aku ingin belajar di sini. Itu saja," ucap Letty singkat.
"Begitukah? Kalau begitu kami sangat merasa terhormat dapat menerima anda di universitas ini, namun seperti mahasiswa pada umumnya anda tetap harus mengikuti semua peraturan yang di buat oleh universitas, karena peraturan tetaplah peraturan," ucap Ms. Courtney.
"Terima kasih sudah mengingatkan saya, saya akan berusaha. Apa ada lagi yang harus saya lakukan untuk menjadi mahasiswa di sini?" ucap Letty.
"Mmm ... berkas-berkas mu sudah lengkap. Hanya tinggal menandatangani beberapa surat dan membayar biaya pendaftaran," ucap Ms. Courtney, kemudian dia menyerahkan formulir pendaftaran kepada Letty untuk di isi dan di tandatangani. Setelah membayar biaya pendaftaran yang di sebutkan Ms. Courtney, Letty pun pamit dari ruangannya.
"Fyuhhh ...." Letty mengembuskan nafas panjang.
"Satu urusan selesai. Sekarang masuk ke rencana utamanya," batin Letty. Dia berjalan ke luar gedung universitas ini, selanjutnya Letty keluar dan mencegat taksi untuk ke Manhattan. Dia harus memberitahukan ayahnya bahwa dia sudah mendaftar ke NYU.
Namun di sisi lain ...
Van Der Lyn Group Company, perusahaan pembuat permata sebagai perhiasan termahal dan juga perusahaan yang sedang melebarkan sayapnya di bidang properti, tepatnya ruang kerja milik Fredricksen Van Der Lyn sebagai Presiden Direktur Van Der Lyn Group Company. Fredrick sedang sibuk memeriksa beberapa berkas untuk di tandatangani dia di temani sekretarisnya.
"Delinda apa jadwalku sesudah makan siang?" ucap Fredrick sambil terus meneliti berkas-berkas di hadapannya.
"Anda dijadwalkan akan bertemu dengan client kita dari Prancis, tuan. Mereka ingin membahas tentang produk pemasaran kita yang bekerja sama dengan brand fashion ternama Prancis," ucap Delinda.
"Baiklah. Apa kau sudah siapkan materinya?"
"Ya, tinggal mengundang menager devisi untuk hadir tuan," ucap Delinda.
Drrrtt ... drrtttt ...
Fredrick melirik ke layar ponsel yang tertera nama Bryan pada layar monitornya.
"Delinda, aku akan memanggilmu jika perlu," ucap Fredrick dan segera sesudah mendengar hal itu Delinda pun meninggalkan ruangan Fredrick.
Setelah memastikan Delinda sudah keluar Fredrick pun mengangkat teleponnya. "Katakan."
"Nyonya muda sudah mendaftar ke NYU. kurasa selanjutnya dia akan ke Washington," ucap Brian dari seberang telepon.
"Terus awasi dia, dan ingat jangan sampai dia curiga."
"Baik tuan."
Tut .
Fredrick menutup sambungan telepon.
"Oh puteriku, bisa-bisanya kau berpikir mengelabui ayahmu," gumam Fredrick sambil tersenyum kecut.
"Kita lihat rencanamu yang selanjutnya," batin Fredrick.
*****
Rumah Kediaman Van Der Lyn.
_________________________
"Mom, dimana Leo?" tanya Letty. Dia sudah tiba di rumahnya dan Elena langsung menyuruh Letty untuk makan siang bersama mereka. Kebetulan Letty juga sangat lapar jadi dia tidak menolak tawaran ibunya.
"Sedang keluar bersama teman-temannya," ucap Elena.
"Oh iya mom, aku sudah mendaftar ke NYU," ucap Letty
"Oh ya? baguslah," ucap Elena.
"Ya, ku harap dad akan senang," ucap Letty.
"Sebenarnya ada yang ingin Mom katakan padamu, tapi ku harap kau akan menjawab jujur," ucap Elena. Dia menatap Letty dengan tatapan menyelidik membuat Letty bisa memahami maksud pembicaraan Elena.
"Apa pun itu," ucap Letty santai.
"Habiskan makananmu, dan kita akan lanjutkan perbincangan ini di kamarku," ucap Elena. Letty hanya menaikan kedua bahu dengan ekspresi santai.
"Ku harap kau tidak akan berbuat bodoh Letty," batin Elena.
____________________________________________________.
TO BE CONTINUE