Bos Gila Kerja

1333 Kata
Bagian perlengkapan gedung menempatkan meja kerja Deasy di dekat meja kerja Leeray sesuai permintaan bos mereka itu. Sebenarnya Deasy tidak menyangka dia akan bekerja seruangan dengan CEO perusahaan ini. Dengan jarak yang sangat dekat pula. Sungguh tidak nyaman tentunya, seolah dia berada dalam pengawasan khusus sepanjang hari. Namun, itu keinginan bos barunya, dia tidak boleh protes. Deasy duduk di meja kerjanya lalu bertanya pada Leeray, "Apa yang harus aku kerjakan hari ini, Tuan CEO?" Pria itu tersenyum geli mendengar panggilan baru Deasy untuknya. Dia pun menjawab, "Kau harus mulai mengerjakan detail desain bagian dalam gedung. Bukankah di dalam desainmu ada 12 lantai? Kita memiliki jadwal yang ketat untuk proyek ini." "Oohh baiklah, aku akan mulai mengerjakan desain bangunan mulai lantai 1 hari ini. Apakah aku bisa meminta kertas gambar untuk menggambar sketsa desain, Pak?" balas Deasy seraya menatap Leeray. "Sebentar ...," tukas Leeray. Dia menekan interkomnya untuk memanggil sekretarisnya. "Andy, ke ruanganku sekarang." Sekretarisnya menghadap dan bertanya, "Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?" "Deasy, kamu bisa meminta barang yang kamu butuhkan pada Andy. Silakan saja ...," ujar Leeray bersandar di kursinya seraya menautkan jemarinya di depan dadanya sambil menatap gadis itu. Tanpa basa-basi Deasy berbicara pada Andy untuk menyiapkan barang-barang yang dia butuhkan untuk bekerja. Sebenarnya hari ini dia tidak menyangka akan langsung bekerja setelah menandatangani surat kontrak kerja. Setelah itu Andy pun berpamitan keluar ruangan Leeray untuk menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan oleh Deasy. "Oya, Deasy. Jangan panggil aku 'Pak', aku tidak suka kau memanggilku begitu. Panggil aku dengan namaku saja, Cantik," ucap Leeray seraya mengerlingkan matanya pada Deasy. Gadis itu mengangkat alisnya agak terkejut lalu menahan tawanya dengan telapak tangannya. Apakah Leeray mencoba merayunya? Di hari pertama dia bekerja? Ahh sepertinya dia terlalu kegeeran! Stop, Deasy! hardiknya dalam hati. "Lee, berapa waktu yang tersedia untukku menyelesaikan desain superblock ini?" tanya Deasy dengan serius, dia butuh mengetahui dengan pasti berapa banyak waktu yang tersedia untuknya, proyek ini sangat membutuhkan banyak kreativitas dan tenaga. Pria itu melihat kalender di ponselnya lalu berkata, "Aku ingin dua hari ini paling tidak, kau harus menyelesaikan desain indoor lantai 1. Banyak bahan bangunan yang harus aku pesan dan aku pun tidak ingin pekerja bangunanku menganggur terlalu lama." Jawaban Leeray cukup membuat Deasy syok, dia merasa agak panik karena dua hari adalah waktu yang begitu singkat untuk desain lantai satu yang paling luas dan membutuhkan banyak impressions. "Lee, desain lantai 1 tentu tidak akan selesai dalam 2 hari ...," protes Deasy dengan panik. "Harus bisa, kau mungkin perlu lembur hingga desain lantai 1 selesai," ucap Leeray datar seraya menatap Deasy yang tampak putus asa. Oohh tidak! batin Deasy dengan hati mencelos. Dia lupa bahwa bos barunya ini gila kerja. Setelah Andy mengantarkan barang-barang yang dibutuhkan oleh Deasy untuk bekerja, gadis itu pun tidak membuang waktu. Segera dia menggambar sketsa desain untuk lantai 1 superblock. Leeray sesekali mencuri pandang ke arah Deasy sembari memeriksa dokumen-dokumen yang membutuhkan persetujuannya. Ada setumpuk berkas yang harus dia tandatangani sesegera mungkin. Gadis itu memiliki mata biru yang indah seperti Laura, istri James, adik iparnya karena mereka kakak beradik. Hidung yang mancung dan bibir mungil yang penuh berwarna merah muda dan tampak menawan hati. Rambut Deasy panjang bergelombang berwarna kecoklatan membingkai wajahnya yang rupawan. Berada di dekat Deasy membuat pikiran Leeray mengembara jauh. Dia ingin menyusurkan jemarinya di rambut tebal kecoklatan milik Deasy sembari mencicipi bibir yang sangat menggoda itu. Ketika melemaskan otot lehernya, Deasy mendapati Leeray sedang melamun memandanginya. Wajahnya pun sontak merona. Apakah pria itu menyukainya? Sekali lagi Deasy mengingatkan dirinya sendiri untuk tidak berpikir macam-macam. Dia pun berdehem dan melanjutkan menggambar desainnya. "Aku akan keluar sebentar untuk membelikanmu makan siang," ucap Leeray seraya memakai jasnya lalu meninggalkan Deasy sendiri di ruangannya. Deasy pun menghela napas lega, dia merasa tegang dipandangi terus-menerus oleh Leeray. Bos barunya itu tampan, tapi mungkin usia mereka terlalu jauh. Dia masih ingin mengisi hidupnya dengan petualangan. Sejam kemudian Leeray datang kembali membawakan makan siang untuk Deasy. Satu paket burger dan french fries serta soda. Deasy pun berterimakasih padanya lalu menikmati makan siangnya. "Boleh kulihat desainmu, Deasy?" tanya Leeray. "Silakan, tapi ini masih jauh dari selesai." jawab Deasy sembari mengunyah burgernya. Leeray berjalan ke meja Deasy lalu berdiri di samping Deasy dan membungkuk melihat gambar sketsa desain Deasy. "Emmm bagus, keep it up, Deasy!" ujar Leeray menepuk punggung Deasy lalu kembali duduk di meja CEO. Sentuhan Leeray terasa seperti memiliki aliran listrik di tubuhnya. Deasy merasa lelah karena tubuhnya terasa tegang terus sedari tadi. "Lee, bolehkah aku mengerjakan desain ini di rumah? Aku pasti akan menyelesaikannya secepatnya," pinta Deasy memelas. Leeray bertopang dagu lalu menjawab, "Tidak, kau harus mengerjakannya di sini. Aku akan menemanimu lembur hari ini." Gadis itu pun menepuk jidatnya sendiri. Sial sekali memiliki bos yang tak dapat diajak negosiasi! Dia pun segera melanjutkan pekerjaannya dan tidak ingin membuang waktu. Setelah beberapa jam berlalu, hari semakin petang. Pemandangan luar dari kaca ruangan CEO semakin gelap. Deasy pun melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Sudah pukul 18.15, haruskah dia lembur hingga tengah malam? batinnya. Dia melirik ke arah Leeray yang masih asyik menekuri berkas-berkas di hadapannya. Pria itu memakai kacamata baca. Serius sekali! batin Deasy. Tapi dia nampak sangat tampan dan berwibawa. Tok tok tok. "Ya, masuk," sahut Leeray Andy, sekretaris pribadi Leeray membawa sebuah bungkusan besar. "Ini mau di taruh di mana, Pak?" "Sajikan di meja makan, Andy," balas Leeray seraya mencopot kacamata bacanya. Dengan cekatan, Andy segera membongkar kotak-kotak tempat makanan buatan rumah itu di meja makan. Dia juga menyiapkan 2 piring, 2 gelas, dan 2 set alat makan di meja makan yang dia ambil dari pantry di pojok ruang CEO. "Deasy, kita makan malam dulu ya. Juru masak di rumahku yang mengirimkan menu makan malam. Mungkin kau akan menyukai menunya karena juru masakku berasal dari Indonesia," ujar Leeray seraya berdiri lalu berjalan ke arah meja makan bersama Deasy Gadis itu tampak bersemangat mendengar perkataan Leeray. "Wah aku jarang sekali makan menu makanan Indonesia di sini. Terimakasih, Lee." Andy diam-diam keluar meninggalkan mereka berdua di ruangan CEO. Leeray mendekatkan kursinya ke sebelah Deasy. Kemudian mulai menyendokkan menu makanan itu ke piring Deasy satu per satu. "Terimakasih, Lee. Aku bisa mengambil makanannya sendiri, tidak perlu repot melayaniku," ucap Deasy malu-malu karena tidak enak hati, bosnya malah melayaninya makan malam. "My pleasure, Deasy. Jangan sungkan, makanlah yang banyak," balas Leeray seraya mengisi makanan ke piringnya sendiri. "Ngomong-ngomong, apa makanan favoritmu?" Sembari mengunyah makanan di mulutnya, Deasy menjawab, "Aku suka sate ayam dan nasi Padang lauk rendang daging." Leeray menaikkan alisnya sambil tersenyum. "Oohh oke, apa ada lagi menu yang kau sukai?" "Aku bukan pemilih makanan, Lee. Masakan Indonesia seperti soto, gudeg, gado-gado, opor, gulai, tongseng, apa pun aku suka," jawab Deasy dengan ceria. Leeray pun tersenyum melihat Deasy yang makan dengan lahap. Hal itu membuat selera makannya menjadi bagus. Belakangan ini dia malas makan sejak pindah ke Australia, rasanya hanya ingin terus bekerja. Mungkin dia harus sering-sering mengajak Deasy makan bersamanya. Setelah makan malam, mereka berdua pun kembali bekerja. Leeray mengirim pesan pada Andy untuk pulang terlebih dahulu karena dia akan menemani Deasy lembur mengerjakan desain lantai 1 superblock. Malam semakin larut, bahkan sudah lewat tengah malam. Leeray masih membaca proposal-proposal kerjasama bisnis yang dikirim oleh berbagai vendor untuk superblock. Dia tidak menyadari Deasy tertidur dengan kepala terkulai di mejanya. Akhirnya ketika Leeray menoleh ke meja Deasy, dia pun baru menyadarinya. Mungkin dia sudah keterlaluan memaksa Deasy lembur bersamanya. Bagi Leeray lembur itu hal biasa, dia CEO yang luar biasa performanya di usia yang masih relatif muda. Kini dia bingung apakah harus membangunkan Deasy atau menidurkannya di ruang tidur CEO. Setelah merasa bimbang beberapa saat, dia akhirnya memilih untuk menggendong Deasy ke ruang tidur CEO. Dia membaringkan Deasy yang tertidur lelap karena kelelahan bekerja di ranjang queen size di ruang tidur itu lalu menyelimuti tubuh gadis itu dengan bed cover. Dia menyalakan AC ruang tidur itu. Malam ini sepertinya dia harus tidur di sofa karena tidak mungkin meninggalkan Deasy di kantornya sendirian. Tapi dia ingin mandi dulu karena sejak pagi dia belum sempat mandi lagi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN