28. In the midst of anxiety

1537 Kata
     Letty menghembuskan nafas beratnya untuk yang kesekian kalinya. Sejak perbincangannya dengan ibunya, Letty terus bertanya dalam hati apa maksud perkataan ibunya     "Kau tidak tahu siapa ayahmu sebenarnya, Letty. Tapi jika mungkin kau akan mengetahuinya ku harap kau tidak akan membencinya. Ingat apa pun yang nantinya akan kau ketahui tentang ayahmu itu hanya sisi gelapnya, yang perlu kau ingat adalah dia telah membesarkanmu selama tujuh belas tahun dengan seluruh kasih sayangnya."     Perkataan Elena itu mengaung di pikiran Letty seperti kaset rusak yang di putar berulang-ulang. Entah apa tujuan perkataan Elena itu, apa yang Elena maksud dengan 'sisi gelap'? Apakah ini ada sangkut pautnya dengan kecurigaan Letty selama, ini bahwa ayahnya menyembunyikan sesuatu darinya?    "Argh!" Letty semakin pusing memikirkannya. Kepalanya pening saat kembali mengingat bagaimana wajah ayahnya saat memarahinya waktu lalu pada perayaan ulang tahun Letty, untuk yang pertama kalinya gadis itu merasa takut melihat ayahnya. Seakan ada orang lain di dalam diri Fredrick dan itu sangat mengerikan untuk Letty.     Letty bersyukur bisa berbaikan dengan ayahnya, Letty juga tidak ingin ada pertengkaran lagi di antara mereka. Namun, jika harus memikirkan untuk mengentikan rencananya sebelum di mulai, rasanya mustahil. Letty hanya bisa berharap supaya Fredrick tidak mencurigainya.     "Nona, apa ini apartemen anda?" ucap supir taksi yang berhasil membangunkan Letty dari dunia khayalnya. Ya, Letty terlalu sibuk berkutat dengan pemikirannya sendiri sehingga dia tidak sadar sudah berada di depan apartemennya. Letty berusaha mengembalikan pikiran dan tenaganya untuk keluar dari dalam mobil taksi, sambil menyerahkan beberapa lembar dolar untuk membayar taksi Letty berucap terima kasih kepada supir taksi tersebut.     Letty mendesah sambil tersenyum kecut saat mendapati dirinya tengah bimbang dengan rencannya. Rencana yang awalnya di anggapnya begitu mudah ternyata masih butuh begitu banyak pertimbangan. Mungkinkah ayahnya juga mengetahui rencana Letty?    "Aku tidak peduli. Yang terpenting sekarang kuatkan saja diriku," batin Letty yang berusaha memperkuat kembali pikiran dan tenaganya.     Letty telah sampai di depan kamarnya dan alangkah terkejutnya dia saat mendapati pintu apartemennya tidak terkunci lagi.     "Aneh sekali, aku yakin aku menguncinya." Letty membatin dan di saat itu juga dia membuka pintu apartemennya dan dia semakin terkejut ketika melihat seorang pria sedang duduk di sofa ruang tamu dan sedang asik menonton televisi.     Perlahan namun pasti Letty mulai mendekati pria yang sedang asik menonton TV-nya, dan begitu dia mengetahui siapa pria tersebut, matanya membulat kaget bahkan sepertinya jantungnya berhenti berdetak.     "D-d-dad?" ucap Letty terbata. Dia tidak percaya bahwa ayahnya yang sedang duduk bersantai di ruang tamu. Entah mengapa ini menjadi seperti sangat aneh untuk Letty, kenapa ayahnya mengunjungi apartemennya tanpa memberitahunya dan lagi apakah ayahnya mempunyai kunci cadangan untuk membuka pintu kamarnya?     "Halo sayang, kenapa kau terkejut?" ucap Fredrick santai. Fredrick kembali menyesap bir kaleng di tangannya, tanpa melirik putrinya.    "Kenapa dad bisa di sini?" tanya Letty. Dia berusaha untuk tidak berpikir negatif dulu, sebelum mengetahui alasan ayahnya.    "Aku hanya rindu padamu, ayo duduklah," ucap Fredrick sambil menepuk bagian kanan sofa yang kosong. Letty pun menuruti perintah Fredrick.    