Akhirnya, satu langkah Letty sudah berhasil dia selesaikan. Dia sudah memiliki sebuah apartemen yang sesuai dengan keinginannya, berikutnya tinggal mendaftar ke NYU. Sebenarnya Letty sangat benci ide gila ini. Harus membohongi keluarganya bahkan yang lebih parah dia harus menjadi mahasiswa NYU, universitas yang tidak sekelas dengan kastanya seperti kata ayahnya. Namun, Letty melakukan ini demi menjadi CIA. Dia hanyalah mahasiswa bayangan di kampusnya. Dia tidak akan benar-benar fokus pada kuliahnya, karena status mahasiswa NYU hanyalah untuk menutupi jati dirinya yang sebenarnya.
"Letakan saja koperku di sana, Cade," ucap Letty.
Letty dan Cade sudah tiba di apartemen milik Letty. Dia hanya membawa beberapa koper berisi beberapa pasang baju, sepatu dan tasnya. Sebagian dia tinggalkan di rumahnya.
"Kau mau segelas teh?" tanya Letty.
"Tidak perlu repot-repot, nyonya muda," ucap Chester sungkan.
"Oh ayolah, panggil saja aku Letty. L-E-T-T-Y bisakah kau?" Letty memutar bola mata kesal sambil melayangkan tangannya ke udara. "Tunggu di sini, duduk saja. Aku akan buatkan orange juice ," ucap Letty sambil menunjuk ke arah sofa. Chester akhirnya menyetujui perintah Letty. Letty melesat ke dapur mininya dan membuka kulkasnya.
"Oh, syukurlah aku sudah sempat mengisi kulkas miniku semalam," gumam Letty. Kemudian dia meraih sebotol orange juice dalam kemasan dan menuangkannya kedalam dua gelas. Mengambil baki kemudian menaruh dua gelas berisi orange juice dingin di atasnya, Letty berjalan menuju ruang tamu dan mendapati sahabatnya tengah duduk santai di sofa.
Letty menaruh satu per satu gelas yang di bawanya di atas meja, Chester ingin membantunya namun dia tahu Letty akan marah jika dia melakukannya.
"Silahkan di minum," ucap Letty.
Sambil tersenyum Chester meraih salah satu gelas di atas meja dan segera menyesapnya.
"Ahhh ...." Chester menyesap habis minumannya. Letty tersenyum tingkah Chester.
"Kau suka? Mau tambah lagi?" tanya Letty.
"Aku suka, tapi ini sudah cukup. Terima kasih," ucap Chester kemudian meletakan gelas kosongnya di atas meja. Chester hendak berdiri lagi untuk memasukan koper Letty ke kamarnya namun Letty melarangnya.
"Tidak perlu. Kau istirahatlah biar aku yang memasukannya," ucap Letty.
"Maaf Letty, tapi aku di perintahkan oleh tuan besar untuk membawa koper ini sampai ke kamarmu, dan perintah ayahmu adalah mutlak bagi kami sebagai anak buahnya," ucap Chester dengan wajah serius.
"Ya, ya, ya. Jika suatu saat ayahku menyuruhmu memakan kotoran sapi aku harap aku ada di sana untuk menertawaimu," cibir Letty sarkastik, namun terdengar lucu di telinga Chester.
Akhirnya Letty memutuskan untuk mengekori Chester ke kamarnya.
"Kalau sudah begini, sekalian saja aku menyuruhnya mengeluarkan satu per satu isi koper," batin Letty.
"Cade, letakkan koperku di walk in closet dan ayo kita mengeluarkan isinya satu per satu," ucap Letty yang langsung di respon oleh Chester.
Akhirnya mereka mulai memindahkan satu per satu barang bawaan Letty, Cade mengeluarkan koper berisi tas dan sepatu sedangkan Letty mengeluarkan koper berisi pakaiannya. Hanya butuh waktu setengah jam dan mereka sudah berhasil memindahkan barang-barang Letty di walk in closet.
Mereka kembali ke ruang tamu untuk mengobrol.
"Apa kau lapar?" tanya Letty saat melirik jam tangannya. Pukul 13.30 dan ini sudah lewat jam makan siang. Mereka terlalu asik bebersih sehingga mereka lupa waktu makan.
"Kurasa iya," jawab Chester.
"Aku sudah memesan pizza kita tunggu saja," ucap Letty kemudian bergabung dengan Chester di sofa. "Besok aku akan mendaftar ke NYU."
"Benarkah? Kupikir kau akan mendaftar ke kantor pusat CIA," tanya Chester. Dia cukup terkejut mendengar perkataan Letty.
Letty hanya menaikan kedua bahunya enggan merespon.
"Jangan bilang kalau-"
"Shhhh ...." Letty membungkam mulut Chester sambil menggelengkan kepalanya membuat Cade enggan meneruskan perkataanya.
"Berjanjilah untuk tetap diam," kecam Letty. Chester mengangguk pasrah.
Letty melepaskan telapak tangannya yang membungkam mulut Chester, kemudian kembali ke posisi duduknya semula.
"Tuan Lucas mengajakku ke Denmark untuk menemaninya meresmikan Hotel barunya. Kau tahu, kurasa paman dan ayahmu mulai tertarik dengan bisnis properti. Ku dengar di samping hotel, juga akan ada rumah sakit dan sekolah yang akan mereka bangun. Aku kagum pada keluarga Van Der Lyn, mereka tidak pernah puas dengan posisi mereka. Mereka terus berusaha memperlebar bisnis mereka, mungkin ayahmu akan menempati nomor urut satu dalam deretan pengusaha terkaya di dunia," tutur Chester.
"Tunggu dulu," Letty memutar tubuhnya dan mengganti posisi duduknya menghadap Chester kemudian dia melanjutkan, "jika kau ke Denmark, lalu siapa yang di tugaskan ayahku menjaga apartemen ini?"
"Apa maksudmu?" tanya Chester.
"Yahh ... kau tahu ayahku itu masih curiga padaku, dia menyetujuiku untuk tinggal di apartemen dengan syarat akan ada pengawal yang akan menjaga ku di apartemen ini. Kupikir itu kau?" ucap Letty.
Belum sempat Chester menjawab tiba-tiba terdengar suara bell pintu.
TING TONG
"Pesanan kita sudah datang," ucap Letty. Bergegas dia berdiri kemudian berjalan ke arah pintu dan benar saja pengantar pizza sudah menunggunya di depan pintu. Letty mengeluarkan 100 dolar dari sakunya dan memberikannya pada pria pengantar pizzanya.
"Ambil saja kembaliannya," ucap Letty.
"Terima kasih nona," balas pria itu, dia kemudian pamit dan meninggalkan Letty.
"Cade, ayo," panggil Letty sambil menggerakan kepalanya ke arah dapur. Dia memberi isyarat agar Cade segera menyusulnya. Cade berdiri dari sofa dan mengikuti Letty ke dapur.
Letty menaruh dua kotak pizza ukuran besar di atas meja makan dan beralih ke arah kabinet dan mengeluarkan sebotol tequila bersama dua gelas kosong dan menaruhnya di atas meja. Tidak sampai di situ Letty juga menuangkan tequila pada masing-masing gelas. Cade membantu Letty dengan membuka dua buah kotak pizza. Letty mulai mengambil sepotong pizza dan memasukannya di mulutnya, melirik Cade, Letty mengisyaratkan Cade untuk mencoba pizzanya lalu Cade mengikutinya.
"Jadi, berapa lama kau di Denmark?" tanya Letty di sela-sela dia mengunyah makanannya.
"Aku tidak tahu, aku tidak menanyakannya," ucap Chester singkat dan santai sambil mengambil potongan pizzanya yang kedua.
"Aku akan sangat merindukanmu," ucap Letty.
"Benarkah? Ku harap aku juga."
"Kau yakin tidak akan merindukanku?" tanya Letty dengan nada menggoda.
Cade berseringai menanggapi ucapan Letty.
"Kau tahu apa yang aku pikirkan jadi aku tidak perlu menjawabmu," ucap Cade sambil meraih segelas tequila di hadapannya.
"Dasar c***l!" tukas Letty dengan wajah masam yang di buat-buat.
Letty meraih gelasnya dan menghabiskan minumannya dalam satu tegukan. "Bagaiman jika kita mabuk malam ini? Sudah lama kita tidak ke bar bersama, kau mau kan?" tanya Letty, namun Chester terlihat tidak menyetujuinya dia berdiri dari duduknya.
"Maaf, aku harus siap-siap malam ini. Besok pagi kami harus berangkat dan aku tidak ingin tuan Lucas mencariku dan mendapatiku sedang tidur tanpa busana di sampingmu," ucap Chester dengan lantang tanpa menyaring ucapannya.
Letty tersedak sambil membulatkan mata mendengar ucapan Chester.
"Ku harap, saat kau kembali kau tidak membawa seorang gadis yang sedang mengandung anak mu sebagai ole-ole dari Denmark," ucap Letty lagi-lagi dengan nada sarkastiknya.
"Jika itu membuatmu cemburu aku akan berusaha mengontrol diri disana," goda Chester.
"Pergi! Dasar c***l" pekik Letty.
Chester tertawa melihat wajah Letty yang selalu berubah menjadi merah merona saat Cade sedang menggodanya.
Letty mendorong tubuh Chester dari belakang hingga Chester terkesan seperti sedang di usir dari apartemen Letty. Letty sebenarnya tidak marah, dia hanya malu pada dirinya sendiri saat mendapati dirinya tengah tersipu mendengar ucapan c***l Chester yang sudah tidak biasa lagi di telinganya.
"Jangan lupa bawakan aku sesuatu dari Denmark yang setidaknya bisa aku makan atau aku simpan," ucap Letty saat berhasil mendorong Chester keluar dari apartemennya.
"Permintaanmu adalah perintah bagiku, tuan putri," ucap Chester sambil menyunggingkan senyum dia pun melambaikan tangan pada Letty.
"Baiklah sampai jumpa," ucap Letty yang di sambut oleh anggukan kepala dari Chester. Akhirnya Chester pun berlalu meninggalkan Letty sendirian di apartemennya.
Letty melirik jam tangannya yang memperlihatkan pukul 15.33pm, dan ini masih terlalu sore untuk tidur.
Letty berjalan ke kamarnya dan mengeluarkan laptop dari tasnya. Menghidupkannya Letty mengetik sesuatu di work list.
"Berkas untuk mendaftar ke NYU sedah selesai," batin Letty kemudian sesuatu terbisit di benaknya, dia beralih ke google dan mengetik.
'Cara mendaftarkan diri ke CIA'
Letty mulai meneliti satu per satu tulisan di laman resmi milik CIA. Setelah mendapatkan informasi yang dia mau Letty mulai mempersiapkan berkas untuk membawanya ke kantor pusat CIA.
*****
Sementara itu,
di rumah milik Fredricksen Van Der Lyn ...
"Sudah ku duga kau tidak akan semudah itu menyerah. Mmm ... menarik," ucap seseorang yang sedang mengawasi Letty dari balik layar monitor sambil tersenyum kecut.
Pria itu meraih ponselnya dan menekan nomor seseorang.
"Bryan, kau harus bersiap. Putriku sedang berusaha mengelabuiku. Awasi saja gerak-geriknya dan jika di ke Washington hubungi aku. Aku sendiri yang akan menjemputnya."
Tanpa basa-basi pria itu langsung menutup sambungan teleponnya.
"Luke, bagaimana dengan Chester?"
"Tenang saja, aku sudah menyuruhnya untuk bersiap. Besok dia akan ikut denganku ke Denmark."
"Bagus, jangan beritahu apapun pada Chester."
"Itu sudah pasti Fred"
"Letty putriku maafkan ayahmu yang kejam ini, aku harus menghukummu atas rencanamu ini," ucap Fredrick sambil terus menatap ke layar monitor di depannya.
_______________________
TO BE CONTINUE