Letty berjalan ke luar ruangan dan mendapati ibunya sedang menemani Lennox di kamar, Letty menghampiri ibunya. "Mom," panggilnya.
Elena tersenyum saat melihat Letty telah kembali namun wajahnya begitu muram dan terlihat tertekan. Elena meraih lengan Letty dan menuntunnya untuk duduk di sofa yang terletak di sudut kamar berserangan dengan ranjang yang sedang di tempati Lennox.
"Bagaimana, apa kau berhasil membuat kesepakatan?" tanya Elena setengah berbisik. Letty menatap Elena dengan segaris senyuman yang berusaha di tunjukan Letty untuk membuat ibunya tidak khawatir.
"Ya. Dad setuju untuk membebaskanku dan aku setuju untuk bergabung dengannya," ucap Letty. Elena mendengus pelan seakan dia pasrah pada keputusan yang di buat putrinya itu.
"Aku percaya kau mampu melakukannya," ucap Elena memberi semangat walau sejujurnya dia tidak tahu apa yang akan di alami Letty. Letty juga tidak berniat untuk menceritakannya lebih dalam karena hal itu akan membuat Elena khawatir.
"Mom, sebaiknya kau dan Lennox segera kembali ke New York malam ini," ucap Letty.
Elena mengerutkan dahi. Dia bingung dengan ucapan Letty. "Apa kau tidak akan ikut dengan kami?" tanya Elena.
"Aku akan menyusul kalian. Aku harus melakukan sesuatu sebelum aku kembali. Dan ... Mom, mungkin setelah ini ... maksudku, aku sudah memutuskan untuk pindah ke London," ucap Letty.
"APA?" pekik Elena.
"Mom, dengarkan aku dulu. Aku akan akan kuliah di London tapi aku tidak akan menggunakan identitas asliku di sana, aku tidak ingin ada paparazzi atau orang banyak tahu kalau aku seorang Van Der Lyn. Aku akan mengubah identitasku dan bersekolah pada salah satu universitas terbaik di sana. Ini juga salah satu tujuanku untuk membuat dad dan paman berhenti dari pekerjaan kotor mereka," jelas Letty.
"Ya, tapi kau tidak perlu sampai pindah ke benua lain. Di Amerika banyak fakultas ternama lagi pula kau sudah mendaftar ke NYU kan?" bujuk Elena.
"Mommy benar, tapi disini terlalu banyak orang yang menenalku. Aku tidak bisa melakukan banyak hal dengan bebas hanya karena aku seorang Van Der Lyn. Dan ketika aku mengetahui bahwa aku anak seorang mafia, itu juga membuat aku harus berjaga-jaga. Dad bilang bahwa jika bisnis ini sedang di selidiki oleh polisi, FBI dan CIA. Jika aku salah melangkah maka aku akan membocorkan bisnis ini sebelum rencanaku di mulai. Jadi, lebih baik aku pindah ke London. Disana aku akan memakai identitas baru jadi kalaupun aku ketahuan sebagai seorang mafia setidaknya mereka tidak akan mengenaliku sebagai Letty Van Der Lyn," ujar Letty.
Elena memalingkan wajahnya lalu memijat dahinya. Kepalanya kembali berdenyut. Namun, sedetik kemudian dia kembali memalingkan wajah pada putrinya. "Aku tidak tahu ternyata bebanmu seberat itu, Nak. Tapi, tolong jangan segan untuk meminta bantuanku. Setidaknya aku bisa melakukan sesuatu sebagai ibum," ucap Elena sambil mengelus lembut pundak Letty.
Letty melarikan tubuhnya kedalam pelukan Elena mencari perlindungan di sana berharap mendapat kekuatan untuk bisa melalui hari-hari yang sepertinya akan berat untuk di jalani.
*****
MIAMI Beach, 10.00pm.
Malam yang di tunggu-tunggu pun tiba. Letty dan Scarlett sudah bersiap dengan penyamaran yang mereka lakukan sebelum bersiap menuju pulau yang di maksud oleh Fredrick. Sesampainya di sana Letty dan Scarlett sudah di tunggu oleh dua orang anak buah Fredrick yaitu Jhony dan Lamar mereka juga sudah melakukan penyamaran.
"Kau sudah menghubungi mereka?" tanya Scarlett pada pria jangkung berkulit hitam itu.
"Mereka sedang menuju ke tempat pengiriman. Sebaiknya kita bergegas," ucap Lamar.
