Varo semakin gugup bersama wanita di depannya. Gimana bisa dirinya berada terlalu lama dekat dengan wanita. Varo belum pernah merasakan ini sebelumnya. Hidupnya terasa sangat datar tanpa cinta. Atau, bahkan. Tanpa mengenal wanita lebih jauh. Hanya tetangganya yang mungkin selalu cerewet saat bertemu dengannya.
Varo menatap sekilas wajah Queen. Senyum tipis terukir di bibirnya. Vari perlahan mengangkat tangannya. Jemari tangannya menyentuh belaian rambut yang melintas di depan dahi Queen. Menyilakan rambut itu ke atas kepala.
Queen merasakan sedikit getaran saat Varo terlihat begitu perhatian. Dia mengangkat kepalanya. Kedua mata mereka saling tertuju dalam diam. Jantung mereka saling beradu satu sama lain.
Apa yang kau rasakan? Kenapa aku bisa segugup ini. Varo menelan lidahnya. Dia tidak bisa menghindari lagi tatapan mata indah Queen.
Kedua tangan mereka tanpa sadar masih bersentuhan. Terlintas seekor kecoa yang tiba-tiba muncul dari belakang punggung Queen. Merambat di tangannya. Queen mengerutkan keningnya dalam-dalam. Dengan ragu, dia menatap ke tangannya. Mereka masih duduk jongkok. Saling menatap tanpa henti.
"Waa…" Queen yang terkejut dia melemparkan kecoa itu. Kaki kiri tanpa sengaja menendang kardus di belakangnya. Hingga tumpukan kardus itu terjatuh, Varo memeluk tubuh Queen. Lalu menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Mendekapnya sangat erat. Memutar tubuhnya berbaring di atas tubuh Queen. Dia sengaja menolong Queen dari tumpukan kardus itu. Dan, jatuh tepat di atas punggungnya. Varo hanya meringis menahan rasa sakit.
Jantung queen mulai tak beraturan. Dia menatap sangat dekat wajah Varo di depannya. "Varo…" Queen memegang pipi Varo.
Tak mau berlama-lama memeluk queen. Varo, beranjak berdiri. Mendorong kardus di atas punggungnya hingga berantakan. Varo menarik tangan Queen duduk kembali. Sementara Queen hanya bisa diam tidak percaya dengan apa yang di masakannya. Jantungnya berdebar lebih cepat. Dia hanya bisa diam, dengan mulut setengah terbuka.
"Lain kali hati-hati." ucap Varo. Menepuk pundak Queen dua kali.
Queen melayangkan senyuman tipis. Menganggukan kepalanya dua kali.
"Ayo kita pulang." ucap Varo. Merasa situasinya sudah aman. Varo kembali menarik tangan Queen untuk keluar dari tumpukan kardus itu. Queen menarik tangannya dari genggaman Varo. Dia menepuk semua tubuhnya dari atas sampai bawah. Mencoba menghilangkan debu yang keras menempel di tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Bersihin bajuku." jawab Queen santainya. Dia masih saja sibuk membersihkan bajunya.
"Tidak ada waktu. Sudah, ayo kita pergi. Daripada nambah beban." gertak Varo. Queen mengangkat kepalanya. mengerutkan matanya bingung.
Melihat wajah Varo nampak memegang. Queen tersenyum tipis. Sebuah ide terpancar di kepalanya. Dia tidak peduli dengan apa yang sudah dikatakan Varo. Senyum sumringah di wajah Queen membuat Varo semakin curiga pada Queen.
"Emm... Gendong." Rengek manja Queen. Mengangkat kedua tangannya tepat di atas dadànya.
Varo semakin murka di buatnya. Dengan kasarnya dia menepis kedua tangan Queen. Dia berkali-kali harus menahan amarahnya saat bersama dengan Varo. Hal yang paling menyebalkan. Baginya jika ada wanita manja. "Jangan seperti anak kecil." umpat kesal Varo. Memalingkan wajahnya acuh.
"Dasar tidak waras." lanjutnya.
Queen mengerucutkan bibirnya. Membalikkan nadanya acuh. Sembari melipat kedua tangannya. Dia terlihat kesal dengan Varo.
"Kamu pikir aku siapamu, saudara saja bukan. Jalankan sendiri. Kamu punya, kaki kan?"
"Iya.." jawab kentus Queen.
Varo melihat sekelilingnya. Tidak ada siapapun di sana. Merasa sudah aman. Tangan kanannya spontan memegang pergelangan tangan Queen.
"Sepertinya sudah aman. Lebih baik kita sekarang pergi dari sini. Di sini tidak aman. Jika mereka menemukan kita habis sudah. Kamu bisa dapat masalah." ucap Varo.
"Masalah? Kenapa harus takut? Aku bisa menghadapinya." Queen menatap kedua mata Varo yang kini tepat di depannya. Kedua mata mereka saling bertemu satu sama lain. Terdiam sejenak, menatap semakin dalam. Tapi, tatapan itu tidak bertahan lama. Varo segera menyadarkan dirinya. Lalu, memalingkan wajahnya. Dan, juga Queen yang terlihat sangat gugup. Dia mulai sadar jika dirinya sekarang mengagumi laki-laki di depannya.
"Ayo, pergi." ucap Varo.
"Tapi, gimana bajuku. Apa kamu tidak mau membelikan aku baju. Setidaknya Beli dagu dua." ucap Queen. Mencoba untuk memohon pada Varo. Queen mencengkeram di Tangannya. Mengangkat kepalan kedua tangan itu di depan dadanya. Dia memohon, mengerjapkan matanya berkali-kali.
Varo yang melihatnya semakin geleng-geleng kepala. Gimana ada wanita yang tiba-tiba jatuh di depannya. Dia kira wanita cantik. Tapi, wanita di depannya baginya sangat tidak waras.
