Ruang perawatan Rahmi jadi ramai dengan hadirnya para Nini, dan para Amma. Para pria harus puas berada di luar saja, kecuali Ardan yang tak mau jauh dari istrinya. "Wajahnya lebih mirip Bang Aska, daripada Ardan ya." Asma menyentuh pipi cicitnya. "Mirip Aay, dan Aan," sahut Ziah. "Kamu benci mereka saat hamil ya, Ami?" Tanya Rara. "Tidak, Amma. Tidak tahu kenapa jadi mirip Kai Aska, Bang Aay, dan Bang Aan." "Namanya siapa?" Tanya Vanda. "Muhammad Adnan Ar Rahman." "Nama yang sangat bagus," puji Ziah. "Semoga bagus juga akhlaknya, bagus juga hidupnya, aamiin." "Aamiin." "Siapa yang ingin menggendong. Nini-nini cicitnya di pangku saja ya." Ardan mengangkat putranya dari dalam boks, diletakkan di atas pangkuan Asma. Asma menatap cicitnya dengan mata berkaca-kaca. Adnan memang buk