Aura yang mengelilingi tubuh ayahnya sempat bergetar, cahaya merah yang menggantikan posisi matanya juga terlihat sama. “Bagaimana mungkin? Kenapa kau bisa memiliki kekuatan itu!?”
“Ayah, aku akan membuat julukan ‘tangan kanan iblis’ menghilang dari keluarga Xlafyr,” gumam Lucius pelan, kemudian menerjang ke arah ayahnya dengan kecepatan yang tidak akan bisa dilakukan oleh orang biasa.
Melihat ayahnya yang langsung bereaksi ketika Lucius menyerang, ia sadar kalau kemampuan ayahnya masih cukup untuk mengimbangi kekuatan yang didapatkannya dari bakat milik Zeth.
Lucius yakin kalau insting bertarung milik ayahnya lah yang membuatnya bisa menangkis serangan pertama dari Lucius. Ia juga yakin kalau pengalaman ayahnya yang bekerja selama berpuluh-puluh tahun di dunia semacam itu yang membuatnya bisa menghindari serangan Lucius yang selanjutnya.
Namun sayang, serangan ketiga dari Lucius tidak bisa dihindari oleh ayahnya yang hanya mengandalkan kekuatan yang dipinjamkan oleh iblis yang berada di dalam tubuhnya, kekuatan milik Lucifer yang hampir padam.
Setidaknya setelah melawan ayahnya secara langsung Lucius bisa tahu kalau kekuatan yang didapatnya dari bakat Zeth ini memang hampir sama dengan kekuatan yang diberikan oleh iblis dan membayarnya dengan nyawa penggunanya sendiri.
Tidak hanya sama, bahkan kekuatannya lebih kuat. Jauh lebih kuat dibandingkan dengan Dark Force, bahkan lebih kuat dibandingkan dengan Shadow Force, yang didapatkan oleh Lucius setelah menjalin kontrak dengan dua iblis sekaligus.
Terlebih lagi, setiap detik waktu yang Lucius lewati ketika menggunakan Shadow Force, tubuhnya akan merasa kesakitan karena iblis yang berada di dalam tubuhnya akan mulai memakan jiwanya sedikit demi sedikit. Tetapi saat ini, tubuhnya tidak terasa sakit sama sekali. Bahkan terasa sangat ringan dan membuatnya lebih kuat dibandingkan dengan sebelumnya.
Tapi Lucius belum mencoba sampai berapa lama ia bisa menggunakan kekuatan ini sampai Mananya terkuras habis. Jadi sebaiknya ia harus berhati-hati karena menghabiskan Mana juga bisa membahayakan nyawanya sendiri.
Penilaiannya terhadap kekuatan baru yang ia dapat dari Zeth ini sudah cukup membuatnya puas, sehingga ia tidak perlu lagi bertarung dengan ayahnya. Bahkan, Lucius merasa kalau ia tidak sedang ‘bertarung’ dengan ayahnya. Karena ayahnya hanya bisa menerima serangan dari Lucius dan tidak bisa menyerang balik.
Jika Lucius benar-benar memiliki niat untuk menghabisi nyawa ayahnya, pada serangannya yang ketiga, kepala ayahnya sudah terpisah dari tubuhnya seperti takdirnya yang berakhir di tangan Lucius sendiri.
Untuk mengakhiri pertarungan ini, Lucius mengirim ayahnya melayang beberapa meter ke udara dengan tendangannya, tentu saja ia ‘sedikit’ menahan kekuatannya. Jika ia menggunakan kekuatan penuhnya … mungkin saat ini pada dinding yang ada di ujung lorong tempat mereka bertarung sudah ada lubang dengan bentuk tubuh ayahnya sendiri.
Meski begitu, dinding dan lantai tempat mereka berada saat ini sebagian besar sudah hancur, bahkan Lucius sempat khawatir kalau langit-langit yang ada di atasnya akan rubuh sebentar lagi. Ia juga tidak terlalu yakin apakah ada orang tidak bersalah yang terluka karena ‘pertarungan’ singkat dirinya dan ayahnya.
Tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri, ayahnya sudah terbaring di atas lantai, aura hitam yang mengelilingi tubuhnya sudah menghilang. Ia batuk beberapa kali, di antaranya mengeluarkan darah dari mulutnya.
Tubuh ayahnya terluka di beberapa bagian, namun lukanya tidak terlalu dalam dan bisa membahayakan nyawa ayahnya sendiri.
Lucius kembali menyimpan belati miliknya, tubuhnya juga sudah tidak dikelilingi oleh aura hitam lagi. Dengan tangannya yang dilipat di d**a, Lucius berkata, “Sekarang, siapa yang pecundang di sini?”
Ayahnya mendecakkan lidahnya sekali, kemudian berusaha untuk berdiri. Sayangnya tidak bisa. Setelah kembali batuk beberapa kali, akhirnya ia menjawab, “Kenapa kau tidak menghabisiku?”
Lucius mengangkat kedua bahunya. “Jika aku menghabisimu, iblis yang ada di tubuhmu itu akan pindah kepadaku, ‘kan? Aku sudah mendapatkan kekuatan yang lebih kuat, aku tidak membutuhkannya.”
“Kata-katamu itu terdengar seperti kau membenci kekuatan ini.” Ayahnya mendengus satu kali, kemudian menambahkan, “Bukankah kekuatanmu itu juga sama? Kekuatan semacam itu, hanya iblis yang bisa memberikannya.”
“Jangan samakan aku dengan dirimu,” sangkal Lucius dengan matanya yang sedikit disipitkan. “Lagi pula, setelah api milik Lucifer berpindah padaku, api miliknya jadi sangat kecil, bahkan lebih besar api yang berasal dari korek api dibandingkan dengannya. Tidak hanya itu, bayaran yang harus kuberikan untuk menggunakan kekuatan itu lebih menyakitkan dibandingkan dengan yang kau rasakan saat ini.”
“ … Jangan bicara seperti kau pernah menggunakannya.”
Lucius mendengus kencang. “Bukankah kau sendiri yang bilang, kekuatan yang kugunakan sebelumnya hampir sama dengan kekuatan yang diberikan oleh para ‘iblis’ itu? Anggap saja aku memang mendapatkannya dari mereka dan sudah merasakan efek samping dari kekuatan itu.”
“ … Lalu setelah berhasil menghentikanku, apa yang akan kau lakukan jika tidak membunuhku?”
“Aku akan kembali melanjutkan pekerjaanku. Lagi pula, seperti motto yang sering kau sebutkan tanpa bosan itu, ‘kan? ‘ Dahulukan pekerjaan dari pada ikatan darah’, ‘kan?”
Dengan kening yang berkerut, ayahnya bertanya, “Pekerjaan apa yang kau lakukan saat ini?”
“Kembali pada temanku dengan selamat.”
.
.
“Kenapa lama sekali?”
Zeth belum sempat menyapa Lucius dengan ‘Yo’ seperti yang pernah ia lakukan ketika ia muncul di depan Key, Baron dan juga Syville. Bahkan, Lucius tidak terlihat terkejut sama sekali. Entah kenapa, ada kepuasan tersendiri ketika Zeth melihat wajah terkejut anggota The Oblivion yang lain ketika ia melihatnya yang tiba-tiba muncul begitu saja.
“Setidaknya pura-puralah terkejut atau semacamnya,” kata Zeth sambil mengusap bagian belakang lehernya.
Ujung bibir Lucius terlihat sedikit terangkat, atau mungkin Zeth hanya berhalusinasi saja. “Masih terlalu cepat dua puluh tahun sampai kau bisa mengendap-endap dan mengejutkanku, Zeth.”
“Meski tidak ingin mengakuinya … tapi aku tidak bisa menyangkalnya karena perkataanmu benar,” gerutu Zeth pelan sambil memasukkan sebelah tangannya ke kantong celananya. “Bagaimana? Apa kau akan kembali sekarang?”
“Ayo kembali. Aku merasa meski pun aku menjadi kaya di dunia ini, aku tidak akan bisa membawa uang ini ke dunia di mana diriku yang sesungguhnya berada.”
“Hm … setidaknya kau bisa melakukan sesuatu yang dapat meringankan pikiranmu atau semacamnya …”
“Apa kau pikir aku akan terbebani dengan pemikiran atau semacamnya?”
Awalnya Zeth ingin membalas perkataan Lucius. Namun setelah sadar kalau ia tidak akan menang dalam permainan kata dengan Lucius, akhirnya Zeth menutup mulutnya rapat-rapat.