"Tidak usah merayuku. Meaku seribu kali pun kamu menggodaku. Aku tidak akan tertarik denganmu." tegas Varo. Dia segera berjalan lebih dulu menjauh dari Queen. Seketika langkahnya terhenti saat melihat seseorang di luar.
"Varo.. Tunggu!"
Varo Spontan menarik tubuh Queen, mendekapnya, sembari menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya. Dan, tangan kiri memeluk queen dari belakang. Mencengkram tangan kiri Queen. Pandangan matanya masih menatap was-was ke arah luar rumah itu.
"Dimana mereka?" tanya salah satu orang itu.
"Kamu kenal wanita tadi?" tanya temannya.
"Kenapa?"
"Sepertinya dia tidak asing."
"Maksud kamu?" kedua mata dua orang asing itu saling tertuju.
"Ratu mafia. Dia kabur dari rumahnya. dan, keluarga besar para ketua mafia semua mencarinya."
"Kamu bilang dia ratu mafia itu?"
"Iya.. Dia sangat mirip." ucap salah satu temannya.
Plaaakkk…
Pukulan keras di kepalanya. "Kamu pikir dia sampai sini. Dia tidak mungkin berada di sini. Lagian, kenapa juga anak ketua mafia bisa bersama laki-laki itu. Ratu tidak pernah sama sekali keluar dari rumahnya. Dan, dia tidak mungkin punya teman di kota."
"Tapi…"
***
Queen yang mendengar percakapan mereka. Dia menarik tangan Varo dari bibirnya.
Sialan, kenapa mereka bisa tahu aku. Siapa mereka sebenarnya. Dan..
Fina mengangkat kepalanya menatap ke arah Varo.
Apa hubungan mereka? Kenapa Varo sangat takut dengannya? Siapa mereka? Atau, nanti aku coba tanyakan saja padanya.
"Hmm.. Var…" Queen yang mencoba untuk berbicara. Dengan cepat, Vari menutup mulutnya lagi.
"Sstttt..." desah Varo, memutar matanya melihat situasi di luar di balik celah lubang kecil di balik dinding rapuh itu. Meski debu berterbangan di sana. Tepat mengenai rambutnya. Dia melihat jelas lubang kecil tepat tepat di depannya. Beberapa orang berada diluar. Seolah sedang mencari seseorang. Dan, media tidak berhenti berbicara. Varo tidak mendengar apa yang mereka katakan. Sepertinya serius. Sementara Queen yang memang bisa mengerti apa yang mereka katakan dari mimik bibirnya. Pendengarannya Pun juga sangat tajam.
"Apa kalian menemukannya di luar?" tanya para pengawal yang sudah keluar bergabung dengan teman-temannya.
"Maaf, Boss. Tidak ada."
"Sebenarnya kenapa kalian mengejarnya. apa masalahnya dengan kamu."
"Soal wanita tadi. Saya baru saja memberikan barang. Tapi, ketahuan oleh satu laki-laki dan wanita tadi." jawab salah satu orang yang kini hanya mengkerut takut saat boss mereka datang.
"Bodoh kalian!"
Plaakk.. Plaakk…
Boss itu menampar dia orang di depannya.
"Sekarang cepat cari mereka." Boss itu mengeraskan suaranya.
Semuanya mulai berpencar. Sementara Queen memegang lengan Varo yang masih menutupi mulutnya. Pandangan matanya mulai melebar. Melihat banyaknya orang di depannya.
Varo melihat beberapa tong terbuat dari kayu berjejeran tak jauh darinya. Vari menarik tubuh Queen. Bersembunyi di balik tong itu. Matanya mengintip sekilas apa yang mereka lakukan. Tanpa sepatah kata keluar dari bibirnya.
"Aku tidak menemukannya," sahut yang lainya.
"Aku juga, sepertinya mereka sudah pergi. Atau mungkin masih di dalam?"
" Lebih baik, kita semua berpencar. Dan Kamu masuk ke dalam, cari dengan teliti. Sampai celah sekecil apapun. Sementara aku akan menunggu di luar."
"Aku sudah masuk ke dalam tadi. Dan di dalam juga sama tidak ada apa-apa."
"Kita periksa lagi."
"Terserah kalian saja. Aku mau pergi. Di dalam begitu kotor." ucap boss dari salah satu pengawal itu.
"Kalian berpencarlah jika memang ingin menemukannya segera." lanjutnya.
"Baiklah!" kita harus temukan gadis itu. Jika bisa menemukan dia, pasti akan mendapatkan imbalan besar nantinya."
Seorang wanita tak akan pernah pergi jauh dari sembunyiannya. Lebih baik kalian berpencar. Aku curiga di rumah ini."
Queen menarik tangan Varo, memutar matanya mencoba berpikir sejenak dengan apa yang dikatakan dua laki-laki yang tak dikenalnya itu.
"Maksud mereka apa?"
"Kamu gak tahu?" tanya Varo, menyentil dahi Queen dengan telunjuknya. Membuat gadis itu tersipu malu. Queen mengusap dahinya.
"Tahu apa?" tanyanya malu-malu.
Varo menyipitkan matanya menatap tajam ke arah Queen. Seakan dalam hatinya dia curiga terhadap wanita aneh di depannya itu.
Wajah Varo terlihat nampak sangat serius. Seakan hatinya sedang berbicara sesuatu. Tetapi, Queen tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Varo terus menatap beberapa orang di depan. Merasa sangat aneh dengan kejadian ini. Queen terus memandang wajah Varo. Mencoba mengamati setiap pergerakannya.
Siapa sebenarnya dia? Dan apa hubungannya dengan mereka? Sepertinya ada sebuah rahasia yang tak diketahui olehku.