Seusai mandi, Leeray segera memakai Polo shirt dan celana panjang kainnya. Bagaimana pun dia masih berada di kantor, tidak layak rasanya memakai baju yang terlalu santai.
Gadis itu masih tertidur pulas ketika Leeray mengeceknya di ranjang. Sekalipun dia bisa saja melakukan hal yang tidak-tidak terhadap gadis itu. Namun, Leeray tidak ingin melakukannya. Baginya bercinta melibatkan 2 pihak yang sama-sama menginginkannya.
Dia pun keluar dari ruang tidur CEO berjalan menuju ke sofa lalu membaringkan tubuhnya yang lelah di sana. Saat ini masih pukul 01.35, Leeray masih memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
Setelah tidur dengan nyaman selama berjam-jam, Deasy pun akhirnya terbangun. Dia terkejut karena sedang berada di atas ranjang entah di mana. Namun, dia melihat bajunya masih lengkap seperti sebelumnya, dia pun bernapas lega. Dia pun teringat tadi masih di ruangan CEO mengerjakan desain superblock lantai 1, sepertinya dia tadi ketiduran.
Deasy pun bangun lalu ke toilet seperti biasanya. Kemudian dia keluar dari ruang tidur itu. Dari kaca ruang CEO, hari tampaknya masih belum pagi. Dia pun melihat ke sofa dan menemukan Leeray sedang tertidur di sana. Pria itu tampan sekali ketika sedang tertidur, batin Deasy.
Akhirnya Deasy memutuskan untuk melanjutkan mengerjakan desainnya karena rasa kantuknya sudah hilang.
Desain itu sudah hampir selesai separuhnya, dia harus mengerjakannya dengan agak cepat karena Leeray menginginkan desain itu selesai dalam 2 hari saja.
Lantai 1 superblock itu didominasi dengan venue untuk cafe semi outdoor dan spot untuk penjual makanan ringan, di sebelah selatan akan diperuntukkan untuk area parkiran indoor khusus mobil-mobil mahal yang bisa digunakan untuk hang out juga. Sementara di bagian tengah akan dibuat taman dengan air terjun buatan dari batu alam dilengkapi dengan kolam ikan untuk memberi kesan panoramik di dalam mal.
Sebelah barat akan dipergunakan untuk tempat pameran, spot itu dapat disewakan sebagai venue event-event live. Deasy membuat pagar pembatas yang berbentuk artistik dari bahan semen dan batu nantinya.
Intinya adalah lantai 1 ini akan menjadi pusat life style dan hang out yang berbentuk semi indoor bagi penduduk Australia.
Deasy berpikir bahwa superblock ini membutuhkan lahan parkir yang sangat luas. Mungkin nanti dia harus menanyakannya pada Leeray. Saat ini dia harus fokus mengerjakan desain lantai 1.
Langit di luar kaca ruangan CEO lama-kelamaan berubah menjadi semakin terang seiring fajar yang mulai menyingsing.
Tubuh Leeray sepertinya sudah merasa cukup beristirahat. Dia pun terbangun dan duduk.
"Selamat pagi, Leeray," sapa Deasy dari meja kerjanya.
Leeray pun menoleh ke arahnya lalu berdiri berjalan ke arah Deasy. "Selamat pagi, Deasy. Sudah bangun dari tadi?" balas Leeray seraya tersenyum.
"Aku terbangun pukul 04.00, kau sepertinya tertidur pulas tadi di sofa. Berhubung aku sudah tidak mengantuk, aku melanjutkan gambar desain semalam," jawab Deasy.
Pria itu merenggangkan ototnya yang agak pegal karena tidur di sofa. "Maaf, aku membuatmu lembur semalam, Deasy," ucap Leeray dengan nada menyesal.
"Ohh tidak apa-apa, Lee. Oya, aku ingin bertanya, apa kontraktor superblock ini akan membuat parkiran di lantai underground dan basement di bawah lantai dasar?"
"Ya, tentu saja, Deasy karena superblock ini sangat besar jadi membutuhkan lahan parkir yang sangat besar juga untuk menampung kendaraan pengunjung. Kenapa?" tanya Leeray penasaran seraya bersedekap.
"Ohh, baiklah. Aku hanya ingin tahu saja, Lee. Sepertinya desainku sudah selesai. Apa kamu ingin mengeceknya?" ujar Deasy merapikan lembar-lembar kertas desainnya.
Leeray pun berjalan ke samping Deasy lalu melihat desain milik gadis itu. Gambar sketsa desain itu terlihat artistik dan jelas detailnya. "Bagus, Deasy. Apakah ini sudah lengkap? Aku akan mengirimkannya ke arsitek kantor pagi ini untuk pembuatan cetak birunya."
Deasy pun menjawab, "Iya, kurasa sudah lengkap untuk lantai satu. Mungkin akan banyak ruang kosong karena ada spot untuk exhibition event."
"Good job, Deasy!"
"Lee, apa aku boleh pulang sekarang?"
Pria itu pun sadar, penampilan Deasy agak berantakan karena belum mandi sejak kemarin karena kerja lembur.
"Boleh, apa kamu mau kuantar pulang, Deasy?" tanya Leeray seraya menatap gadis itu.
"Tidak usah, Lee. Aku membawa mobil sendiri. Oke, sampai jumpa nanti siang," balas Deasy seraya berdiri menjinjing tasnya.
"Ehh tunggu, apakah kau akan masuk kerja lagi hari ini?" tanya Leeray.
Deasy bimbang, tapi hari ini dia tidak ada jadwal kampus. "Hari ini jadwalku kosong ...."
Pria itu tersenyum seraya berkata, "Kalau begitu berangkatlah bekerja karena kau harus meneruskan desain untuk lantai 2 dan seterusnya hingga lantai 12 secepatnya."
Muka Deasy mendadak berubah masam mendengar perkataan bosnya yang gila kerja. "Sepertinya kau suka menyiksaku, Mr.CEO!"
Leeray pun tertawa berderai. "Benarkah? Maafkan aku, Sayang."
Deasy ingin segera pulang dan menjauhkan dirinya dari bosnya yang menyebalkan itu. Dia baru akan berjalan menuju ke arah pintu keluar ruang CEO, tapi Leeray menarik tangannya berjalan menuju sofa.
"Duduklah sebentar ...," ucap Leeray memaksa Deasy untuk duduk di sebelahnya di sofa.
Pria itu mengambil telapak tangan kanan Deasy lalu memijatnya dengan tekanan yang pas sembari menatap gadis itu yang sedang terperangah karena terkejut dengan yang dilakukan Leeray.
"Bagaimana? Enak kan rasanya?" tanya Leeray menyelidik sembari tersenyum tipis.
Deasy pun tertawa serta berkata, "Mengapa kau memijat tanganku?"
"Anggap saja servisku untuk desainer yang sudah bekerja keras seharian hingga belum sempat mandi," canda Leeray.
Setelah merasa jemari Deasy lemas, dia pun melepaskan tangan Deasy. Tepat ketika perut Deasy berbunyi.
"Kau lapar, Sayang?"
Gadis itu menganggukkan kepalanya sambil tersipu malu karena perutnya berbunyi dengan kencang.
"Kita sarapan di rumahku ya? Masakan Indonesia?" ujar Leeray menawarkan sesuatu yang kemungkinan besar tak akan ditolak oleh Deasy.
"Wow, tawaranmu menggiurkan, Lee. Mengapa kau sangat pandai bernegosiasi?" ucap Deasy terkagum.
Leeray menggandeng tangan Deasy seraya berjalan berdampingan menuju pintu keluar ruang CEO. "Mengenali kelemahan lawan bicara, dasar ilmu negosiasi ala CEO," balas Leeray dengan santai. "Berhati-hatilah dengan CEO yang satu ini." Dia pun tertawa.
Mereka berdua pun turun ke parkiran basement dengan menggunakan lift.
"Kau membuatku lupa mandi dan kurang tidur, Mr. CEO," ujar Deasy menyindir Leeray.
"Kau bisa mandi di rumahku sesudah sarapan. Aku akan menyuruh Andy membelikan baju ganti untukmu," balas Leeray seolah tidak merasa bersalah. Dia pun mengetik pesan WA ke sekretarisnya lalu mengabari ke asisten rumah tangganya dia ingin sarapan di rumah dengan menu masakan Indonesia.
Deasy membuka mulutnya, tapi kemudian menahan dirinya. Betapa sulit mengatakan 'tidak' pada pria satu ini.
Leeray melirik ke arah Deasy yang tampak mencebik menggemaskan. "Apa kau marah padaku?"
"Tidak marah, hanya sedikit ... kesal," balas Deasy tanpa melihatnya.
"Maaf, Sayang. Sepertinya aku terlalu terbiasa mendapatkan keinginanku dan kadang tampak egois," ucap Leeray seraya menyentuh wajah Deasy dengan telapak tangannya.
Mereka berada di parkiran mobil basement yang sepi karena masih sangat pagi. Leeray mencegah dirinya untuk melakukan sesuatu yang agresif pada Deasy. Dia pun segera membuka pintu mobil Lamborghini Huracan P610-4 Spyder miliknya dengan remote.
Deasy pun segera naik ke kursi penumpang di sebelah kanan bangku pengemudi. Dia mengagumi mobil sport mahal itu. Ini pertama kalinya dia menaiki mobil yang teramat sangat mahal.
"Pakai seat belt-mu, Deasy karena kita akan mengebut ke rumahku," ucap Leeray seraya tertawa.
Gadis itu pun ikut tertawa lalu berkata, "Aku suka kecepatan, Lee. Sepertinya aku akan menikmati tumpangan gratis pagiku."
Kemudian Leeray segera mengemudikan mobil Lamborgini-nya keluar dari parkiran basement menuju ke jalanan kota Perth yang masih sepi lalu melewati jalan pedesaan ke rumahnya yang terletak di bagian selatan pinggiran kota Perth lalu menaikkan kecepatan mobilnya di jalan yang sepi itu.
Deasy tertawa merasakan sensasi naik mobil sport yang mengebut. Atap mobil itu dibuka oleh Leeray secara otomatis. Rambut panjang bergelombang milik Deasy berkibar tertiup angin.
"Wuuuuhuuuu!" teriak Deasy gembira mengangkat tangannya merasakan sensasi angin menerpa wajahnya.
Leeray tertawa melihat Deasy tampak begitu ceria menikmati pagi bersamanya.