Kemudian, datanglah sebuah kapal kecil menghampiri mereka dan dengan cepat mereka semua naik ke kapal itu.
"Nyonya, apa kau bisa merasakan sesuatu?" tanya Scarlett.
"Seperti apa, Scar?"
"Maksudku, apa kau bisa merasakan jika ada beberapa orang selain kami? Maksudku, di laut ini apakah ada yang lain selain kita?" ucap Scarlett sambil melirik Letty yang berdiri di sampingnya.
Letty mengerutkan dahi. Sejujurnya dia sangat gugup sekarang sebab ternyata lebih mudah baginya menggagalkan pengiriman dari pada mengantarkannya. Jantung Letty berdetak kencang sejak kakinya mulai menginjak kapal. Letty begitu gugup hingga dia perlu menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Dia berusaha untuk tetap tenang fokus. "Kill or be killed." Kata-kata itu terus di ingat Letty.
"Tim Alfa, target mulai bergerak awasi mereka."
Suara itu tiba-tiba terdengar di kepala Letty. Letty menutup matanya dan dia melihat beberap orang sedang mengikuti mereka dari jarak yang lumayan jauh. Mereka menyamar, sepertinya mereka polisi.
"Scarlet, ada polisi dalam jarak lima ratus meter. Mereka memantau kapal ini, dan sepertinya mereka membagi regu," ucap Letty. Dia mulai panik namun saat dia membuka mata dan berbalik, Letty melihat Scarlett berseringai. Dia terlihat begitu tenang dan santai seolah yang di dengarnya barusan adalah berita bagus.
"Jhony, kita kedatangan tamu," ucap Scarllet. Jhony langsung menancap gas dan mempercepat laju kapal.
Scarlett berbalik dan kembali menatap Letty. "Nyonya, apa kau bisa memperkirakan letak posisi dari masing-masing regu?" tanya Scarlett.
Letty kembali menutup matanya untuk berkonsentrasi. "Satu kapal berisi lima orang dan kapal mereka berjalan lambat mendekati kita. Dan regu yang lainnya, berjumlah tiga orang. Mereka menyamar menggunakan kapal nelayan, tapi sepertinya mereka bersenjata sedang tim yang lain
... sepertinya, mereka menggunakan jetski dan jarak mereka sudah sangat dekat."
"Mmm ... let's go hunt," ucap Scarlett sedetik kemudian dia melompat ke laut.
"Scarlett ...," triak Letty. "Jhony, Scarlett terjatuh," ucap Letty panik. Namun Lamar menertawai Letty sambil Jhony menambah kecepatan kapal.
"Wanita itu seperti duyung, Nyonya muda. Dia suka sekali bermain air. Lihat saja apa yang akan dia lakukan," ucap Lamar. Letty masih tidak mengerti maksud perkataan mereka.
Kekhawatiran Letty kembali mencuat saat melihat sebuah kapal sedang mendekat ke arah mereka sambil membunyikan sirine. "Jhony itu kapal polisi," teriak Letty.
Jhony dan Lamar kembali berseringa. Tidak tampak ketakutan di wajah kedua orang itu.
"Nyonya, kita semakin dekat dengan target," ucap Jhonny.
"Apa maksudmu target, apa kau tidak lihat polisi sedang mengejar kita?" ucap Letty.
"Wu ... huuu ...," Seseorang berseru dari dalam air. Dia muncul di antara kapal-kapal kecil yang di dalamnya adalah kawanan polisi yang menyamar.
"Scarlett?" gumam Letty saat melihat wanita itu ternyata Scarlett.
"Jhony, lebih cepat. Jarak mereka sudah dekat. Tengah laut. 100 dolar sampai di finis," teriak Scarlett.
"Sial!" umpat Jhony saat kapal Scarlett melaju mendahului mereka.
Letty masih kebingungan, namun dengan cepat Lamar menyuruh Letty untuk tetap fokus karena pengiriman akan segera di lakukan. Itu artinya Letty akan melihat wajah pelanggan barang haram milik ayahnya itu.
Jhony mempercepat laju kapal hingga mereka tiba di tengah laut. Ada sekitar lima jetski yang berbaris di samping kapal itu. Entah bagaimana, tapi Scarlett terlihat tengah mendekati kapal itu. Letty berbalik. Dia ingin melihat apa yang sudah Scarlett lakukan di belakang namun, Jhony dengan cepat memanggilnya.
"Nyonya, apapun yang terjadi kau tidak boleh mengeluarkan suara. Gunakan pistolmu jika kau merasa terancam," ucap Jhony sebelum memberhentikan kapalnya di sisi kiri kapal yang kini tengah di tumpangi oleh Scarlett.
Letty masih bingung, bagaimana Scarlett bisa mengambil kapal itu. Dan, apa yang dia lakukan pada polisi-polisi yang tadinya menggunakan kapal itu. Namun, semuanya berubah ketika Jhony, Scarlett dan Lamar bersiap melakukan transaksi.
Beberapa orang berpakaian serba hitam dengan topeng di wajah, bersiap mendekatkan jetski mereka. Mereka membuat lingkaran mengelilingi dua kapal yaitu milik Jhony dan Scarlett.
"Lamar," panggil Jhony. Jhony menggerakkan kepalanya. Dia memberi kode yang hanya bisa di mengerti oleh Lamar.
Lamar pun berpindah. Dia mulai mengambil sebuah peti dekat kemudi lalu di pindahkannya ke belakang. Sesudah itu Lamar lalu membuka peti berisi heroin dan kokain. Lamar lalu berdiri. Orang-orang berpakaian hitam itu lalu mendekatkan jetski mereka untuk lebih dekat melihat peti yang baru saja di buka oleh Lamar.
"Kami mendapatkan barangnya, turunkan peti uangnya," ucap salah seorang yang duduk di atas jetski. Dia memakai walkie-talkie. Lalu kapal di depan mereka bergerak. Di dek depan berjejer dua buah peti.
"Buka petinya," ucap Jhonny. Pria di hadapan Jhony melirik Jhony dengan tatapan sinis namun Jhony kembali mengisyaratkan dengan kepalanya agar membuka petinya.
Sementara transaksi berlangsung, Letty tiba-tiba merasakan sesuatu. Telinganya mendapat pendengaran dari intuisinya. "Jhony, seseorang mendekat bukan seseorang tapi beberapa orang. Sepertinya mereka polisi," bisik Letty pada Jhony.
Jhony mengangguk. "Percepat pemindahan barang. Polisi sedang mendekat," ucap Jhony. Lamar lalu mengangkat peti kedua yang merupakan peti terakhir. Dia bersiap melemparnya ke kapal lawan dan dari seberang, mereka siap melemparkan beberapa peti berisi setumpuk uang.
"Jangan bergerak. Kalian telah di kepung. Serahkan diri kalian," seru suara yang berasal dari kapal patroli dari jarak 300 meter.
Pemindahan barang telah berhasil dilakukan, artinya transaksi telah selesai. Namun, sialnya polisi telah berhasil mengepung tempat mereka.
"Welcome to the club, our beloved Police ...," teriak Scarlett. Detik selanjutnya dia melemparkan sesuatu.
BOOM ....
Salah satu kapal patroli milik para polisi pun meledak. Bahkan badan kapal terangkat ke udara sebelum dia terhempas dengan kasar dan perlahan tenggelam di dalam air.
"Sial, apa yang di lakukan wanita itu," ucap seseorang dari kapal lawan.
"Itu artinya kita akan perang. Siapkan senjata kalian, b*****h!" teriak Lamar pada pria itu.
Suasana berubah. Secepat kilat, terjadi baku tembak antara kapal patroli milik polisi dan dua kubu mafia yang telah selesai melakukan transaksi.
Namun, di antara para mafia yang sedang asik menikmati waktu berburu mereka, Letty tengah bingung di tempatnya berdiri. Dia tidak tahu harus melakukan apa.
"Tuhan, apa yang harus aku lakukan. Apa aku harus membunuh salah satu dari polisi-polisi yang tidak berdosa ini," batin Letty.
"Nyonya, awas!" teriak Lamar.
Letty akhirnya bergeming. Dia bergerak dan dengan cepat Letty mengeluarkan pistol dari saku belakangnya dan menghadang sebuah peluru yang mengarah ke arahnya.
DOR !
Sebuah tembakan tepat berada di depan Letty. Entah apa yang terjadi pada Letty setelah itu. Tangannya hanya bergerak sesuai instingnya. Letty langsung mengarahkan senjatanya untuk menembak satu per satu polisi di dalam kapal.
DOR .. DOR .. DOR !
Setiap peluru yang keluar dari senjata Letty, tepat mengenai jantung para petugas Polisi itu dan hanya dalam hitungan detik kawanan polisi yang berjumlah sepuluh orang itu pun tewas.
Semua orang yang menyaksikannya tampak tercengang. Mereka berdecak kagum melihat kemampuan Letty. Hanya dengan hitungan detik bahaya yang mengancam mereka pun lenyap. Tidak ada satupun peluru yang meleset.
"Sial, kemampuan macam apa itu. Sepertinya dia sangat terlatih," bisik seorang pria dari seberang kapal pada temannya.
"Oke, pertunjukannya selesai. Ayo kita pergi," ucap Scarlett saat melihat mata-mata j*****m di hadapannya sedang melirik ke arah Letty sambil berbisik-bisik. Scarlett segera berpindah di kapal yang ditumpanginya semula dan segera memerintahkan Jhony untuk menjalankan kapal. Mereka segera meninggalkan orang-orang berkulit hitam yang masih termangu-mangu memperhatikan Nyonya muda mereka.
Letty menghembuskan nafas panjang sambil mengelus dadanya yang terasa sesak. Scarlett dan Lamar duduk di hadapan Letty.
"Tadi itu aksi yang sangat bagus, Nyona muda. Aku tidak menyangka bahwa kerja kerasku selama ini untuk melatihmu tidak sia-sia," puji Scarlett. Lamar juga setuju dengan ucapan Scarlett.
"Tuan besar pasti akan sangat senang mendengar semua ini," tambah Jhony.
"Kalian pikir aku senang di puji begitu, heh? Sial. Sebenarnya aku ingin sekali membunuh kalian. Tapi ini belum saatnya." Letty membatin sambil tersenyum paksa. Sementara orang-orang di hadapannya masih terkagum-kagum dengan aksi Letty barusan.
*****
Pukul satu pagi mereka tiba di daratan. Sebuah mobil truck telah terparkir dan beberapa orang pria berbadan kekar sudah menunggu mereka. Pria-pria itu segera memindahkan peti-peti berisi lembaran uang itu ke dalam truck.
Sebuah mobil mustang pun terparkir beberapa meter di belakang truck. Kemudian turun seorang pria jangkung memakai baju serba hitam, dia membawa sebuah jaket di tangannya dan segera menghampiri Letty dan memakaikan jaket itu dari belakang tubuh Letty.
Letty segera memutar badannya untuk melihat siapa orang yang telah berbaik hati memakaikannya jaket.
"Cade?" gumam Letty. Dia kaget sekaligus senang saat melihat sahabatnya. Suasana hatinya ikut berubah ketika melihat senyum di wajah Chester. Letty langsung meraih tubuh Chester dan memeluknya. "Aku sangat merindukanmu," Cade," gumam Letty di depan d**a Chester. Chester tidak menjawab, dia tengah asik menghirup wangi rambut Letty yang begitu dia rindukan selama dua bulan lebih ini.
"Apa kalian masih ingin berpelukan di sini?" ucap seseorang. Chester dan Letty melepas pelukan lalu mereka saling menatap. "Sebab kami akan segera pergi," lanjut orang itu.
Keduanya kompak melepas pelukan. Chester mendengus lalu memutar wajahnya menghadap sumber suara itu. Chester memberi tatapan sinis namun orang itu hanya menaikan bahu.
"Kecuali kalian ingin polisi yang langsung menegur kalian,"
"Hah ... Scarlett," keluh Chester. Ya, Scarlett-lah yang sejak tadi menginterupsi Letty dan Chester.
Chester kembali mendengus lalu melayangkan tangannya di udara. Dia berjalan cepat menuju mobil dan segera membukakan pintu penumpang untuk Letty. Letty tersenyum lalu dia masuk kedalam mobil.
Mereka segera meninggalkan daratan itu, mobil van yang di tumpangi Scarlett, Jhony dan Lamar yang lebih dulu jalan diikuti mobil truck dan terakhir, mobil mustang milik Chester.
"Apa kabar?" Mereka terkekeh bersama saat mengucapkan kata itu secara bersamaan.
"Aku sudah dengar semua yang terjadi padamu selama sebulan lebih ini. Maaf, aku tidak berada di sisimu saat kau seharusnya memerlukan dukunganku," ucap Chester pandangannya tetap fokus pada arah jalan.
Letty tersenyum sambil kemudian bernafas panjang.
"Ayahku telah merencanakan semuanya sejak awal. Aku tidak bisa menyalahkan siapapun atau pun menyalahkan keadaan. Tidak ada yang salah, ayah dan pamanku juga hanyalah korban. Tapi, aku sudah membuat keputusan yang kuharap bisa menolong ayahku juga bisa menolong orang-orang di luar sana. Walaupun hari ini aku sudah membuat dosa dengan membunuh orang-orang yang tidak berdosa. Tapi jika aku gagal malam ini, ayahku tidak akan menyetujui kesepakatan yang telah kami buat," tutur Letty.
Chester tidak menjawab sedikit pun, dia masih menyalahkan dirinya karena Chester sebenarnya sudah mengetahui bisnis gelap ayah Letty sejak awal, tapi Chester terlalu takut untuk mengatakannya kepada Letty.
Letty terus berbincang sepanjang perjalanan, namun tiba-tiba Chester melihat sebuah mobil sedang mendekat, Chester memicingkan matanya untuk melihat ke arah kaca spion mobil.
"Sial!! Letty pakai sabuk pengaman dan gunakan ini," Chester menyerahkan sebuah pistol pada Letty.
Letty tahu apa yang harus dia lakukan. Dia menutup matanya berusaha untuk konsentrasi.
"Kejar mobil itu, tembak ban mobil mustang itu. "
Letty dapat mendengar percakapan orang-orang yang sedang mengikuti mereka melalui kemampuannya. Letty berusaha untuk masuk kedalam pikiran mereka.
"Untuk apa kalian mengejar kami? Pergilah jika ingin selamat. Aku perintahkan kalian untuk menghentikan mobil kalian."
"Suara apa itu? Apa kau mendengarnya?" Orang-orang di dalam mobil itu saling melempar tatapan bingung karena mereka mendengar suara gadis seakan sedang berbicara dengan mereka.
"Tidak usaha pikirkan suara itu. Tembak saja mereka," gertak salah satu polisi yang bersiap menggunakan senapan dan mengarahkannya ke arah ban mobil yang sedang di tumpangi Chester dan Letty.
Letty segera memutar tubuhnya ke belakang dan mengarahkan pistolnya ke arah ban mobil yang sedang mengejar mereka. Dengan cepat Letty menembak kedua ban depan mobil sehingga ban itu mengempis. Letty bernapas lega setelah itu.
Dia begitu lega karena berhasil melumpuhkan mobil yamg berusaha mengejarnya. Namun tiba-tiba terdengar suara helikopter yang mendekat. Cahaya dari helikopter menyorot ke mobil truk yang sedang melaju di depan mobil Chester.
"Hentikan mobil kalian. Kalian sudah di kepung."
Suara tersebut berasal dari helikopter namun tepat di saat itu juga helikopter itu meledak akibat bom yang di lemparkan seseorang dari dalam mobil van di depan truk. Entah siapa yang melemparnya namun Chester dan Letty sedikit lega.
Insting Letty mengatakan bahwa ada banyak mobil polisi sedang menunggu mereka, kira-kira 500 meter di depan. Semua polisi telah bersiap untuk menembak.
"Cade ...gawat, ada banyak polisi di depan, dan kita telah di kepung. Tidak ada cela untuk keluar. Bagaimana ini," ucap Letty panik.
"Tenangkan dirimu, berusahalah untuk memanipulasi pikiran mereka, buat mereka tidak bisa berbuat apa-apa saat kita mendekat," ucap Chester.
Letty kembali berusaha untuk konsentrasi dan berusaha terhubung dengan pikiran orang-orang di hadapannya. Sementara Chester menambah kecepatan mobilnya melewati truk dan mobil van di hadapannya.
Chester semakin mendekat ke arah kerumunan polisi dan menginjak rem saat jarak mobil mereka dengan mobil para polisi tinggal tersisa dua puluh meter.
"Keluar dari mobil, dan serahkan diri kalian," ucap salah seorang polisi menggunakan pengeras suara.
Chester akhirnya turun dari dalam mobil kemudian Letty menyusul.
"Baiklah, sekarang Letty," ucap Chester.
Letty menutup matanya. Dia menarik napas dan kembali mengumpulkan konsentrasi. Dia butuh lebih banyak intuisi untuk bisa menghipnotis kurang lebih dua puluh orang polisi di hadapannya.
"Semuanya berhenti," Letty mulai membatin. Semua polisi pun kelihatannya sudah terhipnotis. Mereka tidak bergerak dan seperti orang yang kehilangan pandangan.
"Letakan senjata kalian dan berbalik," lanjut Letty dan mereka pun menurutinya.
"Cade, berhasil," ucap Letty gembira. Cade tersenyum dan kemudian mobil van di belakang mereka akhirnya sampai ke tempat di mana Chester dan Letty memarkirkan mobil mereka.
Scarlett segera mengarahkan pistolnya dan hampir menembak salah satu polisi namun dengan cepat Letty berdiri di hadapan Scarlett. Letty mengangkat tangannya di depan pistol Scarlett.
"Jangan lakukan itu, Scar. Mereka tidak akan melakukan apa pun. Masuklah ke dalam mobilmu dan kita lanjutkan perjalanan. Tidak usah pedulikan polisi-polisi itu," perintah Letty
Scarlett kembali memasukan senjatanya dan masuk ke dalam mobil. Chester dan Letty pun ikut masuk ke dalam mobil, dan mereka meneruskan perjalanan sedangkan polisi-polisi yang masih berada dalam pengaruh hipnotis Letty hanya bisa melihat mobil-mobil penjahat itu melewati mereka.
"Kerja bagus, Letty," ucap Cade sambil mengacak pelan rambut Letty.
*****
Kira-kira pukul tiga pagi, mobil mereka tiba di mansion milik Fredrick. Tidak ada lagi yang berusaha mengejar mereka ataupun menghadang jalan mereka.
Dua orang penjaga gerbang langsung membukakan gerbang pintu saat melihat mobil mustang milik Chester mendekat. Diikuti mobil van milik Jhony dan terakhir mobil truk yang membawa peti berisi lemabaran uang. Mereka segera memarkirkan mobil ke garasi. Jhony dan Lamar beserta beberapa anak buah Fredrick mengeluarkan peti-peti uang itu dari dalam truk.
"Nyonya muda, ayo kita masuk saja," ucap Chester yang kembali memanggil Letty dengan sebutan 'nyonya' karena ini sudah berada dalam lingkup rumah milik tuannya yang mengharuskan Chester bersikap profesional.
Di dalam rumah, Fredrick sudah menunggu Letty. Fredrick sampai bertepuk tangan saat melihat putrinya telah kembali dengan menyelesaikan misinya.
"Selamat datang, sayang." Fredrick menyunggingkan senyum bangganya pada Letty sambil terus bertepuk tangan.
Letty berusaha untuk tersenyum agar mood Fredrick tidak berubah.
"Selamat bergabung di Black Glow," lagi ucap Fredrick. Letty tersenyum kecut lalu dia menghampiri ayahnya. Fredrick langsung memeluk putrinya dan mengecup puncak kepalanya. "Kau harus menjadi seperti aku, karena inilah kita, sayang. Inilah kehidupan yang harus kita jalani, suka atau tidak."
Fredrick tersenyum bangga. Dia puas dengan hasil kerja putrinya. Dia puas melihat putrinya akhirnya menjadi seperti dirinya. Tidak ada rasa bersalah lagi, yang ada hanya berjuta rencana. Siasat baru, untuk membuat Black Glow semakin berjaya di dunia mereka.
"Mulai sekarang aku akan menuruti semua perkataanmu, Dad," ucap Letty, namun hatinya tetap teguh untuk menghancurkan bisnis gelap ayahnya itu.
Fredrick meraih sesuatu dari balik saku jasnya dan meletakan di atas meja tepat di depan Letty.
"Sesuai janjiku, sebuah paspor dan identitas baru sebagai upahmu. Aku menerima kesepakatan kita, kau bisa ke London hari ini jika kau mau."
"Benarkah?" ucap Letty antusias. Matanya berbinar saat dia menghampiri dokumen-dokumen di depannya. Letty tidak menyangka ternyata secepat itu identitas barunya sudah berada dalam genggamannya. Itu berarti langkah awal Letty sudah terwujud. "Terima kasih,Dad"
"Ya, tentu saja, tapi kau harus ingat kapanpun aku membutuhkanmu kau harus selalu siap," ucap Fredrick dan Letty pun mengangguk.
"Tersenyumlah Daddy, ingatlah hari-hari ini. Hari dimana kau sedang menertawakan keruntuhanmu dan semuanya akan segera di mulai. Black Glow, bersiaplah menerima malaikat penghancur kalian!"
___________________
to be continue.
Jangan lupa tab Love, yah ;)