Fredrick meletakan bir kaleng ke atas meja kemudian memiringkan tubuhnya dan mulai berbicara. "Apa kau sudah mendaftar ke NYU?" tanya Fredrick dengan nada santai, namun terkesan menyelidik di telinga Letty.    "Ya. Kelasku akan di mulai bulan Agustus nanti," ucap Letty, dia tidak ingin menatap wajah ayahnya sehingga dia berpura-pura mengeluarkan ponselnya.    "Mmm ... bukankah itu masih cukup lama?" Lagi ucap Fredrick, Letty hanya menggidikan bahu tanpa bersuara.  "Bagaimana kalau sebelum kuliah kau ikut denganku, kita berlibur bersama? "     Letty mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan ayahnya yang terbilang ganjal, untuk alasan apa Fredrick mengajak Letty liburan? Yahh, memang sih waktu lalu Fredrick sempat mengusulkan liburan keluarga dalam waktu dekat ini, tapi Letty juga tidak tahu bahwa waktunya sedekat ini.     "Kemana?" tanya Letty sedikit ragu.     "Jacksonville, apa kau tidak merindukan Nirby-mu? ucap Fredrick.     Letty kembali terdiam untuk menimbang tawaran ayahnya. Jika dia menerima ajakkan ayahnya, itu berarti rencananya untuk ke kantor CIA akan tertunda. Tapi, jika dia menolak ajakan ayahnya alasan apa yang sekiranya akan dia berikan?   "Ku pikir kau akan sangat gembira saat mendengar kata Nirby, tapi ternyata aku salah. Mungkin kau mempunyai rencana lain yang lebih penting sekarang sehingga Nirby pun seakan tidak ada artinya lagi bagimu." Fredrick berusaha memancing Letty, Fredrick ingin tahu jawaban apa yang sekiranya akan Letty berikan.    "Tawaran macam apa ini, apa sebenarnya dad sudah mengetahui rencanaku. Apa sekarang aku tertangkap basah? s**t!! Aku benci situasi ini" umpat Letty dalam hatinya.     "Ya. Aku ikut, kapan kita berangkat?" jawab Letty dengan malas.     "Besok pagi?"     "WHAT?!" pekik Letty sambil membulatkan matanya tidak percaya.    "Gotcha!" teriak Fredrick dalam hatinya. Oh betapa senangnya Fredrick saat melihat ekspresi putrinya. Terlihat jelas bahwa Letty sangat tidak setuju dengan ajakan ayahnya.     "Kenapa? Ada masalah?"     "Dad, kau tidak bisa langsung membuat keputusan seperti itu. Aku ada rencana dengan temanku besok, kurasa tidak bisa besok?" ucap Letty.     "Mmm ... bukankah Briana sudah ke London, Kimmy sudah ke Paris dan Marshall sudah ke Jerman. Apa kau punya teman selain mereka?" ucap Fredrick yang terlihat seperti berpikir.     "f**k, f**k, f**k!!! Stupid i am!" umpat Letty sambil merutuki dirinya dalam hati. Letty mencoba memikirkan alasan lain. Namun, saat ini pikirannya sedang tidak singkron dengan hatinya. "Sial. Dad benar-benar keterlaluan," batinya lagi.     "Ayolah sayang, ikutlah denganku," ucap Fredrick.     Letty membuang muka dengan malas, ini seperti masuk perangkap buaya dan langsung di lahap. Jalan satu-satunya hanyalah menyetujui ajakan ayahnya jika dia masih ingin selamat.      "Tidak masalah Letty paling juga hanya seminggu dan kau akan kembali ke New York."  Letty terus membatin.     "Baiklah. Aku akan ikut dengan kalian, tapi janji yah hanya seminggu," ucap Letty. Dia menyebut kata 'seminggu' dengan malas.     "Begitu baru putriku," ucap Fredrick kemudian memeluk puterinya.     "Baiklah. Ayah harus kembali ke kantor untuk membuat jadwal, sampai jumpa besok,sayangku." Fredrick mengecup singkat dahi Letty kemudian berdiri dan meninggalkan Letty yang masih duduk tertegun di tempatnya.     "Sial. Apalagi selanjutnya," batin Letty.     