"Fred,"
"Ya aku sudah tahu. Dasar bodoh!! Kenapa Elena bisa berada di sana, heh?!" ucap Fredrick dari seberang telepon. Sebenarnya Fredrick sudah mendapat telepon dari Bruce sebelumnya, dan saat ini Fredrick sedang menuju ke bandara untuk terbang ke Miami menggunakan jet pribadinya. Fredrick sangat geram saat mendengar kabar bahwa Elena telah mengetahui keberadaan Letty.
"Fred dengar, Elena tidak membawa kabur Letty. Mereka sedang berada di kamar. Aku juga kaget saat melihat Elena disini, sesuatu terjadi padaku. Tapi yang penting, Letty ingin bicara denganmu. Dia ingin bertemu denganmu sekarang," ucap Lucas yang sibuk mondar-mandir di ruang tengah. Dia sama paniknya dengan seluruh pengawal Fredrick yang sedang menjaga mansion ini, Lucas bahkan memperketat penjagaan di sekeliling mansion dan di dalam mansion untuk berjaga-jaga jika Letty dan Elena melarikan diri.
"Awasi mereka. Aku yakin Letty sedang membuat rencana baru. Kurung dia di kamar jangan buka pintunya sampai aku tiba di sana," perintah Fredrick kemudian mematikan sambungan teleponnya.
*****
Hal pertama yang Letty lakukan saat tiba di kamar adalah mandi. Letty tidak pernah mandi semenjak di kurung di dalam penjara. Letty jijik jika harus mandi di kamar mandi kecil yang terletak dalam penjaranya.
"Nak, apa kau sudah selesai?" seru Elena dari luar pintu kamar mandi. Dia mulai khawatir karena sudah satu jam Letty berada di kamar mandi.
Beberapa saat kemudian Letty keluar dari kamar mandi. Elena segera menghampiri Letty dengan membawa sepasang baju untuk di kenakan Letty.
Letty meraih pakaian itu lalu segera memakainya. Elena lalu menghampiri putrinya. Dia tersenyum lalu Elena meraih handuk yang melilit di kepala Letty lalu dia berinisiatif untuk mengeringkan rambut putrinya.
"Mom, dari mana kau tahu bahwa dad mengurungku di sini?" tanya Letty.
"Aku tidak tahu. Naluriku mengatakan bahwa kau sedang menderita di Miami. Saat Fredrick kembali ke New York tanpa dirimu aku tahu bahwa sesuatu sedang terjadi padamu. Sebenarnya ini juga salahku, aku tidak memberitahu padamu sebelumnya tentang ayahmu. Aku tidak tahu bahwa dia akan bertindak sekejam ini padamu,"
"Mom ...." Letty meraih telapak tangan ibunya kemudian mengecupnya. "Sudahlah, aku tidak ingin menyalahkan siapapun, aku hanya ingin segera mengakhiri semua ini. Aku juga tidak ingin Mom menyalahkan Daddy. Aku tidak ingin jika Mom meninggalkan dia. Sebenarnya ... aku juga ingin membencinya. Aku berusaha keras membenci Fredricksen Van Der Lyn, terlebih selama dia memenjarakan aku di tempat yang gelap dan kotor namun, tanpa aku sadari tempat itu pula jugalah yang akhirnya membantu aku untuk berpikir. Terkurung di sana selama berhari-hari sampai sebulan lamanya, membuatku jadi melawan egoku sendiri. Aku jadi belajar menguasai emosiku dan akhirnya semua itu mempertajam intuisiku," jelas Letty.
Elena tersenyum bangga pada Letty. Elena tidak menyangka bahwa putrinya memiliki hati seperti malaikat yang dengan berani mau memaafkan perbuatan ayahnya dan ingin menolong ayahnya. Elena meraih tangan Letty lalu mengecup punggung tangan putrinya. Dia tersenyum begitu bangga pada anaknya itu.
"Letty, aku bangga padamu. Aku sendiri sudah sangat membenci ayahmu tapi kau, kau yang mengalami semua ini ternyata lebih bijaksana dari aku," ucap Elena. Dia meraih sisir di atas nakas lalu mulai menyisir rambut putrinya.
"Aku juga sempat merasa marah dan kecewa dengan dad, tapi ternyata Tuhan menunjukan jalan keluar yang mudah-mudahan ini jalan keluar terbaik. Tapi satu hal yang aku mohon, tolong kalian jangan sampai berpisah. Aku tidak ingin kalian berpisah. Maafkanlah dia Mom, dan jangan membuat aku memilih satu di antara kalian," ucap Letty.
Elena tidak langsung menjawabnya. Elena sendiri tidak mengerti dengan apa yang dia rasakan saat ini. Dia juga tidak tahu harus bersikap seperti apa saat bertemu lagi dengan Fredrick.
*****
Pukul 80.00am waktu Miami, mobil limosin Fredrick akhirnya tiba di mansion tua ini. Fredrick turun dari mobil dan bergegas kedalam sementara Elena dan Letty sudah menunggu Fredrick di ruang tengah.
"Mom, apa itu ...?" Letty menunjuk ke arah pintu masuk dimana Fredrick sedang berjalan menghampiri mereka. Elena dan Letty sangat kaget saat melihat siapa yang di bawa Fredrick.
"Lennox?" gumam Elena. Dia berdiri saat melihat putranya tengah tertidur di pangkuan Fredrick. Elena langsung menghampiri Fredrick yang sedang menggendong Lonnox yang tertidur pulas di pangkuan Fredrick.
"Maaf, aku terpaksa membawanya," ucap Fredrick namun balasan yang dia dapatkan hanyalah tatapan dingin dari Elena. Elena tidak menyambut ucapan Fredrick dan langsung mengambil Lennox dari pelukan Fredrick.
"Tatapan itu lagi," batin Fredrick sambil menyerahkan Lennox kepada Elena. Fredrick melangkah memasuki mansion mewahnya seolah sedang tidak terjadi sesuatu. Fredrick bahkan tidak menanyai apa yang sedang Elena lakukan di sini, Elena juga sedang tidak ingin beradu mulut dengan Fredrick.
"Selamat datang, Dad," ucap seoarang gadis dengan pakaian hot pants dan t-shirt hitam dengan segaris senyuman di wajahnya, entah senyum itu asli atau palsu hanya Letty dan Tuhan yang mengetahuinya. "Bisa kita bicara berdua di ruangan kerjamu?" lanjutnya.
Fredrick mengerutkan dahi namun, sedetik kemudian dia memberikan isyarat dengan tandanya pertanda gadis itu harus ikut dengannya.
Letty, si gadis yang tiba-tiba berubah. Dia ceriah dan tampak bahagia kali ini. Entah apa yang terjadi padanya. Mungkin setelah keluar dari penjara yang di buat ayahnya, dia menjadi begitu bersemangat. Atau ... mungkin dia sedang berusaha membuat tameng lagi, agar kali ini rencananya benar-benar tidak akan di ketahui ayahnya.
Fredrick masuk ke ruangan, seperti pada mansion Fredrick yang lain, di rumah mewah ini dia juga memiliki ruangan khusus yang di sebut ruang pribadi Van Der Lyn. Letty masuk ke ruangan yang sama. Fredrick mengisyaratkan Letty untuk duduk sebelum dia ikut duduk di hadapan Letty.
Fredrick mengehela nafas panjang kemudian menghembuskannya ke udara bebas. "Ku harap kau tidak akan menghipnotis aku, kemudian melarikan diri bersama ibumu," ucap Fredrick membuka percakapan dengan sindiran halus yang sangat di mengerti Letty.
Letty terkekeh kecil menanggapi ucapan ayahnya. "Aku tahu, sudah lama kau mengetahui bahwa aku seorang telepatis. Untuk itu aku memanggilmu untuk membuat kesepakatan," ucap Letty sambil menyilangkan kedua tangannya di dada
Fredrick menatap Letty dengan tatapan menyelidik. Lalu dia tersenyum kecut saat melihat raut wajah putrinya yang begitu tenang. Fredrick harus menaruh curiga pada mata yang terlihat tenang itu. Sudah jelas Letty tidak akan berubah pikiran dalam waktu dekat namun, mari kita dengar negosiasi apa yang hendak di lakukan Letty.
"Kenapa, kau tidak mau? kau menyuruhku mengikuti kemauanmu bukan? Aku sudah memutuskan sesuatu yang kurasa bisa menguntungkan kau dan aku," ucap Letty. Dia tidak lagi menaruh rasa hormat pada setiap kalimat yang di ucapakannya dan Fredrick akan mencoba memahami semua itu.
"Kalau begitu katakan," ucap Fredrick sambil memberikan tatapan seriusnya pada Letty. Tatapan yang bisa membuat bungkam siapa saja yang melihatnya. Bahkan, Letty tidak bisa membohongi dirinya jika tatapan Fredrick sempat menciutkan nyalinya.
"Jadi ... ehem, begini ... ehem!" Entah mengapa Letty menjadi gugup sekarang padahal beberapa menit yang lalu dia sangat yakin akan mengatakan ini pada Fredrick namun saat di hadapan Fredrick entah mengapa Letty malah gugup. Letty berdehem bertualang kali berusaha menghilangkan keraguan yang tiba-tiba muncul.
"Katakan dengan jelas," ucap Fredrick dengan lembut namun terdengar seperti sebuah ancaman bagi Letty.
Letty mencoba untuk tersenyum kecut. Well, dia harus bisa seperti ayahnya jika dia ingin mengalahkan Fredrick Van Der Lyn. Seringaian malambangkan kesombongan tetapi juga sebuah keberanian. Tatapan tajam melambangkan ancaman. Ancaman adalah sebuah tekad maka Letty harus bisa melakukannya.
"Aku bersedia bergabung dengan Black Glow," ucap Letty. To the point. Tidak ada basa-basi.
Namun, Fredrick malah terkekeh mendengar ucapan putrinya. Letty kesal. Dia melototi ayahnya. Tapi sedetik kemudian Fredrick malah tertawa bahkan terbahak-bahak. Entah apa yang lucu dari kalimat yang baru saja di ucapkan Letty hingga membuat Fredrick tertawa sampai seperti itu.
"Apanya yang lucu?" ucap Letty sambil menaikkan setengah alisnya.
"Oh, maaf." Fredrick berdehem. "Bisa kau ulangi perkataanmu?" lanjut Fredrick. Dia berusaha memasang wajah serius namun bibirnya masih tidak bisa menahan tawanya.
"Kau tuli?" tukas Letty. Dia mendecih lalu melanjutkan, "Aku berkata bahwa aku ingin menjadi seperti dirimu."
Fredrick tidak langsung menjawabnya. Dia menyelidik kedalam mata Letty, berusaha meyakinkan dirinya bahwa putrinya sedang tidak main-main dan Fredrick menemukan jawabannya.
"Katakan apa maksudmu berkata seperti itu. Well, waktu lalu kau sangat menentang tawaranku. Kau bahkan memilih untuk mati dari pada menjadi b***k bisnis haram. Bukan begitu?" ucap Fredrick.
"Aku memanggilmu untuk membuat kesepakatan. Aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar alasanku untuk semua ini. Jika kau mau aku bergabung dengan bisnismu, maka kau harus menerima tawaran berbentuk syarat dariku. Tapi jika kau pikir aku bergurau maka aku akan bersedia kembali di bawah sana dan menua di dalam tempat terkutuk itu!" ucap Letty yang sukses membuat Fredrick tercengang. Dia makin penasaran dengan rencana Letty.
"Well ... katakan kesepakatan yang kau maksudkan," ucap Fredrick penasaran.
"Aku ingin identitas baru untuk berkuliah di Inggris da-"
"Apa kau sedang mencoba mengelabuiku untuk kedua kalinya?" sergah Fredrick. Namun dengan cepat Letty menggeleng tidak setuju.
"Apa aku bisa terlepas dari pengawasanmu? Kau memiliki kekuasaan, anak buahmu tersebar di mana-mana bagaimana bisa aku bisa kabur darimu?"
"Benarkah? Sebab waktu lalu kau sempat mengelabuiku, Letty."
"Kali ini aku tidak akan mengelabuimu. Aku butuh identitas baru untuk mengawasi seorang bernama Marthin Oliver di London," lanjut Letty.
Fredrick kembali tercengang sekaligus kaget saat mendengar nama Marthin Oliver dari mulut Letty, bagaimana bisa dia mengetahui musuh besar Fredrick yang tidak pernah di ceritakan Fredrick sebelumnya.
"Kau kaget?" ucap Letty dengan senyum kemenangan saat melihat wajah ayahnya yang sedang termangu di hadapannya. "Aku tahu kau memiliki seorang musuh di London, aku bahkan tahu kau dan bos Yakuza sedang mengalami kerengangan sekarang. Aku membaca pikiranmu tanpa sepengetahuanmu, dan itu sudah aku lakukan sejak lama," dusta Letty, padahal dia mengetahui semua itu melalui Lucas saat Letty sedang menghipnotis Lucas kemarin malam.
Frederick kembali terdiam. Timbul banyak pertanyaan dalam hatinya namun, tak satu katapun ingin dia ucapkan pada putrinya. Fredrick menggeleng lalu mengerjap untuk membawa kembali kesadarannya. Dia mengangkat wajahnya dan kembali menatap putrinya.
"Berikan satu alasan kenapa aku harus percaya padamu," ucap Fredrick sambil melemparkan tatapan keras pada Letty.
"Karena hanya aku yang bisa menolongmu," jawab Letty santai. Bahkan dia begitu santai saat berulang kali memamerkan seringaian di wajahnya. Letty sendiri heran dari mana keberanian yang tiba-tiba muncul dan membuatnya bisa seberani ini di hadapan ayahnya.
"Well ... kalau begitu, aku ingin kau menceritakan rencanamu, secara detail," ucap Fredrick. Dia memajukan tubuhnya. Kedua tangannya berada di atas meja. Jemari tangan kanannya mengetuk meja itu hingga menimbulkan bunyi berirama. Wajahnya berubah serius. Sesaat Fredrick menjadi begitu penasaran dengan rencana Letty.
"Sederhana, kau hanya perlu menggandakan identitasku. Aku ingin dikenal sebagai seorang gadis dari Chesterton. Ayahku seorang dokter gigi dan ibuku seorang dosen, aku ingin keluarga yang biasa. Aku membutuhkan Imperiall collage of London sebagai perguruan tinggi lanjutanku. Alasannya sederhana sekolah itu mendapat peringkat perguruan tinggi terbaik ke dua di dunia. Aku akan mengambil jurusan bisnis disana, aku juga ingin belajar bagaimana caranya menjalankan bisnis. Itu bisa memudahkan aku memperluas binis yang akan aku jalani nanti."
"Lalu, bagaimana kau akan menjalankan bisnisku, heh?"
"Maksudmu aku harus mengantarkan paket?"
Fredrick terkekeh. "Kau pikir segampang itu, hah?" Fredrick menggelengkan kepalanya lalu kembali menatap putrinya dengan wajah serius. "Aku tahu kau menginginkan kebebasan, tapi kau juga harus tahu bahwa menjadi anggota Black Glow berarti kau harus bersedia menjadi seorang penjahat." Fredrick memajukan wajahnya sambil mempertegas tatapannya. "Membunuh atau terbunuh. Apa kau bersedia melakukannya?" tanya Fredrick menguji kembali keseriusan Letty.
"Sejujurnya aku lebih serius dan siap dari yang kau lihat," ucap Letty memandang Fredrick dengan tatapan yang lebih serius seakan memastikan bahwa dia sedang tidak bermain-main.
Fredrick mengangkat kedua bahu sambil mengulum bibirnya, entah itu berarti dia setuju atau tidak.
"Jadi?" tanya Letty sambil sedikit memajukan wajahnya mencari kepastian dari ayahnya.
"Aku perlu mengetes keseriusanmu, Letty," ucap Fredrick.
Fredrick berdiri. Dia menaruh sebelah sebelah tangannya di pinggang dan sebelahnya lagi di dagu. Fredrick menatap jendela di depannya. Tampaknya dia sedang memikirkan sesuatu. Sementara Letty, dia masih berdiam diri tapi, matanya tetap mengawasi gerak-gerik ayahnya.
Inilah saat yang Fredrick tunggu-tunggu dimana Letty akan menyerahkan dirinya dengan senang hati untuk menjadi pengikut Fredrick. Fredrick mulai berpikir untuk segera mengirim Letty ke Tuskasa dalam waktu dekat ini, namun untuk memastikan bahwa Letty sedang tidak main-main Fredrick kembali memikirkan suatu rencana untuk Letty.
Setelah beberapa saat berpikir keras, Fredrick lalu berbalik dan menghampiri Letty yang masih duduk di tempatnya.
"Malam ini, sebuah paket dengan berat 200kg akan di kirimkan lewat jalur laut, namun kali ini tidak ada kapal pesiar. Kau akan ikut dengan Scarlett menggunakan kapal kecil, aku ingin kau berhasil mengirimkan paketku, kemudian mengambil uangnya. Pastikan uangnya sesuai dengan jumlah yang aku mau 2,5 juta dolar harus jadi milikku. Apa kau bisa lakukan itu?" ucap Fredrick.
"Ya aku bisa, katakan pada Scarlett untuk menjemputku dan kami akan berangkat bersama," jawab Letty.
Fredrick mendecih saat melihat betapa santainya Letty menanggapi ucapannya. "Satu hal yang perlu kau tahu, polisi, CIA dan FBI sedang mengawasi bisnisku dan orang-orangku. Karena kau pemula, kau tidak akan bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Untuk malam ini kau hanya perlu mengamati dan memastikan agar tidak ada yang sedang mengawasiku. Gunakan kemampuan telepatimu untuk mengawasi keadaan di sekitarmu. Jika kau merasa sedang ada bahaya, jangan ragu untuk menarik pelatukmu. Jika kau ragu maka kau mati," ujar Fredrick panjang lebar.
Letty tampak memperhatikan, namun sejujurnya jantungnya berdebar kencang. Untuk kedua kalinya Letty akan menyaksikan pengiriman paket barang haram milik ayahnya. Kali ini dia tidak boleh menggagalkannya. Dia harus rela mengorbankan rasa kemanusiaannya demi memenuhi tujuannya. Letty tidak bisa langsung menjalankan rencananya dan kembali berusaha menggagalkan pengiriman, Letty harus berusaha menarik kembali kepercayaan Fredrick yang sempat hilang.
"Jika kau berhasil malam ini, maka besok pagi kau akan dapat identitas barumu dan kau bisa langsung ke London. Jika kau gagal, aku akan mengurungmu seperti Rapunsel." Ucapan Fredrick membuat Letty bergidik ngeri. Letty benar-benar harus berhasil malam ini.
Perlahan namun pasti Letty menganggukan kepala, Letty tidak menyangka jalannya akan sesulit ini. Ini bahkan baru permulaannya, Letty yakin selanjutnya akan lebih menyiksa. Namun, Letty tahu apa yabg harus dia lakukan.
"Ku harap Chester akan datang untuk membantuku," batin Letty.
Fredrick berdiri dan meninggalkan ruangan itu sementara Letty masih terdiam di tempat duduknya.