“Kalau begitu diam dan duduklah atau tiduran atau posisi apa pun yang membuat dirimu merasa nyaman,” kata Zeth sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.
“Dan kenapa aku harus melakukannya?”
“Karena kau akan kembali, ‘kan?” kata Zeth sambil menekan kedua bahu Lucius sekuat tenaga ke bawah. Meski Lucius dapat dengan mudah menahannya, tetapi ia tetap duduk di lantai mengikuti perintah Zeth.
“Lalu, apa?”
“Diam dan tidurlah,” ucap Zeth singkat sambil menyentuh kening Lucius dengan ujung jarinya.
Dalam waktu singkat, Lucius tiba-tiba saja mengantuk dan ia tertidur dalam hitungan detik.
.
.
“Ey, bangun! Mau sampai kapan kau tidur!?”
Lucius langsung membuka kedua matanya ketika mendengar suara menyebalkan yang rasanya sudah cukup lama tidak ia dengar.
Pandangannya langsung menyebar ke ruangan tempatnya berada. Ruangan yang sempat ia lupakan, ruangan terakhir kali ketika ia ‘tidur’ untuk kembali ke masa lalu.
Baron dan Key memasang senyuman yang sangat lebar di wajah mereka. Detik berikutnya Lucius baru sadar kalau jari telunjuk Key menyentuh pipinya beberapa kali. Di balik punggung mereka, Lucius bisa melihat Zeth yang terlihat sedikit khawatir.
Setelah menepuk tangan Key yang terus-terusan menggodanya, akhirnya Lucius mendorong tubuhnya untuk bangun dari posisi tidurnya.
“Ah, jangan bangun terlalu cepat, Lucius!”
Sayangnya, peringatan Zeth sedikit telat. Lucius kembali duduk setelah merasakan ruangan tempatnya berada berputar, membuatnya pusing tujuh keliling. Kakinya juga terasa sangat lemas, ia langsung berlutut ke atas lantai.
“Hei, santai saja! Kau baru saja bangun dari tidur yang panjang,” kata Baron sambil membantu Lucius kembali duduk di pinggir kasurnya.
“Whoa, wajahnya sangat pucat!” kekeh Key kembali menusukkan jari telunjuknya pada pipi Lucius.
Sekali lagi, Lucius menepuk tangan Key yang terus menggodanya. Ia memijat pelan keningnya sebelum bertanya, “Apa baru kita bertiga yang … kembali?”
Baron menunjuk ke balik punggungnya dengan ibu jarinya. “Syville sudah kembali. Ia sedang membuat makan malam bersama Rika.”
“Oh …” gumam Lucius pelan. “Bagaimana dengan Jura?”
“Belum terlihat akan bangun,” jawab Zeth sambil memberikan Lucius gelas yang berisi cairan aneh berwarna hijau pekat.
Lucius menerimanya dengan hidung yang sedikit mengernyit. “Minuman apa ini?”
“Benar, ‘kan!? Terlihat sangat mencurigakan dan menjijikan, ‘kan!?” sahut Key tiba-tiba sambil merebut kembali gelas yang baru saja diterima oleh Lucius. “Zeth, bisakah kau mengubah tampilannya? Mungkin terlihat seperti cokelat panas akan lebih enak?”
Baron merebut kembali gelas yang direbut oleh Key yang baru saja direbut dari Lucius. “Tidak! Kenapa Zeth harus melakukan hal itu untuk Lucius? Dia juga harus merasakan apa yang kita rasakan!”
Zeth merebut kembali gelas yang direbut oleh Baron yang berhasil ia rebut dari Key yang ia rebut dari Lucius. “Tolong hargai kerja kerasku untuk membuat minuman ini …”
“ … Jadi bisakah salah satu dari kalian menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di sini?” tanya Lucius dengan sebelah alisnya yang terangkat. Terlihat benar-benar kebingungan.
Zeth kembali memberikan gelas berisi minuman misterius itu kepada Lucius. “Dibantu oleh Syville dan Rika, aku membuat minuman dengan sihir yang dapat memulihkan tubuhmu itu dengan cepat.”
“Kita sudah terbaring tidak bergerak bahkan tidak makan dan minum selama satu minggu,” tambah Baron. “Tidak menggunakan kedua kakimu itu dalam waktu yang cukup lama bisa membuatmu kesulitan.”
Key menganggukkan kepalanya dengan semangat. “Kalian semua harus berterima kasih padaku! Aku yang bangun lebih pertama dari pada kalian dan menjadi kelinci percobaan minuman ini.”
Meski dengan hidung yang berkerut, setelah mendengar penjelasan dari Zeth, Baron dan juga Key, Lucius tetap menghabiskan semua minuman misterius yang ada pada gelas itu.
Meski pun rasanya sangat tidak enak, tetapi setelah menelan minuman itu, tubuh Lucius terasa lebih ringan dan rasa sakit di kepalanya mulai menghilang. “Zeth … bakatmu benar-benar mengerikan …”
Key dan Baron menganggukkan kepala mereka menyetujui perkataan Lucius. Di sisi lain, Zeth hanya mengerutkan dagunya dan berkata, “Tolong jangan katakan itu lagi … aku sudah mulai lelah mendengar kalimat itu terus menerus.”
“Meski minuman yang dibuat Zeth sangat ampuh, kau harus tetap mengisi perutmu itu dengan makanan, Lucius. Ayo kita ke ruang makan. Sepertinya Syville dan Rika sudah selesai masak,” kata Key sambil berlari keluar ruangan itu dengan cepat.
“Aku tahu kau memiliki banyak pertanyaan. Bagaimana jika kita membicarakan hal itu sambil makan malam?” tanya Zeth.
“Ya. Aku tidak pernah bosan dengan sup daging buatan Syville itu,” tambah Baron. “Perlu bantuan?”
Lucius menggelengkan kepalanya, kembali mencoba untuk berdiri dari duduknya. Meski kakinya sudah tidak lemas seperti sebelumnya, tapi mereka tetap menyerah setelah baru menopang tubuh Lucius sejauh beberapa langkah. “Mohon bantuannya,” kata Lucius singkat.
Baron dan Zeth sama-sama menggelengkan kepala mereka, namun Lucius bisa melihat kalau mereka tidak kesal sama sekali. Tanpa mengatakan hal apa pun lagi, mereka menopang Lucius untuk pergi ke ruangan yang belum pernah Lucius ketahui pernah ada di tempat itu.
Untuk sesaat, Lucius memutar kepalanya melihat isi ruangan di mana sebelumnya ia berada. Ruangan itu sangat sederhana, tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.
Terdapat jendela yang cukup untuk memberikan cahaya pada ruangan itu, ada juga meja serta sebuah kursi di ujung ruangan dan lima buah kasur. Meja dan kursi itu mungkin digunakan sebagai tempat duduk Zeth sambil mengawasi Lucius dan yang lainnya ketika mereka menghilangkan kutukan dari Grimlace.
Empat kasur yang lain sudah kosong, sedangkan salah satu kasur yang berada di pojok ruangan masih ditiduri oleh Jura di atasnya. Dari jauh, Lucius bisa melihat dadanya yang naik turun dengan teratur, memperlihatkan Jura yang tertidur dengan pulas.
Setidaknya ia masih hidup …
“Apa kau perlu istirahat lagi?” tanya Zeth yang mengembalikan Lucius dari lamunannya.
“Ayolah, baru sepuluh langkah dan kau sudah kelelahan?” tambah Baron dengan senyuman meledek di wajahnya.
“Siapa yang bilang kelelahan? Aku hanya memikirkan sesuatu,” sangkal Lucius setelah mendengus kencang.
“Kalau begitu ayo, aku sudah lapar,” tambah Baron sambil melingkarkan tangan Lucius ke bahunya, membuat Lucius menopang pada tubuhnya.
Lucius hanya bergumam pelan dan menaruh kaki sebelah kirinya di depan kaki sebelah kanannya dan sebaliknya. Ia kembali menolehkan wajahnya, melihat Jura yang masih terbaring di atas kasur.
Untuk sesaat, rasanya Lucius melihat air mata mengalir di pipi Jura. Tapi setelah ia mengedipkan matanya beberapa kali, Jura masih terlihat sedang tertidur dengan pulas.
“Sepertinya mataku sedikit bermasalah,” kata Lucius pada Zeth.
“Kalau begitu, aku akan membuatkan sesuatu untuk matamu itu,” jawab Zeth.
“Uh, jika aku jadi kau … aku memilih diam dari pada harus meminum minuman misterius yang dibuat oleh Zeth itu.” []