Letty berdiri dengan kasar. Dia menghentak-hentakan kakinya sabagai bentuk protesnya walau ayahnya tidak melihatnya, wajahnya kecut tidak b*******h.    Kemudian Letty berjalan ke mini bar dan mengambil sebotol Johnnie Walker black label, dan menuangkannya pada gelas tinggi kosong sampai terisi penuh tidak sampai di situ Letty meraih bungkusan rokok dalam sakunya, menaruhnya di antara kedua bibirnya, menyalakannya dengan pematik dan sambil menutup mata Letty menghisapnya dalam-dalam berusaha mengalirkan nikotin ke dalam pembuluh darahnya hingga ke urat-urat terkecil dalam otaknya lalu kemudian menghembuskannya.     "Fyuhhh ...."    Setidaknya hanya ini yang bisa Letty lakukan untuk menghilangkan sejenak segala beban dalam benaknya.     Letty mengambil botol Jhonnie Walker black label dan juga gelasnya kemudian berjalan ke arah ruang tamu dan meletakan botol minuman beserta gelasnya ke atas meja. Menaikan kedua kaki di atas meja Letty meraih ponselnya dan membuka sosial media miliknya.     "Tidak ada yang menarik," ucap Letty sendirian. Dia melempar ponselnya ke sofa dan kembali menikmati minuman dan rokoknya bergantian. Hari ini adalah salah satu dari sekian banyak hari buruk dalam hidupnya, dia mulai berpikir mungkin hari buruknya akan di mulai dari sekarang.     "Kau tidak tahu siapa ayahmu sebenarnya Letty, tapi jika mungkin kau akan mengetahuinya ku harap kau tidak akan membencinya. Ingat apapun yang nantinya akan kau ketahui tentang ayahmu itu hanya sisi gelapnya, yang perlu kau ingat adalah dia telah membesarkanmu selama tujuh belas tahun dengan seluruh kasih sayangnya."     Perkataan Elena kembali terbesit di benak Letty. Letty merasa sedang di awasi oleh ayahnya. Fredrick seakan bisa membaca gerak-gerik Letty, dan yang menjadi pertanyaan Letty, sebenarnya apa tujuan Fredrick di balik semua ini?      Apa maksud Fredrick menghalangi usaha Letty untuk menjadi CIA. Apakah CIA sangat buruk di mata Fredrick?     "Jika, dari awal aku tidak memberitahu daddy tentang rencanaku mungkin saja dia tidak akan mencurigaiku sampai sekarang. Betapa bodohnya aku ini." Letty membatin lagi. Kali ini sambil meneguk habis minumannya, dan kembali dia mengisi gelas kosongnya dengan Jhonnie walker sampai terisi penuh.     "Oh sial. Aku benar-benar sendirian sekarang." ***** Sementara itu, Di tempat Fredrick Van Der Lyn ...      "Tuan, Tsukasa ternyata tidak main-main, sudah satu minggu dia tidak memesan apa pun. Jika ini di biarkan kita bisa bangkrut," keluh salah satu orang kepercayaan Fredrick yang di tugaskan mengelola bisnis gelapnya.     "Tenanglah, sebentar lagi akan ada seseorang yang akan ku kirim padanya dan aku jamin orang suruhanku tidak akan gagal," ucap Fredrick sambil menaikan kedua kakinya di atas meja bersama sebatang cerutu di balik jarinya yang kemudian di masukannya ke dalam mulutnya dan memasangnya.    "Maafkan kelancanganku, tuan, jika kau mengirim sesorang ke markas Yakuza, setidaknya dia adalah orang yang rela mati untukmu. Karena kau tahu sendiri, hanya ada dua kemungkinan yang akan kita dapat saat mengirim seseorang untuk masuk kesana taruhannya adalah nyawa."     Fredeick tergelak. "Percayalah orang ini akan berhasil karena dia adalah putriku," ucap Fredrick.      "Apa waktunya telah tiba?" Fredrick menatap langit-langit ruangan sambil terus menghisap cerutunya. "Waktunya telah tiba," ucap Fredrick, sambil tersenyum puas seakan dengannya telah berhasil. _______________________________ To Be Continue
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN